Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menangislah Nak, Sampai Kau Tertawa

1 September 2020   22:48 Diperbarui: 1 September 2020   22:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjenguk anak di pondok, dokpri

Brebes, 1 September 2020, 

Rasanya ada yang hilang, rasanya aku kangen dan merindu pada dua putri kecilku, ya sebut saja ia Nabil dan Salsa.

Tidak mudah untuk membiarkan mereka berada terpisah dengan kami dan tinggal di pondok, ada banyak hal yang tenti tidak bosa dipahami orang lain selain kami, dan tidak sedikit yang memandah sebelah mata bagi kita yang memilih memondokkan anak diusia dini.

Tidak elok kalau saya membela dan berargumentasi, pastinya semua orang tua berharap anak anaknya kelak sukses, sukses dengan takaran dan kadar masing masing.

Dan kami memilih untuk mengarahkan mereka belajar dari pondok pesantren, ingat kami mengarahkan buka memerintahkan. Dua kalimat yang memiliki perbedaan makna pastinya bahwa mengarahkan hanya sebatas memberikan pilihan yang terbaik dan merekan adalah anak anak luar biasa sampai memilih pada pilihan " ya ayah aku mau mondok " katanya.

Baik Nabil dan Salsa mondok diusia yang relatif sama sekitar 6 tahun masuk SDTQ atau sekolah dasar tahfidzul qur'an, dan sepanjang pengamatan kami mereka menikmati.

Akan tetapi tetap aja ada moment sebagai anak ia akan menjadi anak anak, saat ia mendadak menangis dan minta pulang.

Malam ini Nabil nagis setelah melihat saya ba'da magrib, ia cerita banyak hal tentang pengalaman yang baginya menyedihkan, dari bajunya di pake temannya tanpa pamit, dan susah atau tidak berani memgambil, dari uangnya yang hilang, sampai peralatan mandi yang juga di ambil temannya.

Menangislah nak...., ayah sayang kamu, ibu sayang kamu. " nggak papa nanti beli lagi kalau yang hilang, kalau barang yang lain ya udah ikhlasin aja " kataku.

Ayah yakin kamu mampu, kamu tegar, kamu hebat, kan anak ayah hebat hebat, percayalah kamu harus bahagia, jadi ya kalau bisa bilang baik baik, kalaunnggak ya udah nanti beli lagi. " Menangislah sampai kau tertawa, ayah sayang kamu dan ibu sayang kamu..., maafkan ayah dan ibu bila tak mampu mendidik ilmu agama pada mu, hingga kamu harus belajar disini, ini demi masa depan kamu yah... " lanjutku.

Memeluk erat buat aku menangis dalam senyum dan aku terenyuh, aku tahu tidak mudah bagi anak anak untuk.mandiri diusianya berada di pondok, tapi mereka nampak asik menikmati nuansanya, hanya saat begini tangisnya meledak, dan kini ia tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun