Â
Di tengah pandemi Covid-19, perekonomian dunia mengalami tekanan, tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya inflasi beberapa bulan terakhir menjadi bukti bahwa adanya pandemi Covid-19 ikut berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen (mtm) yang mengakibatkan penurunan daya beli di berbagai daerah di Indonesia. Penurunan ini dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Inflasi pada bulan April 2020 ini lebih rendah dari inflasi bulan Maret sebesar 0,10 persen. Adapun, inflasi tahun kalender sejak bulan Januari hingga bulan April 2020 sebesar 0,8 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 2,67 persen.
Pandemi Covid-19 ini berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia, khususnya pada sektor perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor impor bahan baku, dan barang modal. Kegiatan produksi yang menurun, langkanya barang, dan juga kenaikan harga di pasaran menyebabkan terjadinya inflasi. Terlebih Indonesia masih mengandalkan import dari China untuk bahan baku industri dan juga bahan pangan, contohnya seperti bawang putih.
Indonesia merupakan negara importir bawang putih terbesar sekitar 90% konsumsi komoditi tersebut dipenuhi dengan impor, karena produksi bawang putih dalam negeri baru mencapai 85.000 ton per tahun atau sekitar 10 persen dari kebutuhan nasional. Informasi tentang pelarangan impor bawang putih dari China dapat mengakibatkan panic buying atau kepanikan publik sehingga disalahgunakan oleh beberapa oknum distributor yang tidak bertanggung jawab melakukan penimbunan untuk mengurangi stok ke pasar tradisional karena tidak ada lagi impor bawang putih masuk. Di tengah kondisi panic buying, masyarakat cenderung membeli barang lebih dari yang dibutuhkan. Jika hal ini dilakukan oleh banyak orang, maka akibatnya adalah terjadi kelangkaan barang yang disebabkan ketidakseimbangan antara demand dan supply. Kelangkaan akibat tidak seimbangnya permintaan dan penawaran ini berujung pada kenaikan harga.
Dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, senin (04/05/2020), Menteri Keuangan, Chatib Basri mengatakan penurunan tersebut merupakan dampak dari pandemic covid-19 dan adanya physical distancing atau penerapan Pembatasan Sosisal Berskala Besar (PSBB) sehingga berpengaruh terhadap sisi supply dan demand.
Pada Mei 2020 BPS mengumumkan terjadinya inflasi sebesar 0,07%. Dengan indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,87. Dari 90 kota IHK, sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Angka inflasi ini memang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya tetapi terjadi kenaikan pada beberapa harga komoditas walaupun kenaikannya sangat tipis.
Daftar Pusaka :
- Hayana. Imbas Corona, Bawang Putih Penyumbang Inflasi Awal Tahun 2020 di Indonesia (Diakses tanggal 27 Juni 2020)
