Mohon tunggu...
Aurelia Krisnadita
Aurelia Krisnadita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro

...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masih Adakah Politik Bersih untuk Indonesia?

29 Oktober 2017   23:31 Diperbarui: 30 Oktober 2017   18:17 2689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua pasti sudah tidak lagi asing dengan kata 'politik'. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan pengabungan dari berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik bisa dikatakan sebagai suatu alat bagi suatu negara untuk menentukan masa depannya sendiri. Namun, bagaimana jika media tersebut justru menjadi alat yang menyebabkan suatu negara hancur? Tentu saja hal ini menjadi sebuah permasalahan yang harus ditindaklanjuti. Jika tidak, masalah ini akan berdampak besar bagi seluruh masyarakat yang terkandung di dalamnya.

Bila kita tinjau, belakangan ini terdapat banyak sekali permasalahan politik di Indonesia. Politik sudah seharusnya bersih dan murni untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat. Namun dalam praktiknya di Indonesia, politik justru dijadikan sebagai alat untuk memperkaya diri bagi para pejabat dan partai yang berkuasa. Para politisi seperti sudah melupakan tugas mereka dalam menjalankan perannya sebagai wakil rakyat. Hal-hal seperti inilah yang menjadikan citra bagi perpolitikan di Indonesia menjadi buruk, sehingga ada orang-orang tertentu yang anti terhadap politik atau tidak percaya partai politik.

Di negeri ini, sebenarnya ada banyak orang-orang yang sangat berpotensi untuk menjadi pemimpin yang baik, membangun dan memajukan negeri ini, serta membentuk pemerintahan yang bersih. Namun, mereka enggan ikut dalam proses politik karena menganggap politik di Indonesia itu tidak bersih.

Lantas, sampai kapan kita akan berpangku tangan sembari menyaksikan praktik-praktik politik yang 'culas', 'kotor', dan sebagainya? Haruskah kita membiarkan orang-orang 'kotor' memimpin kita?

Jika ada semakin banyak orang bersih mau terlibat di politik, semakin banyak pula orang seperti nama-nama itu yang bisa dijadikan contoh dan semakin bisa mendorong tumbuhnya pemerintahan yang bersih dan kepemimpinan politik yang bermanfaat.

Salah satu cara untuk menggencarkan praktik politik bersih ini adalah dengan menarik hati anak-anak muda. Soekarno pernah berkata, 'berikan saya 10 pemuda maka akan aku guncangkan dunia'. Perkataan ini kaya alasan, sebab anak-anak muda adalah generasi penerus. Mereka mempunyai semangat dan kemampuan yang tinggi. Mereka bisa mengubah dunia menjadi lebih baik lagi. Dalam hal ini, sudah sepantasnya anak-anak muda kita diberikan bimbingan moral dan intelektual. Anak-anak muda seharusnya diberikan wawasan mengenai pengembangan intelektual sehingga nantinya akan membuka mata generasi muda untuk memberantas politik kotor yang terjadi di Indonesia.

Mungkin hal tersebut yang menjadi alasan KPK gencar menyebarkan virus politik bersih ke anak-anak muda. Mereka adalah calon penerus bangsa, yang mungkin dalam 5-10 tahun lagi akan tampil di panggung politik nasional.

"Harapannya, dengan pendidikan politik, peserta memiliki kesadaran atas kondisi politik saat ini, dan menyiapkan perbaikan untuk menjadikan politik sebagai jalan untuk mengelola berbagai kepentingan bagi kebaikan bersama," ungkap Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Sujanarko.

Kekeringan sarana pendidikan politik di Indonesia kemudian mendorong KPK bekerjasama dengan Yayasan SATUNAMA untuk menyelenggarakan Kelas Politik Cerdas Berintregritas (PCB) yang bertujuan untuk mencetak para politisi yang jujur, berintegritas dan tidak terlibat korupsi di masa mendatang.

Terhitung dari tahun 2016, kelas ini telah terlaksana di 9 provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Peserta adalah 433 anak muda tingkat SMA sederajat dan tingkat perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun