Mohon tunggu...
Arief Tirtana
Arief Tirtana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sedikit pinter, sedikit bloon, Sedikit aneh, sedikit punya wawasan, sedikit-banyak tahu, sedikit2 banyak bertanya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Siapa Sebenarnya yang Merumuskan Konsep Tuhan?

23 September 2012   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:52 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ya, Siapa sebenarnya yang merumuskan konsep Tuhan/Ilah/ Sang Hyang/Allah/ Sumber Semesta dan seterusnya?

Apakah Muhammad? -- bisa saja Muhammad mencontoh para pendahlunya?-- apakah Jesus? bisa juga Jesus meniru guru2nya yang terdahulu? --- lantas, apakah Buddha? bisa saja Pangeran Sidharta Menerapkan itu dari para leluhurnya? apakah Musa? apakah Ibrahim? apakah..apakah. .apakah.. dst, dsb. dll.
Sederhana, Bukan? sebenarnya, bukan Tuhan yang harus kita Hujat, Bukan para Nabi2 yang kita maki2.dan Bukan pula Keimanan dari seseorang yang kita hina; sebab mereka2 hanya mencontoh.. tapi kritik, dan hujatlah 'manusia pertama yang menciptakan/ merumuskan konsep Tuhan.' ini sebenarnya yang perlu di kritik. bukan yang lain. bukan, begitu?

Adakah yang yang tahu siapa 'manusia pertama yang merumuskan konsep Tuhan'?

Saya rasa tidak ada yang tahu. karena saya dan semua yang pembaca telah lahir di Abad 21.
Sedang kejadian awal munculnya gagasan tentang Tuhan,
Adalah Abad silam.
Paling tinggi, hanya tahu dari buku.
Dan kita sudah sama maklum,
Sebuah buku, tidak pernah bisa mengklaim bahwa apa yang tertulis disitu adalah benar adanya. Karena yang menulisnya, tetaplah seorang manusia yang dipengaruhi oleh sekian latar belakang dibalik penulisan bukunya. Artinya, kita akan diseret terus untuk menelusuri soal otentifikasi sebuah buku tentang sejarah:
sejauh mana kevalidan datanya. Tapi dengan apa kita bisa mengujinya? Disaat yang mau diuji, peristiwanya sudah berlalu sekian abad silam

Itulah dilema studi sejarah.
Tapi mereka yang lugu, melahap begitu saja hal hal semacam itu Termasuk segala dongeng yang tertulis dalam Kitab Suci.
****

Disinilah letak pentingnya belajar epistemologi, yaitu mempelajari tentang seluk beluk keabsahan sebuah temuan dan ilmu pengetahuan.

So, kalo boleh saya mengambil kesimpulan. Founding Father konsep ketuhanan itu memiliki unsur politik pada masa dan peradabannya. Kitab suci dan Nabi masih berada dalam jaringan politik dan untuk menata struktur tatanan masyarakat.

Dan, dari isitulah, titik awal pengkotak-kotakan manusia berdasar SARA. Disitu pula, surga-neraka itu tercipta -- kafir-non kafir dimulai. Hala-haram diputuskan. Dan kita vs mereka mulai tumbuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun