Mohon tunggu...
Ayu Anggraini
Ayu Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi di Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang menyukai buku dan musik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Selaras dengan Alam untuk Mencapai Kedamaian (Filosofi Stoisisme)

31 Mei 2022   22:02 Diperbarui: 31 Mei 2022   22:14 2634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam hidup, terkadang terdapat momen di mana kehendak yang kita harapkan tidak sesuai dengan kehendak yang semesta berikan. Lantas, bagaimana respon kita terhadap hal tersebut? Sebagian dari kita mungkin merasa marah dan menyalahkan takdir yang begitu buruk. Sebagian lagi mungkin merasakan emosi negatif lain, seperti kecewa dan sedih.

Namun, dalam sebuah kajian Filsafat Manusia, seorang filsuf bernama Schopenhauer pernah menyebutkan mengenai hidup yang selaras dengan alam. Hal tersebut dikemukakan melalui teorinya tentang "Manusia dan Kehendak Buta" yang menyebutkan bahwa ada kalanya manusia harus menyelaraskan kehendak hidup dengan kehendak semesta sehingga mereka akan menemui kedamaian.

Lantas, apa itu sebenarnya hidup yang selaras dengan alam? Bagaimana kajian dari filsafat stoisisme tersebut bisa memberi dampak positif bagi kehidupan manusia? Pada artikel kali ini, kita akan belajar mengenai kajian filsafat tersebut.

Stoisisme merupakan sebuah kajian filsafat Yunani Kuno yang dikembangkan oleh Zeno dari Citium. Kajian utama dari filsafat stoisisme berfokus pada pengendalian diri, terutama dalam hal-hal yang bisa dikontrol oleh manusia sebagai subjek (Fajrin, et.al., 2022). Ketika menemui ketidaksesuaian antara kehendak kita dengan kehendak semesta, alih-alih menyalahkan takdir atau merasa sedih berkepanjangan, stoisisme justru mengajarkan kita tentang bagaimana merespon hal tersebut dengan mengendalikan hal-hal yang berada di bawah kontrol kita.

Salah satu konsep dasar dalam stoisisme yaitu dikotomi kendali. Menurut Manampiring (dalam Fajrin, et.al.,2022), dikotomi kendali mengacu pada penjelasan bahwa dalam hidup terdapat hal-hal yang berada di bawah kendali kita, seperti bagaimana kita berperilaku dan berpikir. Begitupun sebaliknya, terdapat pula hal-hal yang berada di luar kendali kita, seperti tindakan dan pikiran orang lain. Dalam konsep stoisisme, kebahagiaan hanya bisa didapatkan apabila kita berfokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Ryan Holiday, seorang praktisi stoisisme dan penulis buku "The Daily Stoic" menggambarkan konsep dikotomi kendali sebagai berikut: "Kita tidak dapat mengendalikan apa dan bagaimana sesuatu terjadi. Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi."

Dalam kehidupan sehari-hari tentu akan ada momen di mana kehendak kita tidak selaras dengan kehendak semesta. Namun, sesuai dengan kajian filsafat stoisisme di atas, satu-satunya hal yang perlu menjadi fokus kita adalah mengendalikan aspek yang berada di bawah kontrol diri kita sendiri. Dengan begitu, maka secara perlahan kita akan bisa menyeimbangkan kehendak kita dengan kehendak semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun