Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpikir Kreatif Memahami Saran Pakar

25 April 2020   14:18 Diperbarui: 25 April 2020   14:21 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Koordinator Tim Respons COVID-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad ,sepakat dengan riset Harvard University T.H Chan School of Public Health yang menyebut social distancing karena virus corona bisa berlaku hingga 2022. Menurutnya yang perlu dilakukan saat ini adalah beradaptasi.(Kumparan NEWS,23 April) Dapat pula di teliti disini: https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/pakar-ugm-social-distancing-bisa-sampai-2022-kita-harus-adaptasi/ar-BB132TJw.

Dalam uraian sepanjang diberitakan. pendapat itu mengacu pada riset internasional, membuat saya masih mempunyai ruang memahaminya sambil mengikuti semboyan "Globally thinking, locally act".  Pokok masalahnya adalah masih juga perihal Social Distancing.

Dalam paparan itu masih ada pengandaian yang bisa ikut menentukan Social Distancing dan situasi luasnya, disebut yaitu: Vacinne dan Immunitas. Maka berfikir sedehana saya menangkap saran pendapat yang saya anggap pasti yaitu Adaptasi. Saran itu juga saya tangkap sebagai saran yang abadi, tidak peduli sampai kapan setahun dua tahun Pemerintah yang tidak grusagrusu itu mau menentukannya waktu Social Distancing ini.

Adaptasi dari bahasa asing Adaption >adaptare = membuat sesuai. Oleh bentukan kata adaptasi berarti "hal penyesuaian". Untuk pemakaian sehari hari lebih enak digunakan "Beradaptasi" mengambil sikap penyesuaian diri dengan situasi atau keadaan lingkungan.

Kepada seorang ibu rumah tangga saya tanyakan apakah anaknya punya alat elektronik yang namanya adaptor. Dengan cepat dia berkisah bahwa mesin cuci, kipas angin, TV nya rusak akibat adaptornya rusak belum bisa beli yang baru. Ketika kepadanya saya ceritakan pesan Pakar UGM, untuk adaptasi dengan santai dia komentar : "orang yang tidak bisa beradaptasi, tak punya adaptor diri, itu orang yang rapuh"

Memang pengalaman sehari hari menunjukkan bahwa orang ada orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan, cuaca, pergaulan, makanan, kebiasaan yang asing baginya, namun ada pula orang yang sangat kaku, berpegang pada perilaku yang sudah menjadi miliknya. Orang yang mudah menyesuaikan diri bisa beradaptasi orang ini akan enjoy saja dimana saja kapan saja. Orang ini tidak "rapuh" menurut kata ibu tadi. Sebaliknya kuat dan tahan dengan kemampuannya beradaptasi dalam segala cuaca dsb, yang biasanya merupakan semacam yang mau menguasai orang tersebut. Sekurang-kurangnya dengan adaptasi berakibat tidak adanya ganjalan atau semacam kontroversi.

Maka sebenarnya orang yang mampu beradaptasi dikatakan teguh, ketika dia tidak kehilangan jati dirinya. Orang itu tidak menjadi ikut-ikutan, kesana ikut kesini ikut, seperti benda yang bisa diterbangkan angin kesana kemari.Kehebatan kemampuan beradaptasi adalah kemampuan memilih tanggapan batin dan lahir terhadap situasi yang bukan yang dikehendaki tetapi harus dialami.

Keputusan mengambil pilihan itu diambil dengan kecerdasan, dan tanggapan kreatip yang diberikan membuat suatu kesesuaian, sehingga tidak adanya pertentangan yang berarti. Ada kalanya seseorang berpendapat adaptasi itu diarahkan kepada seuatu tawaran alternatip, oleh otoritas masyarakat, bila demikian orang itu sebenarnya mengamalkan ketaatan saja.

Kembali kepada saran Pakar, untuk adaptasi,karena lamanya social distancing, tinggal dirumah, jaga kesehatan, maka saya kembali pula pada pengalaman banyak komunikasi di internet yang meluas dalam penyebarannya. Mereka yang biasa menggunakan internet saya perkirakan memiliki kelebihan dalam cara hidup. Saya pertanyakan kepada mereka perihal "perkiraan pakar" terkutip tentang adaptasi dan 2 th PSBB.

Seorang mahasiswi perantau dari Riau, kuliah sambil kerja di Malang, Susi (bukan nama sebenarnya) spontan menjawab,

"Kok 2 th, Pak, sekarang saja sudah pusing, tempat kerja saya ditutup sementara". Senada pula Rimah,(bukan nama sebenarnya) seorang janda/ibu dengan 2 orang anak tinggal di Magelang, menjawab,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun