Mohon tunggu...
Azzahrani Hafshah Valiandri
Azzahrani Hafshah Valiandri Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Tertarik pada dunia bisnis digital, khususnya bagaimana teknologi mengubah cara UMKM berkembang di era modern. Aktif dalam organisasi kampus dan tertarik menulis tentang transformasi digital, pemasaran online, dan peluang bisnis berbasis internet. Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin berbagi wawasan praktis dan ide segar untuk membantu pelaku usaha dan pembaca umum memahami lanskap bisnis digital yang terus berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

RotiO dalam Sorotan: Analisis 7 Aspek Bisnis di Balik Roti Viral Indonesia

3 Mei 2025   12:21 Diperbarui: 3 Mei 2025   12:23 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Industri bisnis food and beverage di Indonesia saat ini terus mengalami pertumbuhan dan kemajuan yang signifikan seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan pola konsumsi yang semakin praktis namun tetap mengedepankan kualitas. Salah satu produk yang berhasil mencuri perhatian konsumen dalam industri ini adalah Roti’O, merek roti yang saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban, terutama para pengguna layanan transportasi umum seperti kereta dan pesawat.

Roti’O berdiri pertama kali pada 23 Mei 2021 dengan gerai pertamanya di Staisun Kota, Jakarta Barat di bawah naungan PT. Sebastian Citra Indonesia. Sejak didirikan, Roti’O menunjukkan perkembangannya yang pesat dan saat ini telah memiliki lebih dari 500 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk unggulannya adalah coffe bun yang dikenal karena aromanya yang enak dan disajikan langsung dari oven. Roti’O juga menyediakan berbagai pastry dan minuman dengan berbagai varian berbahan dasar kopi. Harga yang ditawarkan untuk produk-produk di atas pun cukup kompetitif, dimulai dari harga 12.000 rupiah.

Roti’O aktif menghadirkan promo maupun paket bundling yang dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk ini. Strategi penempatan outlet di lokasi transit stasiun dan bandara juga merupakan salah satu faktor kesuksesan dari brand ini. 

Dengan perjalanan bisnis yang cukup pesat, strategi pemasaran yang khas, serta keberhasilan dalam membangun citra produk yang kuat, Roti’O menjadi contoh menarik dari brand lokal yang mampu bersaing secara nasional. Dengan demikian,brand ini menarik untuk dianalisis lebih mendalam mengenai aspek-aspek bisnis seperti strategi, pasar, operasi, keuangan, inovasi, pesaing, serta regulasinya.

Strategi Bisnis 

Strategi inti Roti’O terfokus pada ekspansi jaringan gerai melalui skema franchise. Dengan modal awal berkisar Rp. 100 juta, Roti’O mampu menjangkau berbagai kota dan lokasi strategis di Indonesia. Penempatan outlet di area transit dengan lalu lintas tinggi seperti stasiun KRL, terminal bandara, dan pusat perbelanjaan menjadi kekuatan utama dalam mendatangkan konsumen secara konsisten.

Dalam aspek pemasaran, Roti’O menerapkan Integrated Marketing Communication (IMC) yang diwujudkan melalui penggunaan media sosial seperti Instagram dan TikTok, promosi visual yang konsisten, serta kerja sama dengan selebriti terkenal seperti Dude Herlino untuk meningkatkan brand image dan kepercayaan pelanggan. Branding Roti’O diperkuat dengan slogan “Dedikasi dalam Menyajikan Roti Berkualitas”, yang menunjukkan komitmen terhadap kualitas produk dan pelayanan.

Pasar dan Pelanggan

Roti’O memiliki pasar yang cukup luas dan inklusif. Secara demografis, pelanggan Roti’O berada dalam rentang usia 17 hingga 60 tahun, yang meliputi pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, hingga wisatawan. Secara sosio-ekonomi, brand roti ini menyasar segmen kelas menengah ke bawah dengan menawarkan produk dengan harga terjangkau tanpa menurunkan kualitas.

Salah satu strategi diferensiasi Roti’O yang terbukti efektif adalah penggunaan sensory marketing, khususnya melalui aroma kopi yang kuat dari roti yang dipanggang langsung di outlet. Aroma ini memicu daya tarik positif dan keputusan pembelian inklusif dari konsumen. Studi empiris juga menunjukkan bahwa aroma berkontribusi hingga 4,2% terhadap persepsi konsumen terhadap merek, lebih besar dari kontribusi citra rasa.

Operasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun