Dalam satu sistem kehidupan, keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat, dimana terdiri dari struktur ayah ibu anak. Dalam buku manhaj islah pun disebutkan bahwa  keluarga merupakan wadah dalam berdakwah pula. Namun jika membahas kita sebagai mahasiswa yang akan insyaallah nantinya akan berkeluarga, maka kita membahas bagaimana nantinya kita menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak ini didalam keluarga kita nanti.
Pendidikan tentang tauhid dan akhlak ini harusnya sedari kecil ditanamkan pada anak. Karena tauhid inilah yang nantinya melandasi tingkah laku dan perbuatan anak ketika sudah dewasa. Menanamkan tauhid berarti menanamkan ideologi islam pada diri anak. Ketika ideologi ini sudah tertanam, maka arah langkah kehidupannya akan dilandasi pula dengan Al-Quran dan syariat Islam.Â
Jika kita mengulik sedikit,  apa sih  tauhid?  Tauhid adalah bagaimana kita mengesakan Allah. Konsep yang biasa digunakan adalah, tauhid rububiyah yang artinya bagaimana seorang hamba mengesakan Allah dalam perbuatannya.Â
Tauhid uluhiyah adalah bagaimana seorang hamba setelah mengesakan Allah kemudian ia mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan-amalan yang disyariatkan oleh agama. Dan  asma wa sifat adalah bagaimana keyakinan seorang hamba akan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang sudah tertera didalam Al-qur’an, salah satu contohnya adalah saat kita menghafalkan Alqu’an biasanya di akhir ayat sering kita menjumpai sifat-sifat Allah.
 Lalu bagaimana cara menerapkan tauhid ini kepada anak?Â
 Ada berbagai macam cara untuk mengenalkannya dengan anak, salah satu yang biasa dilakukan yaitu dengan menyanyikan lagu-lagu islami. Lalu memperkenalkan dengan sholat, memperkenalkan dengan surga dan neraka. Nah kalo di era terkini bisa kita lihat berbagai cara penerapannya, pernah melihat story nya Ibu Retno Hening? Bagaimana iya mengajarkan ke Kirana tentang islam, tidak boleh berbohong, harus saling memahami dan akhirnya jika hal ini diterapkan sejak kecil kepada anak yang timbul adalah akhlak karimah atau akhlak yang baik.
Akhlak karimah ini muncul apabila pemahaman terkait tauhid itu benar. Ibarat pohon akhlak adalah buah. Jika menginginkan buah yang manis dan bermanfaat maka yang harus dipastikan adalah akarnya yang kuat yang disamakan dengan aqidah, kemudian ia menjalankan segala amal-amal sehingga batangnya besar dan tinggi, dan menghasilkan buah yang baik atau akhlak yang karimah. Sementara jika berkebalikannya, maka siap-siap kita akan menjadikan anak kita menjadi anak yang berakhlak mazmumah.
Tentunya dalam kehidupan seorang muslim, kita menginginkan generasi islami yang akan melanjutkan tongkat estafet Islam ini. Namun tugas kita nantinya sebagai orangtua tidaklah mudah. Sehingga, sebelum menjadi orangtua, mari kita evaluasi dulu diri kita terkait tauhid kita, syariat yang sudah kita jalankan dan akhlak kita. Sehingga kita nantinya sudah punya bekal untuk menurunkan hal tersebut kepada anak kita.Â
Waallahu’alam