Mohon tunggu...
Music

Apa yang Membuat Kpop Itu Kpop?

10 Maret 2019   23:59 Diperbarui: 10 Maret 2019   23:56 2926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Apa yang terlintas di benak kalian apabila mendengar kata Kpop? Ya, Korean Pop atau yang biasa kita kenal dengan Kpop merupakan industri musik Korea Selatan yang identik dengan grup yang beranggotakan banyak member, musik yang up-beat dan tarian mereka yang enerjik. Kpop di Indonesia sendiri sudah bukan hal yang baru lagi terutama bagi anak muda. Penggemar Kpop sendiri biasanya disebut dengan Kpopers. Mulai dari Super Junior, SNSD, EXO, BTS, Twice, Sistar dan masih banyak lagi grup Kpop lain yang saat ini sangat diidolakan oleh anak- anak muda di seluruh dunia. Kpop menjadi hal yang sangat meledak dan booming ketika era Super Junior dengan single-nya yang bertajuk Sorry Sorry keluar di pasaran.

Sebenarnya, Kpop itu apa? Kpop merupakan gabungan antara pop culture  dengan penambahan lirik Bahasa Korea sehingga menjadikan satu genre musik baru yakni Korean Pop atau Kpop. Budaya musik pop yang diadopsi oleh Kpop sebenarnya sudah berkembang lama yakni seperti yang kita ketahui, pop berasal dari Amerika. Kpop mengadopsinya dan kemudian memadukannya dengan bahasa dan budaya mereka. Jadi, Kpop sendiri tidak seratus persen budaya yang berasal dari Korea Selatan. Biasanya dalam Kpop juga diselipkan lirik rap yang menjadi ciri khas musik Kpop, yakni dalam Kpop selalu ada part vokal dan rap. 

Tapi, sebenarnya apa yang membuat Kpop itu Kpop? Seperti sebelumnya, kita mengetahui bahwa musik Kpop sendiri tidak seratus persen dari Korea Selatan, melainkan Kpop mengadopsi musik pop kemudian menggabungkannya dengan budaya mereka. Namun, sebagai industri musik yang mendunia dewasa ini, stigma masyarakat khususnya bagi penggemar Kpop Internasional beranggapan bahwa, Kpop merupakan budaya Korea Selatan dan yang berada di dalam industri itu haruslah orang Korea Selatan (Asia). Seorang dari Vice (youtube channel) bernama Lee Adams datang ke Korea Selatan untuk mencari tahu bagaimana sebuah grup Kpop yang anggotanya bukan berasal dari Korea dapat bertahan di industri musik Korea Selatan. Wanita dari Korea Selatan bernama Bora Kim melakukan eksperimen yakni ia ingin mengetahui apa sebenarnya yang mebuat Kpop itu Kpop?

Bora merupakan wanita Korea yang bersekolah di Columbia University dan sedang ingin melakukan eksperimen dengan membentuk grup Kpop yang member-nya bukan berasal dari Korea Selatan. Awalnya, ia membuka audisi secara terbuka, dan ia terkejut dengan kenyataan bahwa banyak sekali orang yang ingin berpartisipasi dalam eksperimen tersebut. Dari sekian banyak orang yang diseleksi untuk menjadi member EXP Edition, ada empat orang yang lolos audisi tersebut dan melakukan training seperti idol Kpop lainnya. Diantaranya Sime (Kroasia-Amerika), Frankie (Rhode Island), Koki (berdarah Jepang-Jerman tapi tumbuh di Texas Amerika), dan Hunter (dari New York). Mereka semua memiliki latar belakang yang berbeda tapi rata- rata mereka memiliki pengalaman dalam hal teater musikal. Bora menggalang dana untuk eksperimennya ini dengan penghasilan sekitar Rp. 500.000.000-, yang ia lakukan di Kickstarter.

Sebagai orang yang tidak punya pengalaman dalam industri hiburan Korea Selatan, Bora perlu belajar dalam melakukan eksperimennya. Mulai dari proses training para idol hingga pemasaran mereka. Rata- rata seorang trainee di Korea berlatih lebih dari sepuluh jam per hari dan persaingan yang ketat juga semakin menyulitkan kesempatan mereka untuk debut. Tingkat stress yang tinggi akibat latihan tak jarang juga membuat para trainee memutuskan untuk keluar dan bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Hal ini juga harus menjadi pertimbangan Bora dalam melakukan eksperimen ini. Bora sangat optimis dengan eksperimen yang ia lakukan.

Para member kemudian melakukan training di Korea Selatan, mulai dari belajar Bahasa Korea, berlatih vokal, rap, dan koreografi. Mereka juga tinggal di sebuah dorm atau basecamp seperti layaknya sebuah grup idol Korea. Segala hal yang berkaitan dengan idol Kpop telah mereka jalani, dan akhirnya mereka didebutkan pada tahun 2015. Tapi tunggu, apa respon masyarakat tentang grup Kpop pertama yang membernya bukan orang Korea? Respon masyarakat sungguh mengejutkan! Fans Kpop internasional justru bereaksi menentang grup tersebut. Mereka terang- terangan mengkritik bahwa itu bukan Kpop yang mereka inginkan. Fans Kpop yang berasal dari luar Korea berpendapat bahwa, itu bukanlah Kpop yang mereka inginkan, mereka tidak menginginkan orang berkulit putih ada dalam musik Kpop yang mereka sukai.

Yang berbanding terbalik justru reaksi ditunjukkan oleh warga Korea Selatan sendiri, meskipun tidak terlalu hangat respon tentang munculnya grup ini, tetapi warga Korea sendiri menganggap mereka sama dengan grup Kpop lainnya. Mereka bernyanyi, menari, rap dan memiliki video klip yang sama dengan grup idol lainnya. Bora juga menegaskan bahwa dalam Kpop, tidak ada unsur tradisional Korea apapun di dalamnya. Karena menurutnya Kpop memiliki unsur yang sama dengan budaya pop lainnya dan siapapun bisa menjadi seorang idol Kpop tidak menutup kemungkinan orang kulit putih.

Sebagai penikmat musik Kpop, saya juga sependapat dengan fans Internasional yang lain yaitu, saya tidak begitu tertarik dengan grup Kpop yang tidak memiliki anggota dari Korea Selatan. Akan terasa sangat aneh ketika melihat lima orang berkulit putih, menari dan bernyanyi dengan Bahasa Korea yang mana mereka tidak akan sefasih orang Korea asli ketika menyanyikannya. Sangat canggung dan cenderung kurang menarik. Tapi, dari situ saya mulai berfikir bahwa, apa yang membuat musik Kpop itu Kpop? Apakah mereka semua harus berasal dari Korea? Apakah nyanyiannya harus berbahasa Korea?

Mungkin, semua ini berangkat dari stigma masyarakat tentang Kpop itu sendiri. Mereka beranggapan bahwa, segala sesuatu yang berbau Korea Selatan itu Kpop, semua orang Korea menyukai Kpop. Namun pada kenyatannya, Kpop sendiri belum tentu di sambut hangat oleh masyarakat mereka (Korea Selatan). Kpop memang sangat mendunia saat ini, dan itu menjadikan mereka meraup untung jutaan dolar dari seluruh dunia dan tidak kita pungkiri menjadi penghasilan terbesar bagi pemerintah Korea Selatan sendiri. Apa yang membuat Kpop itu Kpop adalah stigma masyarakat tentang Kpop yang identik dengan budaya Korea dan semua tentang Korea yang ada di dalamnya tanpa tahu bahwa Kpop sendiri sebenarnya bukan hal yang murni dari Korea Selatan melainkan adopsi budaya pop dan kemudian diasimilasi menjadi Kpop. Dan sebenarnya semua orang bisa menjadi seorang yang berada dalam industri itu. Jadi, bagaimana Kpopers? Masih menganggap Kpop haruslah orang Korea? Itu tergantung perspektif kalian dan kalian juga bebas untuk memberikan pendapat.

Source: https://www.youtube.com/watch?v=I4gO6HYGzTA&t=144s 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun