Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Damarwulan

19 November 2017   21:35 Diperbarui: 19 November 2017   21:42 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : http://sorayawedding.net

Hari mulai senja, ketika mentari perlahan kembali ke peraduannya, seharian ini ia telah lelah sinari hampir setiap sudut bumi kita, hanya tersisa beberapa bias cahaya yang terpancar menembus awan tipis diufuk barat, sinarnya tidak lagi merah terang seperti biasanya.

Sesosok wanita muda berjalan tanpa beban, tatapannya kosong menerawang jauh tak berujung, wajahnya sayu, kusut tak bergairah, langkah demi langkah ia susuri sepanjang jembatan tua di Desa Damareja.

Wulan Setianingtyas ( 25 tahun ), gadis periang, cantik dan energik, merupakan anak satu -- satunya sakyad dan maesaroh, sakyad merupakan tokoh masyarakat desa Kartasinugih, pemilik sekaligus pengelola toko bangunan "UD JAYA SINUGIH" yang merupakan satu -- satunya toko bangunan di desa itu.

Wulan merupakan gadis idola tiap pria di desa Kartasinugih dan desa sekitar, selain karena orang tuanya yang dikenal kaya, wulan merupakan anak yang supel, ramah selain cantik dan energik.

" Ms...jd tidak ? dede' tnggu d rmh, Gpl !!, ti sore' dede' mo da rapat desa, bls Gpl " Damar membuka hand phone nya sembari membuka matanya perlahan.
" Wadu..h, ko yo lali..!!! " laki -- laki itu bergegas bangun dan berlari menuju belakang rumahnya, wajahnya basah kuyup, dengan wajah panik ia ganti baju, dilihat sepintas jam dinding menunjukkan pukul setengah empat sore.
" Hallo... "
" hallo !, mas gimana sih ?! " wulan dengan nada kesal
" Dede', maaf mas telat sayang... "jawabnya laki -- laki itu memelas
" Maaf sayang..., bentar lagi mas sampai, mas kena macet nih .., dah nanti tak jelasin disana aja ya.., love you... " jelas laki -- laki itu tanpa memberikan waktu wulan untuk berkomentar, sembari menutup telpon genggamnya.

Hubungan spesial antara Damar dan Wulan sudah bukan menjadi rahasia lagi bagi masyarakat desa Damareja dan desa Kartasinugih, wulan yang cantik dan ramah membuat dirinya menjadi pemanis cerita masyarakat sepanjang hari, sementara Damar Santoso merupakan anak Wijaya Soetomo yang merupakan kepala desa Damareja, pemuda lulusan Hukum salah satu PTS di Jakarta itu dikenal sebagai anak yang baik, badannya tegap, wajah putih dan gagah, membuat pandangan gadis terpanah tiap ia lewat.

Dewi asmara memang benar -- benar memihak pada mereka, pasangan yang sangat serasi antara kembang desa dan kumbang desa, kedua orang tua mereka pun sangat mendukung, kelulusan wulan dari SMA di seberang desa bertepatan dengan diterima kerjanya damar di jakarta hingga orang tua wulan tak segan menitipkan wulan pada bibinya untuk melanjutkan kuliah di jakarta, dengan harapan damar akan tetap menjaga wulan.

Tiada pernah hari terlewati tanpa kebersamaan, damar dan wulan biasa dipanggil "Damarwulan"  oleh teman -- temannya, Damarwulan yang mungkin berarti cahaya rembulan seiring dengan kehidupan mereka, kebersamaannya selalu berhias dengan cinta, tawa, dan canda, tiada pernah sekalipun wulan mengalirkan air mata, damar selalu ada saat wulan ada, bahkan pertengkaran pun tiada pernah tercipta, cerita cinta damarwulan melebihi cerita cinta romeo -- juliet atau siti nurbaya.

 " Dede'.... de'... mas mo ngomong ? "
" Ngomong aja, emang sakit tenggorokan ya ?!, ngomong aja pake' izin, mang dede' ratu pa ya ?! ;" " SERIUS nih... !!! " agak kesal damar menegaskan
" ya... ya..., aja apa aja apa..cayang... otong nanang...? he... " wulan menjawab santai sembari bibirnya dicibirkan dan menggoda damar.
" DEDE' NIH SERIUS TAHU !!! " damar tampak marah.
" Ii...h... mas damar cakep deh kalo marah..., kaya... hanoman tuh... he... "damar spontan menjadi tersenyum menahan tawa, wulan lari ke tengah sawah di pematang sawah, mereka saling berkejaran melupakan ketegangan yang terjadi, tawa lepas sesekali terlontar jauh dipenjuru persawahan, wulan tertangkap ketika sampai diujung gubug petani, nafas mereka tersengal dengan sisa tawa yang ada, wulan meminta maaf atas guyonnya tadi dengan manja, dengan lembut damar membelai wajah wulan dan rambutnya yang tergerai anggin, mereka akhirnya melepaskan kelelahan sambil tiduran.

Matahari tepat di ubun kepala, ketika terik terpanas terpancar bakar kulit manusia. Sementara itu di gubung tua di tengah sawah suatu desa, heningnya gubug dan semilirnya angin yang berhembus dengan irama cinta, membuat orang -- orangan sawah menari -- nari bermaen dengan burung.

Semilir angin yang berhembus seolah membisikkan mantra asmara dan keheningan suasana kala itu membuat dua sejoli melupakan batasan hubungan mereka, gerai rambut wulan dan wajahnya yang putih membuat gairah damar terbakar, memang bukan kali pertama mereka bercumbu rayu, tapi... hari ini, wulan tak kuasa dan tak berdaya pertahankan kesuciannya, ketika semua melayang tak terkendali, ketika asmara bergelora, ketika semua tak bisa di pertahankan dan ketika burung -- burung mendadak berterbangan, ketika mereka terhempas dalam peluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun