Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Fokus dan Perspektif

4 November 2017   10:43 Diperbarui: 4 November 2017   11:22 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tentang hal yang sama, kadang mengejutkan adanya perbedaan pendapat yang tampak tajam dan jauh dampaknya. Hal itu antara lain disebabkan oleh visi yang beda dalam pengambilan focus dan atau Perspektif. Bisa jadi parah lagi kalau yang berbicara dibumbui emosi, prasangka dan sara. Tentang apa itu ? Misalnya tentang kehadiran, keberadaan, posisi, kedaulatan, fungsi seseorang atau sesuatu dalam suatu konteks tertentu. Saya melihatnya seperti terhadap obyek yang sama juru kamera menghasilkan gambar yang berbeda.

Pada tahun sekitar 1990 anjuran untuk petani menanam padi oleh Gerakan Hari Pangan Sedunia, di awalnya cukup mentargetkan ketersediaan pangan sehat, untuk mendukung Ketahanan Pangan. Pemimpin Gerakan dkk mengatakan : Barang siapa menguasai benih, dia menguasai kehidupan. Maka perjuangan selanjutnya ada sikap kritis dan menyerukan Kedaulatan Pangan. Kedaulatan Pangan mencakup kebebasan dari ketergantungan petani dari kekuasaan bisnis bibit dari luar negeri dan luar dunia pertanian itu sendiri. Tetapi kegiatan Gerakan dibawah tetap sama "menanam padi organic".

Memang sungguh bisa diterima kritik terhadap pengguna HP, si barang mati, yang santai ria disaat ibadat resmi. Kalau kita sedang gencar berdiskusi, lalu teman bicara memotong untuk menerima telpon itu pun sering kita bisa merasa tidak nyaman. Namun setelah teman itu menjelaskan dan sekali lagi minta maaf karena menerima panggilan telpon dari bos atau atasannya yang memberi penghidupan, lalu semua kita memahaminya. 

Demikian pula kritik untuk panggunaan HP disaat ibadat, semestinya seluruh saat acara ibadat itu dikhususkan tanpa HP karena ibadat itu berurusan dan menghadap bersama kepada Sang Pemberi Kehidupan. Tentang barang mati itu sendiri, HP sebagai benda mati, itu alasan yang kurang prinsip. Sebab pada saat diluar ibadat si benda mati itu mempunyai makna yang lain. Peran benda mati HP sebagai sarana. Sarana komunikasi. Saya pernah melihat seorang organis memanfaatkan HPnya untuk membantu ingatannya tentang lagu ibadat yang diiringi. Saya sering melihat pemimpin rapat menggunakan barang mati, sarana komunikasi itu untuk membantunya.

WA dan Fb.  Sudah 5 orang teman mengeluh kepada saya dan "mengadu" untuk mau meninggalkan GRUP WA mereka. Kata mereka ada rasa tidak nyaman tidak cocok mengenai isi pembicaraan didalam grupnya. Dua orang mengatakan tentang pembicaraan yang tidak professional, tidak selaras dengan kedudukan mereka sebagai grup profesional tertentu itu. Teman ini justru menilai ungkapan-ungkapan tertentu itu pantas dilontar di Facebook atau Twiter. 

Saya mencoba menginatkan kepada mereka:  pertama bahwa grup WA adalah forum komunikasi menggunakan sarana. Jadi pengguna berdaulat (bebas menggunakan atau tidak menggunakan) terhadap grup dan alatnya. Yang kedua hendaknya Yang bersangkutan menyadari bagaimana ketentuan yang disepakati oleh grup atau pengambil inisiatip.. Dengan alat itu komunikasi terbuka, peluang tersedia bagi yang bersangkutan untuk berkomunikasi.

Sharing and Conecting dengan gadget HP internet tidak peduli ukuran dan kwalitas alat tetapi bila kurang disadari bahwa disana sebenarnya perihal komunikasi dan alatnya, maka bisa menimbulkan masalah berrentetan. Gadget HP dkk semua adalah sarana komunikasi, maka baik buruknya kembali kepada penggunanya. Seorang pengguna dengan alat itu bisa menyebar kebaikan, tetapi orang yang pembawaanya nyinyir, pemarah. kasar, dsb, juga akan bebas menyebarkan kekasarannya, kenyinyirannya itu. Justru medan internetan menjadi forum maha luas achirnya untuk membagikan pelbagai nilai dan penilaian terhadap kehidupan. Tetapi untuk semua masalah :

Kembalikan dulu pada esensi/pengertian dasar media sosmed ini. Pahami apa tujuan apa sarana dan fungsinya yang hakiki. Baru kemudian dari sana dilihat focus dan perspektif dalam cara pandang pengguna. Gunakan sesuai dengan ketentuan hukum dan asas kepatutan.

Wassalam

Ganjuran, 4 November 2017, Emmanuel Astokodatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun