Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Profesor ASI, Sebuah Perjuangan Menyelamatkan Generasi

7 Agustus 2020   12:53 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:13 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang fasilitator bimbingan perkawinan (Bimwin) yang salah satu tugasnya memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada calon pengantin, saya merasa wajib mengampanyekan pentingnya memberi ASI. Tidak hanya calon istri yang dimotivasi, namun calon suami juga harus dimotivasi untuk mendukung program tersebut.

Selain di forum bimwin, kampanye ASI juga selalu saya gaungkan dalam kegiatan bimbingan penyuluhan dan pendampingan pada berbagai kelompok binaan. Cakupannya sangat luas dan meliputi berbagai generasi.

Materi untuk generasi muda lebih pada bagaimana mereka mempersiapkan diri ketika berumahtangga kelak. Salah satunya adalah dengan mempersiapkan generasi berkualitas. Salah satu kunci generasi berkualitas adalah pemberian asupan gizi yang tepat, di antaranya pemberian ASI.

Sedangkan materi untuk kelompok yang sudah berkeluarga, tidak lain seputar motivasi memberi ASI, manfaat dan kelebihan ASI daripada asupan susu yang lain. 

Adapun jika pendengar adalah lansia, semangat untuk memotivasi supaya mereka mendukung program pemberian ASI, seperti halnya motivasi kepada para suami untuk mendukung istrinya memberikan ASI kepada buah hati.

Selain itu juga ada usaha untuk mengurangi kekhawatiran mereka akan ketidakcukupan asupan bagi si bayi jika hanya diberi ASI saja pada enam bulan pertama yang dikenal dengan ASI Esklusif.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, orangtua jaman old, sering khawatir kalau asupan ASI saja tidak cukup. Sehingga tidak jarang mereka memberikan asupan lain yang belum waktunya bagi si bayi. 

Ya, asupan yang menjadi warisan turun temurun, seperti air tajin (air yang mendidih saat menanak nasi secara manual), atau terburu-buru memberikan makanan pendamping ASI berupa makanan padat seperti bubur dan masih banyak lagi. Dibutuhkan tips khusus untuk memberikan pemahaman dengan cara yang tepat, sehingga bisa benar-benar diterima dan dipraktekkan.

Sebagai jurkam alias juru kampanye  ASI, tentu saja saya tidak boleh jarkoni. Ujar nanging ora nglakoni. Menyuruh tapi tidak melakukan. Kalau merujuk pada Al Quran surat Ash-shaf ayat 2,  saya bisa dikatakan kaburo maqtan alias dosa besar. "Mengatakan yang tidak saya lakukan". Omdo, omong doang!

Tenang saja, saya berani bicara karena saya melakukan. Kalaupun saat itu saya tidak melakukan secara maksimal, pasti saya akan mencari seribu alasan untuk menjelaskan. Bukankah selalu saja ada alasan untuk membela diri kalau tidak bisa menyelesaikan tugas yang hanya bisa dilakukan oleh seorang ibu, bukan yang lain.

Nah, di hari terakhir Pekan ASI Sedunia ini, saya akan mengajak Anda berselancar menyusuri euforia kepuasan dan kebanggaan seorang ibu ketika tuntas menyelesaikan tugas menyusui selama dua tahun penuh. Tidak kurang, tidak lebih." Haulaini kamilaini" begitu Allah menyebut dalam surat al baqarah ayat 233. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun