Bapak menjawab, "ya, dan baru lima hari Bapak alpa!".Â
Suami tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Terlihat, beliau sangat rindu pada Bapak.
Saat saya jeda sebentar untuk sholat magrib, ganti anak nomer dua yang berbicara pada kakeknya.
Kebetulan loud speaker diaktifkan dengan volume suara cukup keras. Aduh, saya jadi mendengar semua obrolan. Saya tidak khusyuk jadinya.
Saya mendengar Bapak memuji cucu dengan kata cantik, sudah besar dan pintar. Lalu kakek juga mendoakan cucu selalu sehat. Tidak lupa Bapak juga minta doa sang cucu agar selalu sehat.Â
Kata Bapak, "tidak ada gunanya juga banyak uang, kalau kita sakit. Sehat itu, patut disyukuri."
Terima kasih ya Pak, sudah mengajarkan anak-anak untuk mensyukuri nikmat sehat dari Allah swt.
Harus saya akui, obrolan di depan ponsel selalu berujung mengharukan. Mungkin inilah sebabnya, suami sering malas menelepon, walau sudah banyak dirayu dan dibujuk.
Baca juga Kesibukan Membuat Burasa, Khas Ramadhan yang Dirindukan di Rumah Mertua
Oya Pak, tadi pagi sebelum berangkat kerja, suami berpesan kepada saya untuk transfer dana, hari senin besok.
Walau adik ipar yang tinggal bersama Bapak, sekarang sudah bekerja, suami tetap khawatir tentang keadaan orang tua.