Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Minat Baca dengan Berkunjung ke Gedung Baru Perpustakaan Nasional

20 Mei 2018   18:06 Diperbarui: 20 Mei 2018   18:17 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke Perpustakaan Nasional mungkin adalah salah satu pilihan tepat mengajak putra putri anda di akhir pekan ini. Wajah baru perpustakaan nasional yang telah direnovasi dan diresmikan sejak 14 September 2017 yang lalu oleh Presiden Joko Widodo terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

Perpustakaan Nasional kini berdiri megah dengan gedung baru yang terdiri dari 27 lantai. Sesuatu yang luar biasa dimana sebelumnya gedung ini hanya terdiri dari 3 lantai. Pengerjaan pembangunan Perpustakaan Nasional ini pun membutuhkan waktu 2 tahun 6 bulan dengan dana APBN (Uang kita, dari Kita dan untuk kita) dan selesai dengan kondisi yang sangat baik. Kita juga patut bangga karena Perpustakaan Nasional ini adalah perpustakaan tertinggi di dunia dengan ketinggian 126,3 meter, setidaknya menyaingi Shangai Library Insitute yang terletak di Shanghai, Cina dengan ketinggian hanya 106 meter.

Renovasi yang telah dilakukan dan menjadi salah satu perpustakaan tertinggi di dunia tentunya didukung oleh fasilitas yang memadai untuk pengunjung baik itu dari sisi ruangan baca,buku,layanan dan juga jasa perpustakaan. Karena dengan fasilitas yang baik tentu akan menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan. Dunia literasi yang berkembang ke arah digital juga menjadi salah satu alasan Perpustakaan Nasional untuk berbenah.

Penulis mencoba berkunjung di hari minggu ini bersama keluarga yang notabene juga gemar membaca. Adapun Jam berkunjung untuk publik dibuka dari jam 9 - 18 dihari minggu. Dimulai dengan memasuki area Perpustakaan Nasional, bagi yang membawa kendaraan pribadi bisa langsung memarkir kendaraannya di area parkir yang terletak dibasement gedung dan sangat luas.

Kemudian penulis mulai memasuki gedung Perpustakaan yang megah tersebut dengan disambut oleh penjagaan keamanan yang cukup ketat dilantai 1. Setelah itu berbagai lukisan terpampang disekeliling lobby utama,  mulai dari lukisan tokoh tokoh nasional, lukisan mantan presiden RI , beberapa foto kartini zaman now,  dan lemari buku yang cukup menjulang tinggi terletak tepat di tengah lobby menjadi spot yang strategis juga untuk mengabadikan foto anda. Kemudian pengunjung dapat menitipkan barang bawaannya dilantai 1 dengan fasilitas loker yang tersedia.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Setelah itu pengunjung akan diarahkan untuk ke lantai 2 , dimana pengunjung dapat melakukan registrasi (pendaftaran) anggota baru perpustakaan dengan menginput langsung secara online data data yang diperlukan di komputer  komputer yang telah tersedia, dan secara otomatis ketika pengunjung selesai melakukan registrasi online langsung saat itu juga keluar nomor antrean untuk mendapatkan kartu keanggotaan perpustakaan dihari yang sama ,plus fotonya lagi,cepat dan canggih bukan? Dan semua tentunya GRATIS.

Kartu keanggotaan sudah ditangan, penulis kemudian mulai menelusuri lantai demi lantai. Dikarenakan kami membawa putri kecil kami, maka lantai 7 menjadi tujuan utama , dilantai ini memang diperuntukkan khusus untuk ruang baca anak anak, ruangannya sangat nyaman, cerah, cantik dengan ornamen warna warni disetiap sudut yang membuat anak anak pasti betah berada diruangan, koleksi buku bukunya pun sudah mulai banyak. Fasilitas yang juga dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional adalah layanan pada lansia dan penyandang disabilitas yang berada dilantai sama yaitu lantai 7.

Jika kita flashback data UNESCO tahun 2012 menyatakan bahwa hanya 1 orang Indonesia dari 1000 orang yang suka membaca. Jauh sebelumnya bahkan Taufiq Ismail mengumandangkan "Tragedi Nol Buku" yaitu terabaikannya kewajiban membaca Karya Sastra di sekolah. Kesalahan kebijakan tahun 1950 itu adalah menganggap bahwa membaca karya sastra tidak penting dan fokus sekolah hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, dan sejak itu sastra seolah dipinggirkan dan dampaknya pada dunia pendidikan adalah hilangnya minat baca.

Sehingga hal ini sangat penting dan menjadi concern bagi pemerintah dan kita bersama, mengingat pemenuhan kebutuhan informasi dan akses literasi adalah salah satu yang menjadi hak utama setiap orang.  UNESCO juga pernah menyatakan bahwa perpustakaan adalah benteng terakhir dari demokrasi. Perpustakaan ini juga merupakan layanan kemanusiaan yang paling fundamental dan mendasar, dimana informasi merupakan hak dasar manusia yang ditetapkan dalam Konvensi Jenewa.

Ada sekitar 5 jam waktu yang kami habiskan untuk menyusuri setiap ruang di gedung baru ini, membaca,hunting buku, berdiskusi, menemani si kecil mengerjakan tugas sekolahnya, dan tak lupa gedung baru ini pun juga menyediakan cafe kecil disudut lobby yang cukup unik dengan sajian makanan yang enak dan murah meriah tentunya.Semua lengkap dan nyaman.

Dengan adanya gedung Perpusnas yang baru ini ,tentu membuat kita berharap agar semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengunjungi perpustakaan, yang kemudian akan berimbas pada peningkatan akses literasi dan minat baca anak -- anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun