Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merapi Tak Pernah Ingkar Janji

6 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 6 Januari 2021   17:04 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Merapi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang (Dokpri)

Siapa yang tidak kenal Gunung Merapi. Salah satu gunung beapi yang sangat aktif di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini memang sangat fenomenal. Gunung yang wilayahnya melingkupi empat kabupaten yaitu Magelang, Klaten, Boyolali dan Sleman ini memang selalu membuat warga sekitar sport jantung. Bagaimana tidak, di balik kegagahannya selalu saja ada kejutan-kejutan tak terduga. Entah itu batuk ringan, sedang bahkan kronis dan dahsyat.

Kedahsyatan Merapi sangat terasa saat erupsi pada tahun 2010. Kedahsyatan sebelumnya terjadi pada tahun 2006 yang menewaskan tokoh spiritual sekaligus penjaga Merapi yang sangat tersohor lewat iklan 'rosa-rosa'nya di layar kaca. Dialah Mbah Marijan.

Sebagai seorang pegawai lapangan yang bertugas di kecamatan yang wilayahnya sangat dekat dengan puncak Merapi tentu menjadi pengalaman luar biasa bagi saya. Selain pengalaman masa kecil yang sering menyaksikan lelehan lahar panas yang merah membara dari kejauhan, beramai-ramai ke tepi sungai untuk sekedar melihat kedahsyatan lahar dingin yang 'mulak-mulak' menakutkan, banyak sekali pengalaman saat ini yang lebih dahsyat dari itu.

Pengalaman paling mengesankan adalah peristiwa erupsi Merapi tahun 2010. Erupsi terdahsyat yang saya alami sepanjang hidup saya. Masih terbayang bagaimana kami begitu panic dan takut ketika mendengar Merapi meraung-raung. Gluuur gluuuur gluuur. "Bu, takuuut!" bisik anakku sambil memelukku. Kusimak suara ibu dari balik handphone,"Piye zah, aman to? Iki gek do kumpul  ono ing mushola samba ndedonga." (Bagaimana zah, aman ya? Ini semua baru berkumpul di mushola sambil berdoa).

Sementara di depan rumah ada 240 warga yang mengungsi di tempat kami. Kami yang notabene adalah korban, karena kondisi pemukiman kami juga sangat parah. Saat itu Muntilan bak kota mati. Jalanan dipenuhi abu vulkanik yang sangat tebal, akses jalan yang nyaris terputus, listrik padam, sesekali hujan abu masih turun. Tapi kami bertahan demi mereka. Para pengungsi yang pemukimannya lebih parah dari tempat kami.

Lava pijar yang terlihat seperti bara api yang meleleh
Lava pijar yang terlihat seperti bara api yang meleleh "ndledek" (Dokpri)

Kini, sinyal akan adanya erupsi itu kembali menyapa kami. Bermula sejak Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) pada tanggal 5 November 2020 lalu. Potensi ancaman bahaya yang terjadi pada level ini adallah adanya luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

Proses evakuasi warga beresiko tinggi untuk mengungsi (Dokpri)
Proses evakuasi warga beresiko tinggi untuk mengungsi (Dokpri)

Kondisi ini mengharuskan  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Magelang untuk segera berkoordinasi dengan berbagai elemen masyarakat, khususnya kecamatan yang berada di kawasan Gunung Merapi, salah satunya kecamatan tempat aku bekerja. Evakuasi pengungsi dengan resiko tinggi yakni lansia, balita dan ibu hamil segera dilakukan. Beberapa lokasi pengungsian di beberapa desa saudara (sister village) sudah disiapkan. Para pengungsipun mendapatkan fasilitas dan pendampingan dari beberapa relawan sampai kondisi benar-benar aman. Namun ternyata kondisi tidak berubah secara signifikan. Mereka rindu rumah. Senyaman apapun dan dilayani sebaik apapun yang namanya barang pengungsian tetap tidak membuat mereka krasan. Teringat akan sawah ladang, hewan peliharaan, keluarga yang tidak mengungsi dan aneka pekerjaan. Akhirnya sebagian dari mereka kembali ke rumah.

Seiring waktu berjalan, status belum berubah, namun ada aktifitas gunung yang meningkat. Guguran lava pijar sesekali terjadi. Dentuman dari arah gunung juga sesekali terdengar di Pos Pantau Gunung Merapi  Babadan, Dukun, Magelang. Muncul kubah lava dan lava pijarpun meleleh keluar dari puncak gunung.  'Ndledek" itu istilah penduduk setempat. Jika dilihat dari kejauhan seperti bara api yang mengalir pelan keluar dari kawah di puncak gunung. Indah sekali, tapi berbahaya tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun