Rezeki itu sebaiknya berarti, berdikari itu semestinya tidak sampai lupa diri.
"Ayah! bolehkah aku berprofesi menjadi seorang penyanyi?!"
"Sebaiknya jangan! ayahmu ini sudah mengalaminya. Terlalu banyak ujiannya!"
"Ayah! kalau begitu, aku akan pilih profesiku jadi apa yang ayah inginkan ya?"
"Nanti juga kamu akan mengerti dengan sendirinya, potensi terbaikmu yang kemudian akan jadi profesimu."
"Bagian terpentingnya adalah mau jadi seorang pembelajar. Pahami banyak hal terlebih dahulu. Temukan passion terbaikmu, yang akan bisa membuatmu memiliki profesi yang tidak akan kamu sesali di kemudian hari."
Teorinya memang mudah, namun prakteknya memang tergantung kenyataan juga. Toh memang berhubungan dengan kenyataan hidup, pun apapun bentuk ujian hidup itu sendiri bagi siapa saja yang adalah seorang pribadi.
Apa yang berhubungan dengan materi memang tidak bisa kita pungkiri, bahwa itu adalah beberapa bagian dari kebutuhan menjalani hidup yang sebaiknya akan sanggup mandiri, menjalani dan menikmati apa saja situasi kondisi.
Satu yang pasti, jangan sampai memaksakan diri untuk berada di satu lingkungan kerja yang miskin empati, juga jauh dari simpati. Sebab yang namanya pintu-pintu rezeki pun rezeki itu sendiri, semestinya yang sebaiknya menjadi berkah bukan musibah.
Usia muda adalah tantangan, usia yang lebih dari muda adalah meraih kematangan. Jalani saja segala sesuatunya dan apapun bentuk ujiannya, dengan cara menyikapinya juga meresponsnya dengan senyuman kelapangan yang akan bisa melapangkan perasaan, di apapun keadaan.
Kondisi sekarang, sangat dianjurkan bisa menjaga yang terjaga pun terawat yang namanya kesehatan. So... mengenai profesi, yakini intuisi dan senantiasa berupaya hati-hati memilih apa saja yang memang tujuannya, mengais rezeki di edisi terkini kehidupan.
Salam senyum manis
Bandung, 21 Januari 2021
