Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Nikmat Teknologi Mana yang Kalian Dustakan?

13 Desember 2018   13:00 Diperbarui: 13 Desember 2018   13:14 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dunia teknologi yang semakin berkembang tidak selaras dengan bertambahnya kecerdasan pengguna era 4.0, alih-alih mencerdaskan kecanggihan tersebut digunakan sebagai alat penyebar berita palsu yang dibingkai menjadi sempurna, bahkan seolah-olah benar sehingga media tak dapat menilai benar atau salahnya.

Kecanggihan editing foto, kemudahan mengakses internet, dekatnya media dengan kita, di manfaatkan oleh orang licik untuk menyebar berita hingga foto palsu, dimana banyak pengguna awam yang langsung percaya tanpa mengecek kebenaran tersebut, alhasil berita tersebar. Mau tidak mau hidup di Indonesia sebagai Negeri dalam kepungan berita palsu.

Jika kita tidak bijak dan tabayyun dalam bermedia hingga menggunakan teknologi yang semakin canggih alhasil hanya jadi konsumen berita palsu yang dengan mudah memakannya lalu menyebarkan. karenanya mengapa sangat penting kesadaran diri bukan hanya pendidikan tinggi. Bahkan sekelas profesor saja masih bisa menyebarkan berita palsu.

Kasus palsu yang akhir-akhir ini menimpa masyarakat Indonesia yaitu tentang foto Khabib Nurmagomedov yang memegang kaos dengan bertuliskan #2019gantipresiden. Banyak masyarakat awam yang ikut menyebar entah tujuannya hanya untuk lelucon atau memang penyebar berita palsu, namun jika kita menggunakan ilmu lalu bertabayyun, foto itu jelas editan, hal tersebut hanya dijadikan ajang kampanye dengan membawa nama sang atlet yang sedang menjadi buah bibir masyarakat.

Tidak hanya itu, masih banyak berita atau informasi palsu yang tersebar, dilansir dari laman kominfo.go.id ada 800.000 situs penyebar berita palsu (hoax) di Indonesia. Miris sekali bukan, kita hidup di negeri kepungan berita palsu yang mendarah daging, padahal arus teknologi semakin canggih, sumber daya manusia semakin lemah.

Di sebuah media menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 3 bulan saja ada 230 konten berita palsu tersebar.  Bagaimana tidak, bencana Palu saja masih dimanfaatkan oleh orang licik untuk menyebarkan berita palsu, yaitu tentang penerbangan gratis bandara yang membuat sejumlah masyarakat memenuhi bandara, padahal itu lahir dari sebuah berita palsu.

Di era 90 an teknologi tak secanggih sekarang, handphone saja belum android, laptop komputer tak semua orang punya. Agaknya kenyamanan masyarakat Indonesia juga tak terusik karena banyaknya berita palsu, namun berkembangnya dunia digital dan kebebasan pers pada saat ini membuat mudah untuk memanfaatkannya menjadi hal negatif. Padahal nikmat teknologi canggih sangat memudahkan bagi kita, tidakkah kita bersyukur dengan cara bijak bermedia?

Mudahnya mengakses dan menerbitkan berita, bahkan di situs abal-abal dijadikan alat oleh sebagian orang untuk membuat onar. Entah hal tersebut lahir dari keisengan atau kurangnya pendidikan literasi digital, yang pasti penyebar berita palsu harus diberi pelajaran yang setimpal. Sehingga masyarakat awam yang belum faham tidak lagi termakan berita palsu tersebut. Bagi kita yang sudah memahami ada baiknya mengecek kembali berita tersebut palsu atau tidak dengan cara mencari tema yang sama di google lalu mencari referensi dari media mainstrean yang lebih bisa dipercayai

Jika belum terdeteksi, karena canggihnya teknologi kita bisa mengecek di aplikasi pendeteksi hoax seperti plagiarism checker atau jika gambar bisa melalui google reserve image research. Masih ada hoax buster tools dan seambrek aplikasi pendeteksi hoax lainnya. Maka nikmat teknologi mana yang kalian dustakan?.

Seditik tips untuk melawan hoax dari penulis yaitu, cek ricek alamat situs, detail visual, perhatikan website yang banyak iklannya, cek pakem media, baca beritanya terlebih dahulu lalu cobalah cek situs mainstream. Selamat mencoba! Mari bersama sadar media dan perangi berita hoax.

penulis: Ayu Kamalia Khoirunnisa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun