Mohon tunggu...
Arkan A.
Arkan A. Mohon Tunggu... Mahasiswa Tahun Pertama FK Unmul

Cinta math rock

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berdebat dengan Format British Parliamentary

2 Mei 2025   10:16 Diperbarui: 2 Mei 2025   10:16 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendebat di kompetisi NUDC menyampaikan argumentasinya.       Sumber : Online24 Makassar

Debat adalah seni berargumentasi dengan persuasif untuk meyakinkan lawan, juri, serta audiens. Seringkali, berdebat identik dengan konotasi negatif, seperti adanya istilah 'debat kusir' yang berarti dua orang yang selalu beradu argumentasi tiada ujung dan tidak mendapatkan manfaat apapun, bahkan bisa berujung memutus tali silaturahmi. 

Namun, debat tidak selalu berdampak negatif. Jika dilakukan secara benar dan ilmiah, debat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, komunikasi publik, empati, dan rasa ingin tahu. Salah satu cara untuk berdebat secara ilmiah adalah melalui format British Parliamentary, yang kerap digunakan di kompetisi debat mahasiswa. Seperti kompetisi lainnya, kompetisi debat memiliki 'pemain,' tim, dan juri di dalamnya.

British Parliamentary, disingkat sebagai BP, adalah format berdebat yang paling populer di tingkat universitas. Setiap tahunnya, selalu diadakan lomba debat antar universitas sedunia (World Universities Debating Championship) yang mempertemukan juara debat nasional dari setiap negara. Format ini berasal dari sistem parlemen Inggris, yang mendorong diskusi, argumen, dan perdebatan menjadi bagian dari pengambilan keputusan. Sistem ini kemudian di adopsi dalam format debat kompetitif oleh berbagai lembaga pendidikan di Inggris dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Format ini diaplikasikan dalam kompetisi debat antarmahasiswa di Indonesia dalam perlombaan KDMI (Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia) dan NUDC (National University Debating Competition).

Dalam format British Parliamentary, setiap ronde perdebatan akan fokus kepada satu topik tertentu yang disebut sebagai mosi, yang mana terdapat sisi pemerintah yang akan mendukung mosi, dan sisi oposisi yang menentang mosi. Mosi akan diberikan 15 menit sebelum waktu penyampaian argumen dimulai. Dalam waktu 15 menit tersebut, setiap tim diberikan waktu untuk mempersiapkan argumennya tanpa bantuan dari alat elektronik seperti internet, laptop, atau ponsel.

Terdapat empat tim yang bertanding di setiap ronde British Parliamentary, yaitu Opening Government (pemerintah pembuka), Opening Oposition (oposisi pembuka), Closing Goverment (pemerintah penutup), dan Closing Opposition (oposisi penutup). Perdebatan akan diawali dengan sisi pembuka, yakni Opening Government melawan Opening Oposition. Setiap tim akan mendefinisikan, memberikan konteks terhadap sisi mereka masing-masing, dan memberikan argumentasi utama tentang mosi yang diberikan. Setelah itu, giliran sisi penutup, Closing Goverment dan Closing Opposition yang akan memberikan tambahan penjelasan dan membandingkan seluruh argumentasi yang disampaikan setiap tim. Pembicara setiap tim diberi kesempatan berbicara selama tujuh menit, dimulai ketika ia berbicara. 

Berbeda dengan debat kusir yang tak jelas arahnya, debat ilmiah memiliki aturan dan struktur yang jelas. Cara menyampaikan poin dalam debat British Parliamentary ada dengan bentuk argumen yang terstruktur. Satu poin argumen setidaknya mengandung tiga hal, yaitu ide atau premis utama, analisis, dan bukti. Argumen tidak akan sah tanpa adanya bukti dan penjelasan yang mendukungnya. Dalam sistem British Parliamentary, debat tidak akan hanya menghasilkan tim yang menang atau kalah, tapi setiap tim akan diurutkan dalam posisi berdasarkan penilaian yang didapatkan. Bukan perkara menang dan kalah yang dinilai dalam perdebatan ini, tapi kontribusi setiap tim dalam ronde perdebatan. Juri atau adjudikator akan menilai bobot argumentasi setiap tim.

Sebagai contoh, argumen pemerintah untuk mosi "dewan ini percaya bahwa sosial media berdampak buruk bagi generasi muda" dapat dijabarkan sebagai berikut,

1.  Premis utama, bahwa sosial media membuat generasi muda cenderung selalu terikat dengan tren yang ada. 

2. Premis ini perlu penjelasan lebih lanjut, yaitu, hal ini didukung dengan karakteristik generasi muda yang mudah untuk terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya karena masih di tahap pencarian jati diri. 

3. Bukti yang bisa digunakan untuk mendukung penjelasan ini adalah 93,5% remaja di Indonesia menghabiskan sekitar 6,6 jam untuk menghabiskan waktu luang, sehingga sangat mudah terpapar informasi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun