Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

''The Next Rockefeller''

30 Desember 2017   01:19 Diperbarui: 30 Desember 2017   01:39 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari buku yang sama

Siapa Rockefeller berikutnya? Saya mengangkat nama J.D Rockefeller mengingat dia adalah entrepreneur pertama di bidang energy. Pasca perang saudara AS, negeri tersebut mulai mengalami economic boom dimana terjadi peningkatan kebutuhan minyak tanah atau kerosene sebagai penerangan di malam hari. Sebelumnya lampu penerangan menggunakan minyak paus (whale oil) yaitu minyak yang diperoleh dari mamalia laut yaitu paus, tapi harga minyak paus sangat mahal sehingga hanya masyarakat kaya saja yang mampu membeli minyak tersebut. 

Penemuan minyak tanah memang memberikan alternative sumber energy yang lebih murah tetapi tidak andal karena masih tidak aman karena mudah terbakar dan menjadi penyebab kebakaran. Oleh Rockefeller lah industry kerosene menjadi lebih kompetitif, aman dan murah sehingga sehingga masyarakat kelas bawah pun sanggup membelinya.

Saat ini dunia sedang haus akan energy dan energy tersebut adalah listrik yang merupakan sumber energy yang efisien dan telah masuk kedalam setiap sendi kehidupan kita. Boleh dibilang masyarakat sekarang merupakan masyarakat yang kecanduan listrik. Gak percaya? Coba aja apa yang terjadi kalau listrik tiba-tiba padam selama 24 jam. Jangankan 24 jam, 2 jam aja juga sudah banyak yang gusar pastinya. 

Kita bisa berargumen bahwa hanya masyarakat perkotaan di negara maju saja yang haus akan listrik. Tapi pada kenyataannya menurut UN report, sejak 2014, 54% penduduk dunia merupakan masyarakat urban dan akan meningkat menjadi 66% di tahun 2050. Selain itu, konsumsi listrik pun bukan hanya ekslusif untuk masyarakat urban melainkan untuk seluruh manusia tidak peduli dimanapun mereka hidup.  

Tapi untuk memproduksi listrik dibutuhkan sumber energy lain dan yang paling populer adalah bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara. Ya minyak bumi yang dulu oleh Rockefeller digunakan untuk menyalakan lampu di malam hari sekarang juga tetap digunakan untuk menyalakan lampu dengan diubah dulu menjadi listrik. Bukan cuma itu saja, batubara yang 200 tahun lalu merupakan penggerak revolusi industry di Inggris, saat inipun masih populer digunakan sebagai pembangkit listrik.

Ya, dunia memang butuh energy, ekonomi butuh energy utamanya listrik, tapi disaat yang sama penggunaan bahan bakar fossil untuk pembangkit listrik menyebabkan dunia ini semakin lama semakin panas. 

Bumi kita sedang mengalami krisis perubahan iklim yang mempengaruhi sendi perekonomian di seluruh dunia, mulai dari musim kering yang panjang sehingga menyebabkan gagal panen, kelaparan, dan kebakaran hutan sampai musim hujan yang terlalu lama yang menyebabkan banjir, penyakit dan tentunya kerusakan infrastruktur yang pada akhirnya menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. 

Belum lagi pengaruh kenaikan suhu bumi yang menyebabkan es di kutub mencair dan pada akhirnya menyebabkan tenggelamnya kota-kota di wilayah pesisir.

Tapi bagaimana caranya menghentikan perubahan iklim ini? Kita gak mungkin hidup tanpa listrik, kita butuh listrik dan permintaan listrik juga terus meningkat. Jawabannya cuma satu yaitu penggunaan sumber energi alternatif yaitu nuklir. Kenapa nuklir? Bagaimana dengan energy alternative lain seperti panas bumi, angin dan matahari? Satu jawaban sederhana, energy alternative lain tidak bisa se efektif dan efisien seperti bahan bakar fosil dalam hal pembangkitan listrik karena sifatnya yang intermittent yaitu sangat tergantung dengan kondisi alam. 

Pembangkit listrik tenaga matahari akan berhenti menghasilkan listrik di malam hari, pun angin juga ketika angin tidak bertiup kencang. Memang ada negara yang dapat memenuhi kebutuhan listriknya dari 2 jenis sumber ini seperti Costa Rica. Tapi jangan lupa, populasi negara ini juga kecil, gak nyampe 5 juta orang per 2016 gak bisa di bandingkan dengan negara dengan populasi tinggi seperti Indonesia apalagi China.

Selain angina dan matahari, panas bumi juga merupakan sumber energy ramah lingkungan yang digunakan untuk menghasilkan listrik tetapi hanya bisa di hasilkan di daerah pegunungan yang jauh dari konsumen sehingga butuh biaya extra lagi untuk dibawa ke konsumen, dengan catatan energy yang dihasilkan cukup besar karena sifat geothermal serupa dengan minyak bumi yang pengeborannya penuh spekulasi. Lainnya halnya dengan nuklir, pembangkit listrik tenaga nuklir bisa dan bahkan lebih efektif dan efisien ketimbang pembangkit listrik batubara dimana saat ini PLTU batubara merupakan pembangkit listrik paling populer di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun