Mohon tunggu...
Ayu Anita
Ayu Anita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bebaskan Diri Kita dari Pemahaman Jihad yang Salah

23 September 2017   14:33 Diperbarui: 23 September 2017   14:46 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peace - http://kaizenindonesia.com

Ketika krisis kemanusiaan di Rohingya kembali mencuat, seketika itu juga kelompok intoleran membuka posko relawan jihad untuk pergi ke Myanmar. Sah-sah saja mereka melakukan itu. Hanya saja, bentk pertolongan yang lebih tepat adalah bantuan makanan, minuman, baju, atau mungkin pendidikan. Bukan mengirimkan orang untuk berperang, dengan pihak-pihak yang dianggap memerangi Rohingya. Semestinya, pemahaman perang itu hilang dalam pikiran kita semua. Betul, kelompok etnis Rohinya banyak yang menjadi korban, dan harus hidup berpindah-pindah karena takut jika dibunuh. Tapi kita ngjangan lupa, kondisi tersebut merupakan tugas antar presiden ataupun antar pemerintahan negara.

Yang menjadi tugas kita, masyarkat biasa adalah, membantu berdasarkan kekuatan kita masing-masing. Namun, dalam proses membantu tetap harus dilandasi semangat perdamaian. Bantuan yang dikirimkan harus mempunyai dampak positif bagi etnis Rohingya. Jika bantuan yang dikirim merupakan kelompok untuk berperang, dikhawatirkan hanya akan memperbanyak jatuhnya korban. Sudah banyak korban berjatuhan, semestinya kita juga bisa mencegah jatuhnya korban-korban baru. Bagaimana caranya? Kita dorong pemerintah untuk terus melakukan pendekatan persuasive. Hanya dengan cara inilah upaya untuk menciptakan Myanmar damai bisa dilakukan.

Jika pemerintah Indonesia terus mendorong dan mangajak dunia internasional untuk membantu Myanmar, diharapkan konflk segera mereda. Tidak perlu lagi pembukaan posko relawan untuk berjihad ke Myanmar. Perlu diketahui, daerah-daerah konflik umumnya seringkali didomplengi kelompok radikal, untuk menyulut konflik. Mari kita belajar dari konflik Ambon dan Poso. Berdasarkan pengakuan dari mantan teroris yang telah bertobat, mereka mengakui bahwa kelompok teroris memprovokasi agar konflik terus terjadi. Begitu juga di Myanmar, ada juga kelompok-kelompok radikal setempat yang mencoba melakukan provokasi.

Karena itulah, mari kita terus membekali diri kita dengan informasi sebanyak mungkin. Dengan informasi yang lengkap, kita bisa melihat persoalan di Myanmar secara utuh. Harapannya kita tidak akan mudah terprovokasi oleh informasi hoax, yang terus bertebaran di dunia maya. Penyebaran informasi yang menyesatkan ini harus segera disudahi. Kita juga harus semakin masif menyebarkan informasi yang menyejukan, informasi yang tidak mengandung kebencian. Semuanya itu bisa dilakukan jika kita membersihkan pikiran kita dari pengaruh buruk. Dan salah satu pengaruh buruk itu adalah ajakan jihad yang hanya dimaknai dalam bentuk perang. Membantu etnis Rohingya dengan cara mengumpulkan bahan makanan itu merupakan bagian dari jihad. Lalu kenapa harus menyetorkan nyawa di negara orang lain?

Indonesia merupakan negeri yang begitu indah. Akan sangat disayangkan, jika sebagian anak mudanya pergi meninggalkan negaranya, justru karena terprovokasi ajakan jihad yang salah. Mari kita bangun negeri ini dengan tulus. Mari kita saling bergandengan tangan, agar Indonesia terbebas dari segala bentuk ancaman perpecahan. Meski Indonesia beragam, tapi dalam keberagaman itulah kita bisa menemukan esensi dari sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun