Mohon tunggu...
Aulia Fitri Sabillah Rosyidah
Aulia Fitri Sabillah Rosyidah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perekonomian Indonesia

30 September 2025   10:29 Diperbarui: 30 September 2025   10:29 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar ilustrasi perekonomian Indonesia, sumber : pojokjakarta.com

 

Perekonomian Indonesia pada dekade terakhir menunjukkan dinamika yang cukup kompleks, dengan kombinasi antara pertumbuhan yang stabil dan tantangan struktural yang masih membayangi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi besar dalam memperkuat basis konsumsi domestik. Konsumsi rumah tangga yang stabil berkontribusi lebih dari separuh terhadap produk domestik bruto (PDB), sehingga menjadikan Indonesia relatif tahan terhadap guncangan eksternal. Namun, di balik keunggulan itu, ketergantungan pada konsumsi saja tanpa diimbangi oleh produktivitas industri dan daya saing ekspor yang kuat dapat menjadi kelemahan jangka panjang. Tantangan ini menuntut pemerintah untuk tidak hanya menjaga stabilitas makroekonomi, tetapi juga mendorong transformasi struktural yang mampu menjadikan ekonomi Indonesia lebih tangguh dan berkelanjutan di tengah dinamika global yang terus berubah.


Salah satu tantangan utama perekonomian Indonesia adalah ketergantungan pada komoditas primer, terutama batu bara, kelapa sawit, dan nikel. Memang, ekspor komoditas tersebut menjadi penopang devisa, terutama ketika harga di pasar internasional melonjak. Namun, ketergantungan ini menimbulkan risiko yang cukup besar ketika harga global turun, karena pendapatan negara dan kinerja ekspor bisa langsung tertekan. Oleh sebab itu, hilirisasi menjadi agenda penting dalam kebijakan ekonomi Indonesia. Dengan mendorong pengolahan komoditas di dalam negeri, pemerintah berupaya menambah nilai produk, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat basis industri. Meski demikian, hilirisasi bukan perkara mudah; butuh investasi besar, kepastian regulasi, serta kemampuan teknologi agar produk Indonesia mampu bersaing secara global. Tanpa konsistensi kebijakan, program hilirisasi hanya akan menjadi jargon tanpa dampak nyata bagi perekonomian nasional.


Selain hilirisasi, daya saing sumber daya manusia menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia merupakan peluang emas, di mana mayoritas penduduk berada pada usia produktif. Namun, peluang ini bisa berubah menjadi beban jika tidak diimbangi dengan kualitas pendidikan, keterampilan, dan kesehatan yang memadai. Dalam era digitalisasi, tenaga kerja Indonesia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan otomatisasi industri. Jika kualitas SDM stagnan, maka peluang untuk menarik investasi asing berkualitas tinggi akan semakin sulit. Oleh karena itu, investasi pada sektor pendidikan, pelatihan vokasi, dan kesehatan harus menjadi prioritas agar perekonomian Indonesia tidak hanya tumbuh secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif, dengan basis produktivitas yang lebih kuat.


Infrastruktur juga memainkan peran vital dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah menggenjot pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan tol, pelabuhan, bandara, hingga infrastruktur digital. Hal ini terbukti mampu memperbaiki konektivitas antarwilayah dan memperlancar arus distribusi barang maupun jasa. Namun, tantangan pembiayaan dan efektivitas masih menjadi sorotan. Banyak proyek infrastruktur yang dibiayai dengan utang, sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan fiskal. Selain itu, pembangunan yang tidak merata antarwilayah juga berpotensi menimbulkan ketimpangan. Agar infrastruktur benar-benar mendukung perekonomian, pemerintah perlu memastikan bahwa proyek-proyek tersebut memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat, bukan sekadar menambah beban keuangan negara.


Stabilitas makroekonomi juga menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan investor dan daya beli masyarakat. Inflasi yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan defisit fiskal yang terkelola dengan baik adalah syarat mutlak bagi keberlanjutan pertumbuhan. Bank Indonesia bersama pemerintah selama ini cukup berhasil menjaga stabilitas tersebut, meskipun ancaman eksternal seperti gejolak harga minyak dunia, ketegangan geopolitik, serta ketidakpastian kebijakan moneter global selalu mengintai. Di sisi lain, ketahanan pangan dan energi menjadi isu krusial yang harus diantisipasi. Krisis pangan atau lonjakan harga energi dapat memicu inflasi yang tinggi dan menekan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, strategi diversifikasi sumber energi dan penguatan ketahanan pangan domestik menjadi agenda penting untuk memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga dalam jangka panjang.


Perekonomian Indonesia juga menghadapi tantangan dari aspek kesenjangan sosial dan ketidakmerataan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil tidak otomatis dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Masih terdapat jurang besar antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara kawasan barat dan timur Indonesia. Kesenjangan pendapatan juga menjadi masalah yang bisa menimbulkan ketidakstabilan sosial jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, program pembangunan inklusif yang menyentuh sektor pertanian, UMKM, dan pemberdayaan masyarakat lokal menjadi sangat penting. Pemerintah perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, tetapi juga memberikan kesempatan dan kesejahteraan bagi kelompok rentan dan masyarakat kecil. Tanpa keadilan ekonomi, pertumbuhan yang tinggi sekalipun bisa kehilangan maknanya.


Ke depan, arah perekonomian Indonesia harus ditopang oleh transformasi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Perubahan iklim dan tuntutan global untuk mengurangi emisi karbon tidak bisa diabaikan, terlebih Indonesia memiliki peran penting sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terbesar di dunia. Investasi pada energi terbarukan, industri ramah lingkungan, serta teknologi hijau akan menjadi penentu daya saing di masa depan. Selain itu, Indonesia harus cermat dalam memanfaatkan kerja sama internasional, baik dalam perdagangan maupun investasi, untuk memperkuat posisinya di rantai pasok global. Dengan visi jangka panjang yang jelas, konsistensi kebijakan, serta partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha, perekonomian Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya tumbuh, tetapi juga berkembang secara inklusif, adil, dan berkelanjutan, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia maupun dunia.

REFERENSI : https://pojokjakarta.com/2024/12/05/aadi-melonjak-dari-rp5-550-ke-rp6-650-di-hari-perdana/ 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun