Kurangnya pemahaman penerapan sport science membuat pembinaan atlet di Sukoharjo kerap berjalan tanpa landasan ilmiah yang tepat. Akibatnya, program latihan sering kali tidak sesuai kebutuhan dan beresiko menimbulkan cedera hingga overtraining.
Hal tersebut diungkap dalam seminar edukasi sport science yang diselenggarakan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sukoharjo bersama Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unnes di Gedung Menara Wijaya, Minggu (27/7/2025). Narasumber kegiatan, Bapak Dhias Fajar Widya P., S.Si., M.Or., yang memaparkan pentingnya sport science dalam manajemen cabang olahraga.
Ia menjelaskan, bahwa fakta di lapangan menunjukkan masih banyak pelatih dan pengurus yang belum menerapkan prinsip-prinsip sport science secara optimal. Sebagian masih mengandalkan pengalaman pribadi dalam menyusun program latihan.
"Prestasi atlet tidak datang secara instan. Diperlukan program latihan yang terencana, terukur, dan berbasis prinsip ilmiah agar beban latihan sesuai dengan kebutuhannya," ujarnya.
Program latihan sering kali disusun tanpa mempertimbangkan kebutuhan fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tidak jarang, atlet mengalami cedera atau overtraining yang berujung pada penurunan performa.
Menurutnya, pemahaman mendalam terhadap aspek biomekanika, fisiologi, nutrisi, dan psikologi sangat penting untuk mencegah stagnasi performa sekaligus meminimalkan risiko cedera akibat ketidakseimbangan beban latihan. Hal ini perlu dilengkapi dengan penguasaan empat aspek utama kepelatihan yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental agar program latihan yang dijalankan benar-benar selaras dengan kebutuhan atlet dan mampu membawa mereka mencapai performa puncak secara aman dan berkelanjutan.
"Metode tradisional yang mengabaikan pertimbangan ilmiah sering membuat atlet rentan overtraining dan cedera berulang. Dengan pendekatan sport science, risiko tersebut dapat diminimalkan," tambahnya.
Sukoharjo memiliki sejumlah atlet nasional dari berbagai cabang olahraga, sehingga penerapan sport science menjadi kebutuhan yang penting. KONI sebagai induk organisasi cabang olahraga memiliki peran penting untuk memastikan pembinaan, kebijakan, dan kepelatihan atlet berjalan sesuai prinsip ilmiah. Minimnya integrasi sport science juga berdampak pada lemahnya pencegahan serta perawatan cedera.
Ia juga menegaskan bahwa pencegahan cedera harus dilakukan sejak tahap perencanaan.
"Pemanasan, pendinginan, pemulihan, dan analisis biomekanika bukan pelengkap, melainkan komponen wajib dalam setiap program latihan," tegasnya.