Mohon tunggu...
Astrid Setya 2
Astrid Setya 2 Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausaha dan Public Speaker

Seneng nulis dari usia muda hingga membawa saya pernah menjadi wartawan dan penyiar. Setelah menikah lebih senang berbagi pengalaman dengan menjadi public speaker dan mengajar di beberapa tempat. Juga tertantang mengelola usaha, meskipun terkena dampak Covid, namun tetap semangat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jaminan Kesehatan Plus-plus

13 September 2020   12:45 Diperbarui: 13 September 2020   12:45 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhirnya nemu tulisanku di blogku Astrid Setya Kompasiana. Saya copas disini, karena saya lupa passwordnya. Makanya merasa excited banget bisa nemu tulisan lama, yang followernya sebenarnya sudah banyak. Tapi sudahlah nggak pa pa.

Hari itu  7 Mei 2010, aku shooting lagi di salah satu Pabrik Kimia terbesar di Surakarta. Meski berada di Surakarta, pabrik ini sudah berstatus Tbk. Jadi bisa bayangin kalo pabrik ini bukan sembarang pabrik, tapi pabrik dengan skala nasional bahkan internasional.

Nggak seperti shooting hari-hari yang lalu, shooting hari ini cukup membuat aku terganggu dan terkejut. Tak terbayang sebelumnya kalau aku akan masuk salah satu ruang pabrik yang begitu bising dan memekakkan telinga. Mesin genset yang begitu besar itu berdesing keras hingga seperti menembus jantung. Belum ada 1 menit, setiap orang akan terganggu dengan suara gemuruhnya mesin. 

Terheran-heran aku pandangi para operator mesin yang kelihatannya tak begitu menghiraukan suara gemuruh mesin genset itu. Sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Pertama memasuki ruang ini aku dan timku sepakat memberi nama mesin itu sebagai mesin pembuat budek telinga. hehehhee. Sembari menutup kedua telinga saja, masih terasa suara gemuruhnya. Bahkan sekalipun memakai earphone atau headset, tak menghalangi dentuman kerasnya.

Mestinya aku bisa menjalankan tugas sebagai produser dengan baik. Tapi, gara-gara mesin genset itu aku harus bolak-balik keluar ruang untuk merefresh telingaku. Kurang lebih 1/2 jam aku melakukan pengambilan gambar di ruang ini. Bisa dibayangkan bagaimana marahnya telingaku kalo dia bisa bicara. Paling parah adalah kameramenku (suami), yang harus terus menerus menjalankan tugas. Beberapa kali kameramenku menyodorkan tugasnya padaku untuk menggantikan posisinya. Tapi kali ini aku nolak. Aku cuma menyayangkan gendang telingaku.

Tak bisa kubayangkan gimana rasanya jadi operator mesin genset disitu. Tiap hari harus berhadapan dengan mesin sekeras itu. Parahnya itu baru 1 mesin yang dinyalakan. Tapi suaranya begitu memekakkan telinga. Padahal ada lebih 4 mesin genset disitu. Bisa dibayangkan kalo semuanya menyala. Apa jadinya telinga mereka.

Lega sudah aku menyelesaikan tugas di ruang genset. Kupikir penderitaanku akan berakhir. Ternyata aku keliru. Aku harus masuk ke ruang besar atau disebut ruang Compressor. Di ruang ini kebisingannya ternyata melebihi ruang genset. Ya ampun..........capek deh telinga ini.

Aku yang terbiasa bicara lirih atau sedang-sedang saja. Eh tiba-tiba harus bicara sekeras-kerasnya. Itupun lawan bicaraku tak mendengar suaraku.

Sampai tulisan ini aku buat, aku masih merasakan kebisingan di telinga. Sepertinya suara mesin-mesin itu masih terngiang terus.

Iseng-iseng aku tanya ke para operator dan salah seorang manager di pabrik itu.
"Pak, di ruang ini Jamkesnya plus-plus dong?," tanyaku tak begitu serius.

Mereka pun tertawa begitu saja. Bahkan ada yang nyeletuk.
"Di ruang ini, tiap hari harus bawa obat budhek mbak, soalnya keluhan penyakit terbanyak ya sakit budhek itu," celetuk salah satu operator sembari berteriak-teriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun