Mohon tunggu...
Ayub Abdillah
Ayub Abdillah Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar Awam

Mari berkontroversi ria!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Bersepakat, Guru BK Itu Galak!

8 September 2019   16:06 Diperbarui: 8 September 2019   16:14 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Guru BK itu galak, suka ngehukum, banyak aturannya." Kalimat tersebut terlontar dari seseorang yang berkomentar ketika ditanya pendapat tentang seorang guru BK di Indonesia. Mungkin banyak yang setuju dari pernyataan tersebut, mungkin saja banyak juga yang tidak setuju. Lalu bagaimana menurut kalian? Atau bahkan jangan-jangan kalian tidak tahu sama sekali tentang BK? Yang tidak tahu, ketahuan sekali dia sekolah di kampung, eh, ya termasuk saya sekolah di pelosok negeri.

Lalu mengapa sih, guru BK itu terkesan galak, suka ngatur, banyak aturan, dan tak jarang juga mereka dicap oleh para murid sebagai polisi sekolah. Bukankah BK itu akronim dari bimbingan konseling? Bukankah bimbingan itu diartikan sebagai tuntunan, penjelasan cara mengerjakan sesuatu (KBBI V). Bukankah bimbingan itu sebuah hal yang positif? Sedangkan konseling sendiri berarti upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya (Schertzer & Stone :1980). Wah terdengar keren bukan? Ya pada intinya bimbingan konseling itu upaya untuk menuntun sesorang menuju jalan yang benar.

Pertanyaannya sekarang ialah, apakah stereotip kita yang salah selama ini tentang ke'galak'an guru BK atau memang guru BK nya yang memang galak dan menakutkan? Untuk menemukan jawabannya, berikut beberapa faktor yang menyebabkan guru BK itu terkesan galak:

1. Tidak sedikit guru BK yang  menunjukkan kesan "Galak"

Dalam bimbingan konseling, Guru BK sudah menjadi kewajibannya untuk bersifat ramah, bersahabat dengan konselinya, dan menjadi teman curhat. Tapi dalam kenyataannya di Indonesia, sulit ditemukan guru BK yang memiliki sifat-sifat tersebut. Mengapa? Karena ternyata dari hasil survey dan penelitian yang dilakukan, tidak sedikit guru BK yang mengedepankan sifat garang dan galaknya, serta perilaku yang kurang mendidik dihadapan para siswa. Wajar saja jikalau stigma itu memperkuat pernyataan bahwasanya guru BK itu memang "Polisi Moral-nya Sekolah"

2. Kurangnya kompetensi guru BK

Fakta yang kurang menyenangkan berikutnya ialah bahwasanya ternyata guru BK yang ada di Indonesia belum mencapai standarisasi sebagai guru bimbingan konseling. Hal ini dinyatakan dalam artikel (Rosita Endang Kusmaryani : 2010) bahwasanya rata-rata skor tes pemahaman mengenai keterampilan konseling 19,36 atau 52,18%, yang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru bimbingan dan konseling masih dalam taraf sedang. Bagaimana mau menuntun seseorang jikalau ia sendiri tidak tahu tentang tata cara 'menuntun'?

3. Tidak semua guru BK itu lulusan BK

Prof. Mungin Eddy Wibowo seorang pakar Bimbingan Konseling dari Universitas Negeri Semarang menuturkan bahwasanya dari jumlah konselor yang ada di Indonesia tidak semua dari mereka yang berlatar belakang pendidikan bimbingan konseling, karena kekurangan guru BK, lantas mengambil alih guru bidang studi menjadi guru BK. Melihat dari kenyataan tersebut bisa kita bayangkan, alih-alih seorang guru Matematika lalu berganti menjadi guru BK? Semua keputusan harus pasti, tidak boleh beresiko, harus begini harus begitu.

Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas, tak ayal jika para siswa menganggap sifat galak itu memang melekat dengan kuat pada diri seorang guru BK. Niat awal kehadiran guru BK dapat mengatasi permasalahan yang ada pada diri siswa, malah menjadi momok yang menakutkan bagi setiap orang. Tentunya ini menjadi PR tersendiri bagi semua elemen masyarakat Indonseia baik pemerintah, lembaga sekolah dan para orang tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun