Istilah fashion atau mode sebenarnya telah ada sejak manusia pertama kali menggunakan kulit hewan untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan rancangan pakaian ada sejak berabad-abad yang lalu, biasanya raja dan ratu memiliki penjahit pribadi untuk membuat pakaian terbaik dan bahan terbaik pula. Setelah beberapa waktu, manusia mulai menggunaka pakaian sebagai media komunikasi, bukan hanya pelindung atau penghangat tubuh saja.Â
Pada zaman Renaissans di Eropa, pakaian merupakan bentuk seni tingkat tinggi dan simbol status. Korset yang rumit, pakaian yang ketat, dan sepatu berhak tinggi dengan jelas dapat menggambarkan status sosial pemakainya (Lee, 2003: xv-xvi).Â
Definisi fashion sangat beragam, masing-masing tergantung pada fakta yang biasa ditimbukan. Namun ada benang merah yang dapat ditarik dari berbagai macam definisi itu. Fashion secara umum dapat diklasifikasikan menurut sifatnya yang tidak tahan lama dan perubahan gaya yang berlangsung secara terus-menerus yang menurut beberapa orang didikte oleh desainer dan industry (Newman, 2001: 29).
Secara etimologis kata "budaya" atau "culture" dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin "colere" yang berarti "mengolah" atau "mengerjakan" sesuatu yang berkaitan dengan alam (cultivation). Dalam bahasa Indonesia, kata budaya (nominalisasi: kebudayaan) berasal dari bahasa Sanskerta "buddhayah" yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal). Penjelasan lain tentang etimologi kata "budaya" yakni sebagai  perkembangan dari kata majemuk "budi daya" yang berarti pemberdayaan budi yang berwujud cipta, karya dan karsa.Â
Dalam perspektif yang lain, Dewantara (Arief, 2015) menjelaskan bahwa "budaya" atau "kebudayaan (bahasa jawa: kabudayan)" mempunyai persamaan terminologi dengan kata "kultur" (dari bahasa Jerman), "cultuur" (dari bahasa Belanda), dan "culture" (dari bahasa Inggris) yang ke semuanya mempunyai arti hasil/buah dari peradaban manusia. Kata "kultur" tersebut (diadopsi secara utuh dalam bahasa Indonesia) berakar dari bahasa Latin "cultura", perubahan dari "colere" yang berarti usaha untuk memelihara dan memajukan budi/akal/jiwa. Â
Ekspresi budaya merujuk pada cara di mana sebuah kelompok manusia menyatakan identitas, nilai-nilai, dan pengalaman mereka melalui berbagai bentuk kreatif yang mencakup seni, musik, tarian, sastra, arsitektur, dan tradisi lokal lainnya. Ini merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor sejarah, sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk suatu masyarakat.Â
Melalui ekspresi budaya, sebuah komunitas dapat mempertahankan warisan budaya mereka, mengkomunikasikan pengetahuan serta pengalaman mereka, serta memperkuat ikatan sosial di antara anggotanya. Lebih dari sekadar hiburan atau pencapaian artistik, ekspresi budaya memainkan peran penting dalam membentuk identitas kolektif dan memperkaya kehidupan manusia dengan keberagaman yang unik dan menarik.
Fashion memiliki peran yang signifikan dalam ekspresi budaya, memungkinkan individu dan komunitas untuk menyampaikan identitas, nilai-nilai, dan pandangan dunia mereka melalui pilihan busana dan gaya pribadi. Setiap periode sejarah dan setiap budaya memiliki tren mode yang mencerminkan kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada saat itu. Melalui fashion, kita dapat melihat bagaimana sebuah masyarakat berevolusi dari waktu ke waktu, menggambarkan perubahan dalam norma, idealisme, dan aspirasi.Â
Lebih dari sekadar pakaian, fashion menjadi bahasa visual yang kuat yang digunakan untuk mengekspresikan identitas etnis, gender, agama, dan status sosial. Dengan demikian, fashion tidak hanya menciptakan gaya visual, tetapi juga berfungsi sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks tentang keberagaman, keanggunan, dan kreativitas manusia dalam konteks budaya yang beragam di seluruh dunia.
Sumber:
3281-8808-2-PB.pdf