Mohon tunggu...
Ayu karimah
Ayu karimah Mohon Tunggu... mahasiswa

Hai everyone, saya Ayu Nurul Karimah Mahasiswa dari Universitas Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Progam Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah: Harapan Gizi Sehat, Realita Keracunan Massal.

3 Oktober 2025   12:15 Diperbarui: 3 Oktober 2025   12:15 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program makan bergizi gratis di sekolah sejatinya hadir untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan prestasi belajar siswa. Dengan gizi seimbang, anak diharapkan lebih fokus, bersemangat, dan mampu berkembang secara optimal. Namun, dalam praktiknya program ini tidak selalu berjalan mulus. Kasus keracunan massal akibat makanan gratis yang sempat viral baru-baru ini justru memunculkan pertanyaan besar tentang keamanan pangan, pengawasan kualitas, dan efektivitas implementasi program tersebut.

Sejak awal, gagasan makan gratis di sekolah dibangun di atas dasar pentingnya gizi seimbang untuk anak usia sekolah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapat nutrisi cukup cenderung memiliki daya ingat lebih baik, fokus yang tinggi, serta motivasi belajar yang lebih stabil. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu mengurangi angka stunting, meningkatkan partisipasi belajar, dan menekan ketimpangan sosial di bidang pendidikan. 

Sayangnya, kasus keracunan massal akibat makanan gratis di sekolah menggeser harapan tersebut menjadi kekhawatiran. Siswa yang seharusnya mendapatkan manfaat justru harus berhadapan dengan kondisi kesehatan yang memburuk. Hal ini menimbulkan pertanyaan kritis: apakah standar kebersihan, distribusi, serta pengawasan pangan sudah dilakukan secara konsisten? Atau justru program yang niatnya baik terhambat oleh pelaksanaan yang kurang matang?.

Keracunan massal bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada psikologis siswa. Rasa trauma, takut makan di sekolah, hingga hilangnya kepercayaan terhadap program pemerintah bisa muncul. Dari sisi pendidikan, siswa yang sakit akan kehilangan jam belajar, menurunnya semangat, bahkan memengaruhi capaian akademik. Guru dan orang tua pun ikut merasakan dampak psikososial karena harus beradaptasi dengan kondisi yang tidak diharapkan.

Oleh karena itu, pelaksanaan program makan gratis perlu mendapat pengawasan ketat. Mulai dari proses produksi hingga distribusi harus sesuai standar keamanan pangan. Dengan pengelolaan yang tepat, program ini bisa kembali pada tujuan awalnya yaitu menyehatkan siswa, bukan membahayakan mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun