Mohon tunggu...
Ayodya Padma
Ayodya Padma Mohon Tunggu... -

Seorang warga Internet biasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Elsa Syarief dan Linda Djalil: Di Manakah Nuranimu?

7 Maret 2012   17:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:23 3887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angie dalam persidangan (Sumber: panel.mustangcorps.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="Angie dalam persidangan (Sumber: panel.mustangcorps.com)"][/caption] Angie, Elsa, dan Linda, tanpa menyebut nama belakang ketiga wanita tersebut kita langsung tahu siapa yang dimaksud. Dalam beberapa minggu terakhir ketiga nama itu memang memenuhi pemberitaan di media negara tercinta, dari media cetak, televisi hingga Internet. Bermula dari kasus korupsi pembangunan wisma atlet yang akhirnya menyeret Angelina Sondakh berurusan dengan meja hukum, berita seputar ketiga wanita tersebut terus bergulir bak bola liar.

Angelina Sondakh sebagai pusat pemberitaan memang layak menjadi konsumsi publik karena dia adalah pesohor mantan Putri Indonesia yang akhirnya berkiprah dalam dunia politik sebagai anggota DPR. Layaknya pemberitaan seputar pesohor di acara-acara infotainment (yang sekarang lebih tepat menyandang acara penuh gosip), Angie menjadi bulan-bulanan dengan berbagai pemberitaan yang tidak terkait dengan kasus yang ia hadapi. Masalah pribadi yang belum tentu kebenarannya menyeruak masuk ke ruang publik yang mau tidak mau menjadi pergunjingan masyarakat.

Saat ini di sebagian besar mata publik terbentuk sosok Angie sebagai wanita yang bernilai negatif, istri yang durjana karena sempat akan meminta cerai menjelang suaminya meninggal, berselingkuh dengan pria lain, lalu ibu tiri yang tidak mengurus anak-anak tirinya dan mungkin berbagai cap miring lainnya. Berita keinginan Angie meminta cerai itu tiba-tiba saja diketahui masyarakat. Kedekatannya dengan seorang pria setelah sang suami meninggal lalu dikait-kaitkan dengan maksud cerai tersebut sehingga seolah-olah lelaki kedua menjadi penyebab keretakan rumah tangga mereka. Lalu ada lagi pemberitaan bahwa Angie adalah pembelanja online yang sangat boros dan tidak mengurus anak-anaknya, terutama anak bawaan dari almarhum suami. Kepingan-kepingan kabar itu lantas membentuk cerita utuh yang dibuat seolah-olah Angelina Sondakh adalah wanita paling bernilai negatif di Indonesia saat ini.

Dari mana semua cap miring untuk Angie tersebut berasal? Tentu saja gambaran negatif itu bermula ketika Elsa Syarief dan Linda Djalil menghembuskan ke media perihal kehidupan pribadi sang mantan Putri yang kini sedang menghadapi masalah hukum. Elsa Syarief dengan kapasitasnya sebagai pengacara hukum ternama di negeri ini secara meyakinkan menguak keinginan Angie untuk bercerai dari sang suami, Adjie Massaid, yang kini telah tiada. Kontan, masyarakat penyuka gosip menyambar berita tersebut sebagai sesuatu yang menarik untuk dipergunjingkan dan serta-merta memberi gambaran Angie wanita yang durhaka.

Tidak cukup dengan berita tersebut, beberapa waktu kemudian Linda Jalil, sang wartawan senior, yang notabene masih kerabat dari Adjie Massaid membenarkan berita tersebut dan menambahi dengan berita yang makin membuat Angie terpuruk, yakni sebagai pembelanja royal dan ibu tiri yang menyia-nyiakan anak-anaknya.

Media, terutama televisi, lalu memberitakan hal-hal negatif tersebut berulang-ulang dengan berbagai versi dan mereka pun, Elsa dan Linda, seperti menikmati penderitaan akibat berita yang mereka gembar-gemborkan ke sana kemari. Sementara itu sang korban yang kini sepertinya sudah bagai terpidana secara batin dan dihakimi massa sebelum kasus utamanya selesai hanya bisa diam dan mudah-mudahan masih bisa bersabar.

Elsa Syarief mungkin menyebarkan berita tersebut agar Angie yang kini berseberangan posisi dalam masalah hukum yang sedang mereka hadapi memperoleh citra negatif sehingga akan memengaruhi keputusan hakim. Sementara Linda Jalil entah dengan motif apa (dendam pribadikah? Atau ada motif lain) ikut-ikutan menguatkan cap miring tersebut. Entah kebetulan atau memang sudah menjadi stereotype, tokoh utama dalam kasus ini ketiganya wanita. Wanita memang selama ini dicirikan sebagai penyuka gosip atau bergunjing. Benarkah seperti itu? Wanita sebagai makhluk bermartabat dan berakhklak mulia seharusnya tidaklah bersikap demikian, apalagi mereka adalah wanita berkeluarga yang telah menyandang gelar ibu. Ibu adalah sumber kebaikan dan ajaran positif bagi anak-anaknya. Tidak selayaknya mereka menyebarkan cerita tidak menyenangkan, apalagi yang dihadapi oleh saudaranya sesama wanita. Tidakkah mereka bercermin terhadap diri sendiri? Dengan membeberkan kisah yang sebetulnya layak mereka simpan dan selesaikan secara internal, mereka bagaikan membuka aib dan keburukan diri sendiri.

Angelina Sondakh mungkin telah melakukan kesalahan dengan terlibat dalam kasus pembangunan wisma atlet dan kasusnya masih berada dalam persidangan. Biarlah persidangan yang memutuskan hukumannya apabila memang terbukti bersalah. Lantas layakkah ia menerima “hukuman” dari pemberitaan miring yang selama ini didengung-dengungkan? Kalau toh hal itu benar, tidak adakah nurani kita untuk berpikir jernih dan positif bahwa semua kejadian itu pasti ada penyebabnya dan kita tetap saja tidak berhak memberi cap negatif pada seseorang. Alih-alih ikut-ikutan bergunjing, alangkah baiknya kita sebagai sesama umat Allah berdoa semoga dia diberi jalan kebenaran dan kesabaran menghadapi cobaannya. Sikap Angie yang selama ini lebih banyak diam tanpa memberikan serangan balasan layak dipuji karena bila ia terpancing berbicara buka-bukaan, ia tidak ubahnya seperti mereka.

Kasus ini menarik untuk dicermati dan layak kita renungkan. Kata-kata seperti mulutmu harimaumu memang pas dalam menggambarkan cerita berkepanjangan yang selanjutnya bisa menjadi ghibah yang diharamkan oleh agama. Melalui kata-kata yang keluar dari mulut seseorang yang entah benar atau tidak, seseorang bisa terhakimi dan memperoleh cap negatif yang selanjutnya akan menyengsarakan hidupnya. Kita sebagai pemirsa akankah dengan mudahnya memercayai dan ikut-ikutan menghakimi seseorang tanpa rasa belas kasihan. Jika memang demikian, kita tidak ubahnya seperti mereka yang menyebarkan fitnah dan berghibah yang tentu saja tidak disukai oleh Tuhan. Dalam agama Islam ada larangan untuk membuka aib seseorang di masyarakat karena sejatinya kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dalam kehidupan seseorang tersebut, Allah saja dengan cara halus menegur seseorang apabila mereka melakukan kesalahan. Hanya orang-orang tak bermartabat dan menginginkan keuntungan pribadi yang menghembuskan aib dan kesalahan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun