Ini adalah kisah lama sekaligus kisah nyata. Meski telah berlalu beberapa lama, aku sulit melupakannya karena menurutku ini kejam. Engkau membuat suami yang melindungimu, sebagai lelaki tanpa rasa cemburu!
Saat itu mungkin aku hanyalah bawahan, dan engkau seorang wanita cantik, anggun dan berada. Saat itu, kita begitu cocok untuk menjalin hubungan kerja sekaligus persahabatan yang manis. Tapi tidak untuk satu hal yang mengganjalku ini.
Kau ceritakan tentang rumah tanggamu yang bahagia dengan seorang suami yang baik dan seorang anak lelaki yang penurut. Hari-harimu seakan berada di atas awan. Sampai kau lupa memijakkan kaki di bumi.
Di saat rumah tangga yang kumiliki mempunyai badainya sendiri, suami yang engkau miliki adalah lelaki yang tak lupa memberi kado ulang tahun maupun kado anniversary pernikahan. Aku sedikit iri dengan kebahagiaan yang melimpahimu. Walau  itu tak berarti aku ingin pula mendapat cincin berlian yang indah di jari seorang seperti dirimu. Sama sekali bukan tentang harta. Tetapi love, cinta.
Cinta pula yang menarikmu ke masa lalu bersama seorang lelaki yang gagal mempersuntingmu, dulu. Yang berlalu dan hilang begitu saja saat tak kuasa mengabulkan mahar dan erang-erang. Semua adalah syarat ibumu kepadanya, semata agar pernikahan berlangsung indah dan mengesankan. Sebuah harga diri untuk gadis jelita semakna bunga desa.
Itu adalah kisah masa lalu yang menyakitkan. Ketika sang bunga desa menjadi limbung dan berduka tak berkesudahan. Lalu menerima pinangan lelaki baik lainnya mungkin dengan terpaksa. Tapi ini bukan sebuah alasan.
Apalah artinya suami yang kuat menahan rasa cemburu, yang mungkin melakukan ini semua karena cinta tulus kepada istri dan anak semata wayang yang manis. Engkau jangan begitu. Jangan menghancurkan istana dalam rumah tangga yang sakral.
Nasihat ini memang tak akan berguna untuk seorang wanita anggun dan berada yang tengah mabuk. Ketika lelaki itu akhirnya muncul ke permukaan dan menggoda cintamu. Walau benar ia tak menculik Dewi Sinta dari Sri Rama. Tapi sepanjang waktu ia memilikimu dan hatimu. Dengan panggilan-panggilan telepon yang membuat hatimu riang dan berbunga-bunga. Melenakan engkau di atas tumpukan awan putih. Bersama puja dan puji dan romantis, meski hanya sebatas mendengar saja. Tanpa benar-benar hadir di hadapan engkau.
Sungguh cinta menyimpan rahasianya sendiri. Suami yang begitu rela engkau dicumbunya berlama-lama, tak pusing juga apalagi cemburu. Engkau telah menghilangkan rasa cemburu di hatinya. Ia seperti boneka yang menjadi mainanmu. Ia seperti lelaki yang tak punya harga diri dengan memaafkanmu. Ia sebodoh itu untuk terus merelakanmu. Dicumbui dan dicintai lelaki dari masa lalu istrinya. Demi apa?
Sampai hari ini aku tak pernah menyesal meninggalkan gaji sebagai bawahanmu. Aku takut akan menjadi dosa, saat aku mengetahui ini dan membiarkannya tak berhenti.Â
