Mohon tunggu...
Ayu Fitriani
Ayu Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - sedang kuliah

hobi saya baca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trend E-Money dan Relevansinya terhadap Kebijakan Moneter

30 November 2022   13:29 Diperbarui: 30 November 2022   13:37 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Revolusi penggunaan uang konvensional ke Elektronik (E-Money) menunjukkan pertumbuhan yang semakin pesat. Hal tersebut dapat dilihat melalui jumlah, preferensi masyarakat dan nilai yang semakin naik. Berangkat melalui fenomena tersebut, penulis berusaha untuk melakukan analisis bagaimana kebijakan moneter mengatur laju pertumbuhan dan tata aturan E-Money serta melihat dampak dari adanya penggunaan E-Money serta laju inflasi.

A.PENDAHULUAN

Lahirnya industri 4.0 dan perkembangan teknologi informasi yang dinamis membawa segala aspek kehidupan semakin cepat, tepat dan efektif. Hal tersebut salah satunya adalah revolusi dari adanya penggunaan E-Money sebagai alat pembayaran. 

Jika dulu pembayaran dilakukan menggunakan uang kertas dan uang logam saat ini pembayaran dapat dilakukan dengan non tunai dengan segala kemudahannya termasuk satu kali klik. Perkembangan penggunaan E-Money sebagai alat pembayaran juga terlihat begitu pesat. Hal ini terlihat dari adanya beberapa E-Money seperti OVO, Gopay, Shopeepay dan beberapa E-Money lainnya.

Untuk mengatur kestabilan keuangan termasuk E-Money, di Indonesia termasuk  sebagian besar negara menggunakan kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang telah dijadikan sebagai alat utama manajemen ekonomi  (Johnson, 1962). Kebijakan Moneter dapat dimaknai sebagai sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia dengan memberikan pengaruh pada situasi makro yang bertujuan untuk memberikan keseimbangan terhadap jumlah uang yang diedarkan. (Sardjonopermono, 1998) 

Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki kewenangan untuk mengatur dan menetapkan alat penggunaan pembayaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memberikan jaminan perlindungan dan keamanan terhadap pengguna akibat adanya perkembangan teknologi dan inovasi terbaru dalam pembayaran uang elektronik. Kehadiran E-Money ditengah masyarakat juga menimbulkan tantangan bagi Bank Indonesia untuk menjaga suku bunga. Hal tersebut terjadi karena sistem E-Money yang dapat diakses secara online mengakibatkan pengurangan terhadap sistem kewajiban Bank Indoneia, yang mana Bank Indonesia tidak bisa melakukan operasi pasar secara terbuka.  


B.PEMBAHASAN
Narasi "Inflasi" terhadap E-Money
 Inflasi merupakan kenaikan suatu barang secara terus menerus dan bersifat umum dalam suatu periode tertentu. Menurut studi teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi jika terdapat peningkatan atau penambahan jumlah uang yang diedarkan di mayarakat. Selain itu, isu inflasi di Indonesia menjadi momok yang berkembang di masyarakatnya. Inflasi berpengaruh pada kecemasan warga negara Indonesia. 

E-Money dianggap menjadi salah satu ancaman yang dapat menyebabkan inflasi di Indonesia. Namun pada kenyataaanya hal tersebut salah, karena  jika merujuk pada hasil studi (Zuliatin, Regina, W, & Wahyu, 2017) perkembangan pertumbuhan E-Money memiliki pengaruh yang positif namun masih cukup stabil dan tidak signifikan pada inflasi yang memungkinkan terjadi di Indonesia. Sehingga pada kenyataannya dapat disimpulkan bahwa E-Money tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap inflasi.

Dampak Perkembangan E-Money Terhadap Efektivitas Kebijakan Moneter

Merujuk pada pandangan Hendry& Zhu (2019) E-Money dapat mempengaruhi efektifitas di sebuah negara yang menggunakan kuantitas sebagai sebuah target kebijakan moneter. Kemudian didukung dengan pandangan Kwon & Park dalam (Palley, 2015).  dimana menurutnya uang elektronik dapat mengurangi efektivitas kebijakan moneter. Namun hanya terjadi ketika suku bunga tinggi dan hanya kepada para pemegang portofolio karena jumlah E-Money lebih tinggi. Sehingga E-Money tidak memberikan dampak inflasi pada harga produk baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan pengendalian kecepatan uang yang berasal dari E-Money yang dilakukan melalui intrumen suku bunga dinilai cukup efektif. Pada akhirnya transaksi yang dilakukan justru memberikan dampak yang positif terhadap kebijakan moneter. Naiknya pertumbuhan ekonomi baik jangka pendek dan jangka panjang tidak memberikan pengaruh terhadap naiknya tranaksi E-Money.


C.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa E-money tidak memberikan dampak yang signifikan pada kebijakan moneter bahkan terhadap inflasi. Perkembangan yang cepat terhadap jumlah pengguna E-Money disebabkan oleh akses kemudahan bagi penggunanya dalam melakukan transaksi ekonomi. Sehingga tidak adanya hal buruk yang menjadikan E-Money namun masih diperlukan pengawasan agat kredibilitas dapat terjaga dengan baik.

AYU FITRIANI 

EKONOMI DAN BISNIS- UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun