Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sakit! Tuntut Pengakuan Orang Lain, Aksi Pamer Jadi Pilihan

23 Maret 2023   08:04 Diperbarui: 23 Maret 2023   08:30 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase TribunJakarta

Abraham Maslow. " Pengakuan berkaitan dengan aktualisasi diri. Ketika seseorang telah merasa penuh dan cukup kebutuhan dasar dan psikologisnya, maka ia tak bergantung pada pengakuan orang lain. Tetapi jika sebaliknya, seseorang dengan aktualisasi diri rendah akan merasa diterima oleh orang lain setelah mendapatkan pengakuan".

Marak dibicarakan banyak orang pamer kekayaan saat ini. Sesungguhnya dalam sifat manusia keinginan pamer adalah manusiawi. ya jika itu dilakukan sesekali, permasalahannya adalah jika pamer dilakukan terus menerus. Rasanya ada yang salah atau tidak pada tempatnya.

Bisa saja ada ketergantungan karena aktualisasi diri rendah seperti kata Abraham Maslow, " Pengakuan berkaitan dengan aktualisasi diri. Ketika seseorang telah merasa penuh dan cukup kebutuhan dasar dan psikologisnya, maka ia tak bergantung pada pengakuan orang lain. Tetapi jika sebaliknya, seseorang dengan aktualisasi diri rendah akan merasa diterima oleh orang lain setelah mendapatkan pengakuan".

Pamer tak hanya dalam soal kekayaan saja sebab masih banyak hal lainnya yang bagi manusia bisa diperlihatkan dengan tekanan kuat seperti kecantikan, ketampanan, kepintaran atau bahkan kemampuan yang tak dimiliki orang lain. Tak ada salahnya juga memamerkan jika pada tempatnya dan juga tepat sasaran.

Eksistensi diri yang rendah dan tuntutan pengakuan tentunya akan menjadi rasa sakit dan tekanan hingga berujung rasa ingin memamerkan untuk mendapatkan pengakuan. 

salah satu dari kumpulan burung akan bangga bercerita soal kemampuannya kepada seekor kambing bahwa dia dapat terbang dengan berbagai manuver sambil memamerkan aksinya. Sang kambing akan terkejut-kejut dan bahkan takjub diiringi tepuk tangan. Tentu saja aksi pamer kemampuan burung tersebut tidak berlaku bagi burung lainnya yang memiliki kemampuan yang sama.

Kalau melihat Mark Elliot Zuckerberg seorang pemrogram komputer dan pengusaha Internet yang terkenal dengan  situs jejaring sosial  Facebook ciptaannya, tentu akan berbanding terbalik dengan apa yang kita bayangkan. Bayangkan dengan kekayaan bersih tahun 2023 sebesar 70,8 miliar USD sudah sepantasnya dia bisa berfoto ria berguling-guling diantara tumpukan uangnya.

Kenyataannya sangat kontra dengan gambaran kita, anda dan semuanya. Hanya berkaos kemana-mana dia pergi dan minim ekspos perihal keluarga kecilnya. Adapun tersiar gaya hidup mewah bisa juga dikatakan wajar dan pada tempatnya. Zuckenberg dikabarkan tetap jalankan gaya hidup mewahnya, namun itu pun masih berkaitan pembelian aset investasi dan masuk kategori wajar . 

Mirisnya, apa yang sedang ramai dibahas di negeri kita kalau boleh dikatakan berawal dari penganiayaan Mario terhadap korban, David. Dari sana kelincahan netizen menyeruak dan mendapat fakta-fakta yang sangat di luar logika kita semua. 

Kekayaan seorang pejabat pajak Kemenkeu berharta fantastis dengan aset bertebaran terungkap. Menyesal ? tentu saja menyesal karena ketahuan dengan aksi pamer yang dilakukan keluarganya hingga berujung penyelidikan aset dan aliran uang dirinya dan seluruh jajaran pejabat lainnya. Terus kalau tidak ketahuan menyesal tidak ? ya tidak, malah akan bisa lebih ganas lagi mengeruk tambahan aset kekayaan seakan tak akan pernah bisa mati. Hikmahnya semua pejabat dan keluarganya yang telah pamer kini waspada dan menunggu giliran secara acak untuk ditelurusi asal muasal dan aliran uangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun