Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rujak dari Gayus

23 November 2010   05:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12904904671848388590

Hal pertama yang berkesan bagi saya ketika berkendara pertama kali di jalanan ibukota adalah pemandangan puluhan pengendara sepeda motor yang "pemberani." Bagaimana tidak? Ketika lampu lalu-lintas menyala merah pun, mereka tetap menerobos marka dan maju sejauh mungkin ke depan, menanti kendaraan dari arah lain berhenti, lalu beramai-ramai memacu kendaraan mereka, meski lampu lalu-lintas di belakang mereka masih menyala merah, dan itu semua mereka lakukan di hadapan petugas Satlantas yang berdiri saja di depan posnya, seolah memberikan restu atas perilaku ugal-ugalan yang mereka tunjukkan. "Selamat datang di ibukota," demikian celetuk sebuah suara di hati saya. Di kota asal saya, tak ada yang berlaku seperti pengendara-pengendara motor itu. Masyarakat ibukota lebih pintar rupanya, karena mereka tahu bahwa kejahatan apapun asal dilakukan secara kolektif akan susah diperkarakan. Namun, susah bukan berarti tidak bisa. Bapak petugas mungkin sudah terlalu terbiasa melihat pelanggaran itu, sehingga lama-lama ia bosan juga. Terjadilah pembiaran. Orang-orang, begitu melihat pembiaran itu, akan semakin menjadi-jadi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan para pengendara "baik-baik" akhirnya tergoda untuk melakukan pelanggaran yang sama. Seandainya petugas mau bekerja lebih keras dan lebih disiplin, tentunya ia akan menilang pengendara motor yang "bandel" itu, meski hanya satu atau dua kendaraan. Jika hal ini dilakukan tiap saat, saya yakin bahwa pelanggaran kolektif seperti itu takkan terjadi lagi, kecuali, sesuai "jiwa" masyarakat kita, petugas itu diganti dengan petugas lain yang tidak meneruskan "tradisi" tilang tersebut. Namun bagaimanapun juga, tak ada salahnya mencoba kan? Bibit kebaikan memang lebih sulit tumbuh dibandungkan bibit kejahatan, namun sekali lagi saya katakan, sulit bukan berarti tidak bisa. Sifat dasar manusia mungkin memang cenderung melakukan pelanggaran, tetapi jangan lupa juga bahwa manusia juga punya rasa takut, apalagi jika harus "berjuang" sendirian. Seperti halnya "kejahatan lalu-lintas" tersebut, kejahatan dalam berbagai bidang lainpun setali tiga uang. Jika pemberantasan korupsi hanya sekedar slogan, maka Gayus-Gayus pun akan tetap bebas berkeliaran. Sebagai prajurit yang dididik dalam lingkungan hierarkis, petugas kepolisian tentunya akan memperlakukan tahanan sesuai "level" masing-masing. Logika sederhana saja, jika yang dibantu Gayus salah satunya adalah pengusaha kaya merangkap pejabat pemerintahan, siapakah yang bertindak "sembrono dan konyol" memperlakukan Gayus tanpa keistimewaan? Kejahatan Gayus bukanlah kejahatan personal. Ia melibatkan begitu banyak pihak di dalam lingkaran kejahatannya, dan siapakan yang terlampau berani untuk menindak mereka semua? Kalaupun ada, beliau pastilah akan bernasib seperti angin, berlalu sebentar saja dan tidak terlihat lagi. Hai, wartawan, petugas tiket, atau siapapun juga yang melihat seseorang yang berada di tempat yang tidak seharusnya, biarkan saja. Jangan diceritakan kepada orang lain, apalagi difoto, karena bisa-bisa Anda yang malah jadi tersangka! Lain kali, jika ada yang melihat Gayus lagi, cukup dekati saja, ajak berkenalan, ajak bersalaman. Bersalaman dengan gaya Sunda boleh, dengan gaya Papua juga boleh, selama tidak melanggar aturan dosa besar. Siapa tahu, pulangnya Anda malah diajak pergi bersenang-senang sebagai ucapan terima kasih karena telah menemaninya di saat sendirian. Kalau diajak bersenang-senang nanti, tolong saya dibelikan rujak pedas di Pasar Baru yaa...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun