Mohon tunggu...
Auuu
Auuu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kabupaten Tangerang Semakin Padat akibat Pernikahan Dini Menggeliat

21 September 2022   12:15 Diperbarui: 21 September 2022   12:29 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada mulanya hampir seluruh pelajar memiliki rasa semangatnya ketika hendak pergi bersekolah. Hal ini mereka lakukan secara terus -- menerus mulai hari Senin hingga empat atau lima hari kedepan. Hal tersebut seakan menjadi rutinitas bagi anak di Indonesia. Bertemu dengan banyak teman serta guru pengajar dan pulang membawa ilmu yang telah didapat sebelumnya. Namun kebiasaan tersebut seakan menghilang secara tiba -- tiba ketika pandemi Covid -- 19 datang. 

Dengan terbatasnya akses untuk berinteraksi, banyak pelajar di Indonesia yang perlahan menjadi pelajar yang pasif. Hal ini mungkin dikarenakan proses pembbelajaran yang dianggap membosankan, sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak tersampaikan dengan baik kepada para muridnya. Akibatnya, banyak pelajar menjadi tidak paham akan materi yang telah disampaikan dan akhirnya tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran tersebut.

Realita kehidupan di era pandemi Covid-19 memang dapat dikatakan mencekam. Banyaknya korban berjatuhan, PHK dimana -- mana, hingga tingginya kasus kriminalitas tidak memandang desa ataupun kota metropolitan. Dari kondisi demikianlah yang mungkin membuat beberapa anak di Indonesia memutuskan untuk tidak melanjutkan jenjang pendidikannya. Entah karena ia ingin bekerja supaya dapat membantu kondisi keuangan keluarga, ataupun karena sudah tidak adanya lagi rasa haus akan ilmu yang membuatnya hanya ingin segera melangsungkan pernikahan. 

Terlepas dari faktor internal pelajar tersebut, mereka juga mungkin memutuskan untuk menikah karena adanya dorongan dari keluarga. Hal ini lantaran banyaknya orang tua pelajar yang menghawatirkan anaknya, terutama jika anak mereka sudah memiliki teman dekat lawan jenis. Para orang tua takut akan terjadinya hal -- hal yang tidak diinginkan, hal inilah yang juga menjadi dasar para orang tua di Kabupaten Tangerang untuk sesegera mungkin menikahkan anak mereka.  

Apapun alasanya bagi para pelajar di Indonesia untuk melangsungkan pernikahan, hal ini membuat jumlah pernikahan di Indonesia meningkat tajam, khususnya Kabupaten Tangerang. Pada Analisis data perkawinan Usia Anak di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 2 juta wanita yang pernah menikah dibawah usia 18 tahun. Hal ini sangat disayangkan karena dengan kematangan umur yang masih dapat dibilang cukup rendah, para pengantin pun rata -- rata belum memiliki pendapatan yang tetap. Hal ini mengingat mereka masih dalam rentang usia pelajar, dan untuk mendapatkan pekerjaan tentunya akan lebih sulit dikarenakan latar belakang pendidikan mereka yang cukup rendah jika dibandingkan dengan pelamar kerja lainnya. Hal ini memang dibuktikan denga tingginya angka pengangguran yang ada di Kabupaten Tangerang, melalaui data yang tertera pada Badan Pusat Statistik yang telah diperbarui pada tahun 2015, sebanyak 136.277 orang merupakan pengangguran. Karena keterbatasan ekonomi, seringkali membuat pasangan remaja ini tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari -- harinya. Hal ini tentunya akan berdampak pada kesejahteraan dan kelayakan hidup pasangan tersebut.

Terlebih jika mereka telah memiliki anak, mereka biasanya belum tentu dapat mencukupi kebutuhan anaknya secara maksimal. Dalam hal ini tak sedikit pasangan muda yang masih membebankan kebutuhan ini kepada orangtua nya masing -- masing. Namun, dampak yang dirasakan dari hal ini yaitu kebutuhan akan nutrisi oleh sang anak yang dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Dengan asupan yang kurang bergizi sembang, tentunya membuat tumbuh kembangnya tidak berjalan secara optimal yang mana dapat berakibat pada kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah. 

Untuk mengatasi hal ini, khususnya dampak stunting, Pemda Kabupaten Tangerang akan melakukan pengecekan fisik untuk mendeteksi adanya permasalahan gizi yang didukung dengan pemeriksaan laboratorium. Tidak berhenti disitu, karena penyuluhan dan pendampingan pun akan turut diberikan hingga calon pengantin mendapat sertifikat sebagai dokumen yang selajutnya perlu dilampirkan pada Kementrian Agama setempat.

Selain mengenai hal -- hal diatas, rendahnya pengetahuan calon pengantin juga membuat mereka tidak melakukan rencana apapun, khususnya perihal anak. Masih banyak terdapat anggapan "Banyak Anak Banyak Rezeki" dimana hal ini tentunya jika tidak ditangani dengan segera akan berpengaruh pada kualitas dan kelayakan hidup di suatu lingkungan. Dampak yang jelas terasa dari pernikahan dini ini yaitu akan menyebabkan angka natalitas atau kelahiran mengalami kenaikan. Tentunya jika hal ini terjadi terus menerus akan membuat hidup tidak nyaman. Tingginya angka natalitas atau kelahiran semakin lama membuat kota ini menjadi semakin padat dari tahun ke tahun. 

Tercatat sejak bulan September hingga Desember akan adanya kenaikan jumlah penduduk sebesar 0,14%, menurut data BPS yang disampaikan langsung ketua BPS, Suhariyanto bersama Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri). Kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang ini juga berakibat pada masuknya Provinsi Banten pada urutan kelima dengan jumah penduduk tertinggi di Indonesia. 

Berdasarkan angka kelahiran yang tinggi membuat kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Namun, dengan biaya hidup di kota besar yang mahal membuat banyak orang tidak dapat memiliki tempat tinggal yang layak dan mereka cenderung tinggal di sembarang tempat seperti di bawah jembatan ataupun berdesakkan pada lingkungan yang kumuh. Hal ini menjadi permasalahan yang bisa dibilang cukup serius di Kabupaten Tangerang, terlebih di bidang lingkungan. Menurut Wakil Bupati Tangerang, tercatat sekitar 70% bagian pada TPA Jati Waringin telah terisi sampah, tingginya angka urbanisasi dan kepadatan penduduk menjadi faktor pendukung akan hal ini.

Dengan demikian ketersediaan akan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin menurun, dan dampaknya akan sangat merugikan kota tersebut. Dampak pertama yang dapat dirasakan dari kurangya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu minimnya daerah resapan air.  Terlebih jika diiringi dengan buruknya sistem drainase air dan tidak efektifnya pengelolaan sampah dapat menyebabkan bencana serius kedepannya. Dampak berikutya yang dapat dirasakan yaitu lingkugan akan terasa gersang. Teriknya panas matahari akan langsung terasa menyengat kulit karena minimnya pepohonan yang rindang. Selain itu, terbatasnya ruang terbuka hijau akan mengurangi nilai estetika dalam kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun