Mohon tunggu...
Aulia Zahra
Aulia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen UIN MALIKI MALANG

Fashionable, berwawasan, terpenting mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Adat Basuh Lantai Kepulauan Riau

4 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 4 Maret 2021   14:03 3742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Halo teman-teman semuanya, apa kabar? Tentu selalu sehat ya.... Oh ya, jangan lupa memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Jadikanlah 3M sebagai gaya hidup kita saat ini. Lebih baik mengantisipasi terlebih dahulu daripada diobati. Ingat ya teman-teman....... :)

Topik hari ini saya akan memperkenalkan kepada teman-teman semua mengenai adat Basuh Lantai. Basuh Lantai adalah upacara adat atau ritual adat bersalin dari Kabupaten Lingga, provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan ini memiliki Ibukota bernama Daik. Penduduk yang berasal dari sekitar daerah tersebut, sering menamai daerah dengan nama gabungan antara nama pulau dengan nama ibukotanya yang dikenal dengan sebutan Daik-Lingga.

Basuh lantai sendiri berasal dari bahasa Melayu yaitu Basuh dan Lantai Basuh mempuyai arti membersihkan, sementara kata Lantai mempunyai arti sebagai alas rumah. Dapat disimpulkan bahwa upacara adat Basuh Lantai mempunyai arti menyuci alas rumah, alas rumah yang dimaksudkan adalah alas rumah tempat sang ibu bersalin atau yang telah melahirkan bayinya, dan dibersihkan lantainya dari percikan darah pada saat melahirkan. Mengapa demikian? Sebab adat ini sangat erat kaitannya dengan daur hidup (lingkaran hidup individu), yang dikhususkan berkenaan dengan persalinan. Upacara adat Basuh Lantai sama seperti pada umumnya dibantu oleh orang proses persalinan atau biasa di sebut dengan Mak Dukun atau Tok Bidan dan dilakukan ketika sang bayi telah genap berumur 44 hari. Upacara adat Basuh Lantai ini sudah turun menurun dan sampai wajib dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan agar bersih secara lahir, keluarga dari sang bayi juga dapat terhindar dari bahaya dan malapetaka kekuatan mistis yang diyakini.

Asal Mulanya Adat Basuh Lantai

Masyarakat Daik-Lingga adalah masyarakat keturunan Melayu Riau beragama islam,  berkebudayaan dan berbahasa Melayu Riau. Walaupun beragama islam yang tidak boleh mempercayai tentang hal-hal berbau mistis, tetapi masyarakat masih saja percaya terhadap hal-hal mistis seperti Orang Bunian (makhluk mistis yang menyerupai manusia yang tinggal di tempat kosong dan sunyi), jin, Jerambang (makhluk mistis penghuni perairan seperti laut, danau, sungai yang suka memakan hasil tangkapan ikan warga sekitar), Jembalang (makhluk mistis konon katanya tinggal di tanah dan sering mengganggu manusia), dan terakhir Dewa atau biasa yang disebut sebagai Dea.

Menurut masyarakat sekitar, mereka mempercayai bahwa setiap lantai rumah masing-masing mempunyai penghuni makhluk mistis. Jika di sebuah rumah dan lantainya terkena darah khususnya perempuan yang sedang bersalin, maka lantai tersebut harus segera dibersihkan dengan cara disiram dengan air, diminyaki, dibedaki, dan disisiri. Jika tidak dilakukan pembersihan darah pada lantai tersebut, maka masyarakat mempercayai makhluk mistis penghuni lantai rumah akan mengganggu, tidak hanya kepada orang yang membantu bersalin atau biasa di sebut Mak Bidan dan bahkan bisa mengganggu sang ibu dan bayinya. Malapetaka yang akan terjadi yaitu konon katanya sang bayi nantinya akan sakit-sakitan atau menangis terus menerus.

Seperti yang dikatakan di awal bahwa adat Basuh Lantai dilakukan setelah sang bayi genap berumur 44 hari. Sebelum genap 44 hari, sang ibu dan bayinya tidak diperkenankan keluar rumah. Jika memang mengharuskan keluar rumah sang ibu meninggalkan bayinya, maka ada syarat-syarat yang harus dilakukan. Sang ibu wajib membawa alat bernama kacip yang berbahan besi yang berfungsi untuk membelah daun sirih pinang atau paku ataupun pisau yang ujungnya tajam dan disusuki bawang merah. Sedangkan pada bayi yang ditinggalkan di rumah wajib diletakkan paku, pisau, ataupun sepotong besi berbentuk apapun. Kedua hal tersebut dimaksudkan agar sang ibu dan bayinya terhindar dari gangguan makhluk mistis. Sebelum genap 44 hari si bayi juga tidak diperkenankan untuk turun atau menginjak tanah.

Pada umumnya, upacara adat Basuh Lantai di lakukan pada hari jumat. Menurut kepercayaan masyarakat Melayu Daik-Lingga bahwa hari jumat merupakan hari yang diberkahi atau dirahmati oleh Allah SWT. Pelaksanaannya dilakukan pada pagi hari karena pada siang hari, para laki-laki diwajibkan menunaikan Salat Jumat dan sore harinya dialnjutkan dengan upacara adat kenduri atau biasa disebut dengan istilah Selamatan. Upacara adat akan dihadiri oleh para kerabat dan para tetangga yang rumahnya berdekatan. Pelaksanaan akan dipimpin oleh seorang perempuan yang membantu proses kelahiran atau biasa disebut Mak Dukun atau Mak Bidan bersama suaminya yang biasa dikenal dengan masyarakat sekitar Pak Jantan. Setelah Upacara Adat Basuh Lantai akan dilaksanakan kenduri yang dipimpin oleh ulama setempat di dalam rumah tamu pasangan suami istri tersebut. Adapun tujuan lain dari Upacara Adat Basuh Lantai selain mencegah gangguan dari makhluk mistis juga sebagai rasa ungkapan syukur dan terima kasih kepada Allah yang telah membantu proses persalinan sang ibu lancer dan bayi yang dilahirkan pun dalam keadaan selamat dan sehat. 


Perlengkapan Upacara Adat Basuh Lantai

Berikut ini perlengkapan Upacara Adat Basuh Lantai sebagai berikut :

  1. Nampan berisi sepiring nasi atau pulut kuning. Nasi atau pulut kuning di lengkapi dengan serabi dan ikan kuah.
  2. Satu buah kelapa yang sudah dibersihkan kulit keras luarnya dan hanya sisa daging putihnya saja.
  3. Cermin kecil dengan sisir, gunting, dan 2 buah lilin.
  4. Sebuah benang berwarna putih dengan panjang 7 meter.
  5. Sepiring beras putih dengan sepiring padi yang belum dikupas.
  6. Beberapa buah jeruk nipis.
  7. Celak
  8. Semangkuk uang koin
  9. Semangkuk bubur merah
  10. Semangkuk kecil buah asam
  11. Semangkuk kecil minyak atau bedak yang terbuat dari buah gambir, buah asam, kapur sirih, dan jeruk nipis, kemudian seluruh bahan ditumbuk sampai menghasilkan minyak.
  12. Air ditempatkan dalam sebuah tempayan yaitu tempat berupa wadah yang terbuah dari tanah liat.

Perlengkapan Kenduri 

Berikut hidangan yang disiapkan dalam acara kenduri sebagai berikut :

  1. Sepiring ketupat yang umumnya disediakan sebanyak 25 buah ketupat.
  2. Sepiring gulai ayam
  3. Sepiring sambal kacang
  4. Sepiring serundeng
  5. Sepiring sambal kelapa

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Basuh_Lantai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun