Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mojo-jodohku dan Mojo M.Goldsmith

22 November 2019   10:06 Diperbarui: 22 November 2019   10:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mojo (baca: "mau" , "mou"), adalah istilah dalam system kepercayaan Hoodoo milik warga Afrika di Amerika di jaman perbudakan. Ada nama lain seturut daerah utara, tengah, selatan dimana warga Afrika diperbudak oleh orang Perancis, Inggris, Portugis/ Spanyol. Mojo adalah kantong jimat (jawa), yang dipercaya memberi pengaruh mental fisik bagi pembawa, dan itu diperoleh biasanya melalui ritual upacara yang disucikan.

Dimana seperti pada umumnya ritus kepercayaan itu penuh dengan simbolisasi, sehingga bagi yang bukan penganut kesulitan membedakan antara benda symbol yang terpilih dengan apa yang disimbolkan. Seperti biasanya,kantong jimat yang diperolah dari ritual itu berupa kantong dari flannel merah,berisi benda batuan, hewan atau tanaman kering. Kantong diikat rapi disembunyikan dibalik baju. Dan itulah kekuatan atau nilai plus untuk yang membawa. Maka ada yang menyebut conjure-bag, atau conjure hand (kantong sulap) dan lain senada itu.

Marshall Goldsmith dan Mark Reiter mendalami dan berusaha paham fenomena mojo dengan proses memperolehnya dan dampak bagi yang membawanya. Buah karya surveynya membuat panti pelatihan untuk mengajak semua orang yang mau beragama apapun bisa mengalami dan menghayati seterusnya memperoleh kondisi fisik dan mental spritual seperti orang Afrika-Amerika pembawa mojo.

Mojo lalu lebih sebagai kondisi mental spiritual. Marshall dkk dalam pantipelatihan dan bukunya memberikan cara mendapatkannya, mempertahankannya,mendapatkan kembali jika membutuhkannya. Untuk memahami mojo dalam unsur-unsurnya coba saya lebih dulu mencoba beri pembanding seperti berikut dibawah ini selanjutnya.

Dalam khasanah sastra Jawa, meluasnya pada filosofi hidup kejawaan ada istilah Jagat Gede dan Jagat Cilik. Singkatnya Jagad Gede mau menunjuk Semesta Alam atau Alam Semesta, sementara Jagad cilik mau menunjuk Manusia, sebagai kesatuan hakiki, beserta liku-liku kejiwaan dan keragaannya. Itu akan dibuktikan dihayati kesatuannya dengan alam semesta dan Semesta Alam Sang Jagat Gede itu.

Maka salah satu kejadian atau peristiwa alami adalah "waktu" sebagai dimensi semua kejadian apa saja. Itu menjadi antara lain jembatan persatuan Jagat cilik dengan Jagat gede. Peristiwa manusiawi ada dasarnya menjadi peristiwa alami pula. Dr.Greg.Utomo pr. menyebut itu suatu "momentum". Dan karena imannya pastor Utomo pr menyebutnya lengkap "Momentum Berkah".

Momentum berkah itu "saat" dimana dipercaya bahwa Tuhan berkarya disana. Campur tanganNya itu juga mempertunjukkan kebersamaan manusia, alam dan Tuhan. Dan ketika momentum itu diyakini menjadi pilihan manusia untuk hadir dan beraksi di sana semakin layak dipahami sebagai momentum berkah yang pas dan cocok menjadi pengalaman peristiwa manusiawi bagi pribadi seseorang itu.

Saya memberikan nama momentum berkah itu momentum jodoh(ku). Momen berkah bagiku adalah Mojo-ku, "mojo" bila mau meminjam istilah dari seorang Executive Coach terkenal di Amerika bernamaMarshall Goldsmith dkk, tersebut diatas..

Alkisah pada tahun 1953 dua orang bocah berumur sekitar 12 th. yang mau belajar masuk remaja, dikenal sebagai anak nakal di sekolah dan di dusunnya, pulanglah dari medan eksploring kehidupannya. Tiba dirumah salah satu temannya itu jam limasore.

Semula sahabatnya belum mau langsung pulang kerumah ortunya sendiri. Namun demikian masuk halaman rumah, ayah sahabatnya itu dengan keras menghardik anaknya sendiri. Ayah itu tidak suka anaknya seharian berkeliaran di dusun, sawah, ladang desa itu.

Maka katanya: "Hey ..."besok jangan lagi kau bermain dengan anak nakal itu, temanmu itu, kau akan juga menjadi anak nakal". Hardik dan kemarahan ayah sahabatnya didengar oleh bocah yang disebut sebagai "bocah nakal" itu. Dan itu tercatat disanubari bocah. Dan bocah itu mengolahnya, menerima kesan mendalam serta ternyata berpengaruh jauh.

Itulah Peristiwa, itulah kejadian yang berlangsung sesaat itu. Tetapi peristiwa itu menjadi sangat penting, dan momentum yang istimewa bagi Bocah Nakal dalam cerita ini. Bocah itu menyadari bahwa dirinya diberi identitas sebagai anak nakal. Anak nakal yang bisa memiliki pengaruh besar terhadap teman, sehingga dia dilarangbersahabat dengan teman itu.

Maka Dia mengambil tekad akan menjadi anak nakal yang baik. Anak nakal yang hebat, nomer satu dimana-mana. Akhirnya anak itu memasuki sekolah yang diperhitungkan bisa memberi kesan positip kepada masyarakat lingkungan desanya. Dan dia selalu bertahan kedepan, dia selalu bersahabat dengan teman teman barunya yang terbaik. Dia mau menjadi anak nakal yang baik dan banyak sahabat.

Peristiwa sore hari terpaparkan di cerita itu dia buktikan sebagai Momentum Berkah baginya. Momentum yang berjodoh dengannya. Saat itu merupakan saat penemuan diri, identitas, dan motivasi untuk niat kuat ke depan menjadi anak nakal yang baik, nomor satu disemua bidang dan diantara teman-temannya. Diyakini bahwa Niat seseorang itu identitas sejatinya.

Cerpen masih bersambung. Dan sampai lagi pada momentum berkah kedua. Pada tahun 1964, Si Nakal yang baik harus memberi keputusan memilih status hidupnya. Proses berjalan lambat dan sampai tahun 1968 baru dipastikan  profesi dan pasangan hidupnya.

Melepas peluang sebagai pegawai PNS memilih bidang kewiraswastaan serta memilih pasangan hidup. Status hidup itu diyakini sebagai Panggilan hidupnya yang selama empat tahun selalu menjadi permenungan pertimbangan dalam hidupnya. Kedewasaan ini membawa kepada kemantapan bahwa kondisi diri harus berani viverepericuloso luwes untuk mencapai bukan nomor satu lagi tetapi mutu dan berbagi prestasi dalam kebersamaan. Non multa sed multum. Bukan jumlah tetapi mutu. Itulah Panggilan.

Cerpen masih bersambung. Dan ternyata untuk menyambung hakiki hidup yang di-Niat-idengan mengikuti Panggilan masih mengandung pertanyaan. Tetapi pada tahun 1974, menghadiri undangan pesta, menghadiri dengan khidmat perayaan Missa Syukur  atas tahbisan imamat seorang relasi, hatinya terketuk.

Momentum berkah yang dialami lagi. Di hati anak nakal itu seperti terdengar pesan: Jangan bertanya lagi apa panggilanmu , benar tidaknya panggilan itu sekarang, tetapi Carilah siapa yang memanggil, dan selalu terus menerus dengar dia atau mungkin Dia. Mencari Dia, dan mendengar Dia. Itu berarti untuk selamanya Manusia harus Belajar. Dia bersembunyi di Alam Semesta dan lingkungan kita. Dia harus kita cari selama hidup. Sekitar tahun 1987 pada kelahiran anak kedua baru hati itu damai dan tenteram karena mengenal jalan. Jati diriku adalah Niat, Panggilan dan Belajar (mencari Dia yang selalu adadisekitar kita) itulah Mojo-ku.

Dalam bukunya "Mojo" Marshall Goldsmith mengawali penjelasannya bukan dengan kekhusukan upacara ritual tetapi dengan terbangunnya semangat mau menang oleh sekelompok manusia team pemain serta supporter bola suatu sekolah. Pada latihan2 akhir sebelum bertanding dialami meningkatnya semangat mau menang, harga diri team dan sekolah serta rasa suka cita mau menang.

Dibuku Marshall itu ditulis: Moment itu adalah kondisi yang saya sebut dengan Mojo. Momentum berkah diletakkan pada tahap pertama pada system Mojo menurut Marshall.  Maka dia mengatakan bahwa Mojo merupakan jiwa yang positip terhadap apa yang dilakukan ketika itu, dimulai dari dalam dan memancar keluar. Momentum dimana terjadi kondisi jiwa positip itu tentu sangat langka apalagi untuk suatu team atau kelompok.

Danapa itu semua sebenarnya menurutnya ada empat unsur:

1.    Kesadaran akan jati diri, identitas diri (kelompok, team dsb) Identity

2.    Kesadaran akan capaian, prestasi diri, Achievement

3.    Kesadaran akan nama baik, atau kebesaran yang dimiliki, Reputation.

4.    Kesadaran bahwa semua hal itu diakui para pihak, Acceptance.

Dengan menyebut unsur-unsur kondisi itu ditegaskan Mojo Marshall Goldsmith bukan sekedar kantong sulap, tetapi pangalaman kondisi positip yang bisa di pelihara dikembangkan berangkat dari Monjo sebagai moment berkondisi saat terjadi Momentum Berkah.

Dan sebagai pakar ilmuwan Marshall memberi mojo, alat ukur dan cara memelihara serta bahkan untuk memperoleh kembali mana kala kehilangan. Inilah upaya yang sukses untuk sistemisasi suatu kondisi mental kejiwaan dari suatu kepercayaan untuk kepentingan lebih luas dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya kemanusiaan kita.

Apabila ketika dimuka disampaikan soal Momentum Berkah kupinjam istilah Marshall, maka disini memahami cara pengembangan mojo methoda Marshall saya sandingkan method G.Utomo pr dengan 4 P. G.Utomo pr memathok Momentum Berkah tidak akan kembali, tetapi bisa di peringati dan direfleksi kembali di rayakan dengan kegiatan kegiatan seperti terdahulu pernah dialami.

Momentum Berkah adalah Saat Istimewa yang tidak akan pernah kembali, maka sebagai Peristiwa harus di alami, bener diakui, dan lalu  diamalkan. (Peristiwa, Pengalaman, Pengakuan/Pendalaman, Pengamalan/Perayaan.) Selain itu dapat ditegaskan bahwa Mojo ala Marshall Goldsmith dan Mojo-ku bukan kantong sulap tetapi sikap mental yang didapat pada momentum berkah.

Dan boleh disarankanuntuk bisa menemukan Adagium atau Kata mutiara sebagai "pengganti" kantong sulap tetapi pengingat hakikinya temuan jati diri.

Demikian Mojo sudah dipaparkan, Mojoku diilustrasikan pada cerita pendek bersambung diatas tadi. Maka pertanyaannya: tidakkah Marshall Goldsmith bisa mengispirasi bagaimana temukan kiat menghargai kepercayaan orang lain agar bagi kita sendiri menjadi sesuatu yang bisa diterima secara lebih rasional, terukur dan terbuka.?

Bacaan : Marshall Goldsmith, MOJO, Penerbit : Pt.Pengembang Lintas Pengetahuan, Jakarta, 2016. 

Ganjuran, 21 Nopember 2019 , Emmanuel Astokodatu.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun