Mohon tunggu...
Azalia Verina
Azalia Verina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis mengenai kearifan lokal yang dimiliki Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Pancasila yang Tercermin pada Penyelenggaraan Festival Tabuik

19 Juli 2021   12:52 Diperbarui: 19 Juli 2021   13:20 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.infobudaya.net/2017/10/tabuik-festival-unik-masyarakat-pariaman/

Pancasila merupakan ideologi negara yang memberikan bimbingan kepada seluruh masyarakat Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai yang terkandung dalam Pancasila juga menjadi landasan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Penanaman nilai-nilai Pancasila pada masyarakat dapat melalui berbagai media, seperti kearifan lokal yang sangat melekat pada tradisi dan kebiasaan masyarakat pada suatu tempat. Salah satu kearifan lokal yang dapat mengajarkan mengenai nilai Pancasila tepatnya sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa" dan sila ketiga "Persatuan Indonesia" adalah Festival Tabuik yang berasal dari Kota Pariaman, Sumatera Barat. 

Festival Tabuik

Festival Tabuik adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura yaitu gugurnya Imam Husein yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad SAW dalam membela agama. Setiap tahunnya, Festival Tabuik selalu disaksikan oleh puluhan ribu pengunjung dari berbagai pelosok Sumatera Barat dan juga turis asing. Festival ini  bermula sejak tahun 1826 Masehi. Tabuik adalah istilah dari usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara berlangsung. Kata ini berasal dari Bahasa Arab yaitu tabut yang bermakna peti kayu, nama ini mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut Buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh Buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari Buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya. 

Tabuik terbagi atas dua bagian utama, yaitu bagian atas dan bawah. Bagian atas sendiri merupakan puncak dari tabuik yang dihiasi dengan payung besar dengan bunga-bunga salapan. Di bagian atas juga diletakkan hiasan yang menutupi bagian peti yang ditegakkan di atas tabuik. Keseluruhan bagian ini menggambarkan peti Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang tewas terbunuh di Karbala. Sedangkan, bagian bawah terdiri dari bagian yang berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda dibuat dari rotan dan bambu yang dilapisi kain beludru halus warna merah dan hitam. Pada keempat kakinya terdapat gambar kalajengking yang menghadap ke atas. Bagian ini melambangkan simbol Buraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Buraq sendiri diceritakan digunakan oleh Rasulullah untuk melaksanakan Isra' dan Mi'raj.

Hingga saat ini terdapat dua lokasi Upacara Tabuik, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Tabuik Pasa (pasar) merupakan Upacara Tabuik yang dilaksanakan di wilayah yang berada di sisi selatan sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah asal muasal Tradisi Tabuik. Sedangkan, Tabuik Subarang (seberang), wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.

Rangkaian tradisi tabuik di Pariaman terdiri atas tujuh tahapan Ritual Tabuik, yaitu mengambil tanah pada 1 Muharram, menebang batang pisang pada 5 Muharram, Mataam pada 7 Muharram dan dilanjutkan Maraak Jari-Jari pada malam harinya, Ritual Mangarak Saroban pada 8 Muharram. Pada hari puncak, dilakukan Ritual Tabuik Naik Pangkek, kemudian dilanjutkan dengan Hoyak Tabuik. Hari puncak ini dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram, tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram, biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib Tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.

Cerminan Pancasila

Oleh karena itu, di dalam penyelenggaraan Festival Tabuik terdapat makna persatuan sesuai dengan sila ketiga. Dimana dalam pelaksanaannya, baik penyelenggara maupun penonton berasal dari bermacam suku, bahasa, agama, keturunan tetapi tetap satu tujuan yaitu memperingati Asyura. Festival ini pun dapat terlaksana karena masyarakat setempat mau bekerja sama dan bergotong royong dalam perencanaannya maupun eksekusi dari Festival ini. Sehingga, kita dapat melihat nilai-nilai persatuan yang tercermin pada siapapun, tanpa memandang fisik maupun ekonomi orang tersebut. Seperti salah satu rangkaian dalam Festival Tabuik, yaitu prosesi atau ritual Maarak Jari-jari, dimana prosesi ini berupa kegiatan charity kepada masyarakat. Ritual ini juga memiliki makna bahwa kegiatan pesta budaya Tabuik perlu melibatkan masyarakat luas.

Tidak hanya itu, kita juga dapat melihat adanya implementasi dari sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Dimana tujuan dari penyelenggaraan festival ini sendiri adalah memperingati gugurnya Imam Husein dalam membela agama. Selain itu, unsur adat yang terkandung dalam pelaksanaan tabuik meliputi Bungo Salapan, Tonggak Atam, Tonggak Serak, Jantuang-Jantuang, Pasu-Pasu, dan Ula gerang yang berjumlah delapan merupakan gambaran perpaduan antara adat dan agama, sehingga nilai-nilai adat yang terkandung dalam Tabuik tidak jauh dari nilai-nilai agama.

Relevansi dengan Kehidupan Saat Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun