Ketika hal yang selalu negatip dilontarkan pada sasaran dan itu bisa menjadi tindak pembunuhan karakter, maka tindak nyinyir jangan dikenakan pada anak-anak yang harus dibangun karakternya. Patut disayangkan bila ada orang tua yang nyinyir pada putera puterinya.
Patut disayangkan pula dimedia sosial ada yang menulis menyindir atau jelas-jelas tidak mempertimbangkan bahwa watak dan karakter orang selalu tidak hitam putih. Motivasi orang yang juga dipikirkan sebagai urusan pribadi, di sosmed dikupas dan dimaknai tersendiri oleh pengamat dan "pe-nyinyir". Didunia hiburan para selebritis ibarat bisa disanjung dengan diberi makhota demi pencitraan, bisa ditelanjangi oleh sikap sentimen dan persaingan pribadi. Didunia politik sikap para pemuka masyarakat atau negara pun juga tidak jauh seperti selebritis itu.
Pertanyaannya tinggal : Bagaimana pilihan sikap kita sebaiknya ? Â Pasti tetap penulis ini mengatakan bahwa pilihan itu apapun hak pembaca. Adapun bagi saya sesuai dengan solusi 2021, ada pilihan . Pertama "menilai diri sendiri" itu yang terdasar. Tepo Sliro, nasehat Jawa,menilai diri orang dilandasi tepo sliro. Bercermin pada "aku mau disikapi bangaimana" Â Kedua "Membaca, melihat, orang dan peristiwa itupun saya anggap sebagai Cermin, didepannya saya berkaca, untuk mendapat masukan sikap hidup kita kedepan..
Demikian permenungan sederhana semoga sekurangnya tidak menyinggung hati pembaca, syukur bermanfaat. Bila ada yg tidak berkenan tolong maafkan saya, dan tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, Januari 09.2021. Emmanuel Astokodatu.