KH. Abdul Wahid Hasyim adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarah Indonesia beliau terkenal sebagai pahlawan pergerakan nasional, kiprahnya dalam perjuangan kemerdekaan bersama para pemimpin nasional lainnya. Abdul Wahid Hasyim dilahirkan pada hari Jum'at legi, 5 Rabi'ul Awwal 1333 H,  bertepatan  dengan  1  Juni  1914  di  Tebuireng,  Jombang. Wahid Hasyim lahir dari pasangan cendekiawan agama Islam, KH Hasyim Asy'ari dan Nyai Nafiqah. Ayahnya, KH Hasyim Asy'ari, merupakan ulama kenamaan Indonesia, inisiator pesantren Tebuireng, sekaligus tokoh pendiri NU (Nahdlatul Ulama) bersama Wahab Hasbullah. Sementara itu, ibunya adalah putri dari Kyai Ilyas, pengasuh pesantren Sewulan Madiun.
    Sejak kecil beliau terlahir sudah di lingkungan kultur islam yang kuat, beliau bisa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, baik agama maupun umum. Menjelang masa remaja, ia mengembara ke berbagai pesantren terkemuka di Jawa, yakni Siwalan Panji dan Lirboyo. Menginjak usia 15 tahun, Abdul Wahid Hasyim pulang ke Tebu Ireng. Di kampung halaman, dirinya tidak hanya mendalami ilmu-ilmu agama lagi, tetapi juga belajar menguasai bahasa Arab, Inggris dan Belanda. Ketika berumur 18 tahun, ia pergi ke Mekkah selama 2 tahun untuk menunaikan haji dan memperdalam ilmu pengetahuan agama.
     Melihat pengalaman pendidikan tersebut, tampak ia sebagai sosok yang memiliki semangat dan bakat intelektual yang matang. Dengan bekal kemampuan tiga bahasa tersebut, Wahid Hasyim dapat mempelajari berbagai buku.  Otodidak  yang  dilakukan  Wahid  Hasyim  memberikan  pengaruh signifikan  bagi  praktik  dan  kiprahnya  dalam  pendidikan  dan  pengajaran, khususnya di pondok pesantren termasuk juga dalam politik. Pada usia 24 tahun (1938), Wahid Hasyim mulai terjun ke dunia politik. Wahid Hasyim mulai meningkat karirnya dalam politik setelah aktif dalam 2 organisasi yaitu pada tahun 1940 ia dipercaya menjadi Ketua Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI), dan aktif di organisasi NU hingga kepengerusan PBNU.
   Peran KH Abdul Wahid Hasyim kebanyakan di bidang politik dan agama. Salah satunya ditunjukkan melalui kiprahnya di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertujuan merumuskan dasar negara Indonesia sebagai panitia kecil yaitu panitia sembilan. Panitia Sembilan akhirnya berhasil merumuskan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter dengan mencantumkan sila pertama "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Namun, setelah proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945, Bung Hatta menerima masukan tentang keberatan pada sila pertama. KH. Abdul Wahid Hasyim secara bijak mengusulkan agar penggalan dalam sila pertama tersebut dicoret. Dengan pertimbangan cermat akhirnya disepakati bahwa sila "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Kesepakatan atas perundingan terkait dasar negara tersebut diteken agar tidak ada perpecahan antar-umat beragama.
     Perjuangan Wahid Hasyim juga berlanjut saat dirinya menjabat Menteri Agama dalam 3 periode kabinet. Jasa lainnya ialah pendirian Sekolah Tinggi Islam di Jakarta (tahun 1944), Kemudian pada tahun1950 memutuskan pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)yang  kini  menjadi  IAIN/UIN/STAIN,  serta  mendirikan  wadah  Panitia  Haji Indonesia (PHI). Kiai Wahid juga memberikan ide kepada Presiden Soekarno untuk mendirikan masjid Istiqlal sebagai masjid negara.
    Abdul Wahid Hasyim meninggal pada hari sabtu 19 April 1953 di RumahSakit Boromeus Bandung, Jawa Barat setelah terjadi musibah kecelakan di daerahantara  Cimahi-Bandung  ketika  hendak  menghadiri  rapat  NU  di  Sumedang.Jenazah dimakamkan di Tebuireng, Jombang Jawa Timur.Pada  tanggal  24  Agustus  1964  berdasarkan  Surat  keputusan  PresidenRepublik Indonesia No. 206 tahun 1964 KH. Abdul Wahid Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan  Kemerdekaan  Nasional,  atas  jasa-jasanya  terhadap kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
 Kurniadin, D., 2011. KH. Wahid Hasyim dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jurnal An Nur. 3(2).
Zuhriyah, U., 2023. Biografi KH Abdul Wahid Hasyim dan Perannya dalam Kemerdekaan. https://tirto.id/biografi-kh-abdul-wahid-hasyim-dan-perannya-dalam-kemerdekaan-gRcp[online]. (diakses tanggal 11 Oktober 2024).
Rarasanti, N.S., 2020. Biografi K.H. Wahid Hasyim: Ulama Konseptor Dasar Negara. https://bincangsyariah.com/khazanah/biografi-k-h-wahid-hasyim/[online]. (Diakses tanggal 11 Oktober 2024).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI