Mohon tunggu...
azzam abdullah
azzam abdullah Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Lulusan Magister Manajemen yang sedang kerja di perusahaan swasta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, di Tengah Pusaran Digitalisasi

18 Maret 2021   13:25 Diperbarui: 18 Maret 2021   14:09 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Republika.co.id

Esensi dari pendidikan adalah meningkatkan kualitas manusia, baik dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik. Maka bisa kita uji, kalau disebut kata "sekolah" apa yang kita bayangkan? Sangat sangat jarang sekali terbayang anak-anak sekolah yang lagi olahraga, meningkatkan kemampuan ektrakurikuler, dan akan sangat susat terbayangkan sekolah yang terbentuk interaksi social disana. Gambaran yang sangat umum dari kata sekolah adalah kelas, kursi, meja, guru, papan tulis dan buku pelajaran. Padahal saat ditanya kepada mereka-mereka yang lulus, apa yang berkesan dari kehidupan sekolah? Jawaban umum adalah interaksi social didalamnya.

Lantas kenapa sekolah tidak coba menyajikan sebuah lingkungan social yang demikian? Lingkungan dimana terbentuk interaksi social yang organic, namun penuh dengan nilai-nilai moral yang luhur, misalkan nilai Pancasila, norma-norma positif. Nilai dan norma bahkan Pancasila sendiri hanya berhenti pada bab-bab di buku-buku pelajaran! Implementasi nilainya bisa dikatakan hampir tidak ada. Karena jika ada, akan sangat minim terjadinya kasus kenakalan remaja yang kadang melampaui batas, bahkan bukan hal aneh saat ternyata seorang guru juga kedapatan melakukan sesuatu yang tidak pantas!

Sekolah memiliki hampir semua set-up yang diperlukan untuk dapat membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas , namun juga sehat-kuat, berbudi luhur, dan memiliki rasa tenggang rasa serta kasih sayang terhadap sesame. Namun sekali lagi, karena seringkali sekolah, para guru dan murid-murid cukup memandang sekolah sebagai "sekolah", akhirnya bukan menjadi pembentuk generasi berbudi pekerti luhur dan cinta bangsa dan tanah air, malah muncul manusia-manusia culas nan jahat, karena bisa jadi selama sekolah ada salah pergaulan. Atau bisa jadi sederhana, karena tiada sosok dan lingkungan yang mendorong seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik.

Sekolah dan guru berada di tengah sebuah pusaran, dan kondisi pandemic mempercepat pusaran itu. Bukti-bukti empiric menunjukkan bahwa proses transfer pengetahuan sangat bisa dilakukan tanpa bantuan sekolah dan guru-guru formal. Inilah mengapa, sekolah dan guru harus berani melakukan sebuah re-definisi. Karena sejatinya, tanggung jawab guru jauh diluar sekadar proses transfer pengetahuan. Karena Guru adalah seseorang yang digugu (di turuti) dan ditiru.

Wallahu 'Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun