Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Illusi Cinta dan Manja

4 Oktober 2017   09:27 Diperbarui: 4 Oktober 2017   09:41 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah kutulis di Facebook :  Cinta dan Manja dapat merupakan kondisi mental yang ada pada jiwa pecinta dan yang dicintai, dan itu dapat saling tidak menguntungkan keduanya. ---  Cinta seharusnya Menghargai kepribadian masing2 dengan saling memberi peluang untuk menjadi semakin matang dan dewasanya hubungan cinta itu. Itu solusi problema Cinta Manja.

Problema dalam Relasi dan Komunikasi cinta kasih ini akan saya kisahkan dalam tiga peristiwa-peristiwa sekilas dibawah ini. Peristiwa yang hampir bersamaan menjadi "pengalaman" senada atau segaya lagu. Disana saya melihat Cinta Ilusif atau Ilusi Cinta dibumbui kemanjaan.

Keluarga Pak Mardi. Seperti biasa di desa, atau mugkin juga di kompleks perumahan, peristiwa keluarga kadang menjadi topic pembicaraan dan terjadilah apa yang disebut "rahasia umum". Pak Mardi menghardik anaknya perempuan seorang ibu muda yang melahirkan anaknya dua bulan yang lalu. "Mana suamimu sudah jam segini kok belum datang menjemputmu?". Ibu muda anak pak Mardi ini memang tidak begitu dekat dihati Pak Mardi. Ibu muda ini kesayangan emaknya. Mak Mardi menahan anaknya karena konon anak perempuan kesayangannya ini didusun mertua, dirumah suaminya selalu mendapat gagguan dari kakak ipar dan keluarga sang suami. Konon ada sengketa pembagian harta warisan antar mereka sehingga ada santet menyantet diantara mereka. Kepercayaan kepada dukun masih sangat tebal dikeluarga Pak Mardi dan besan mereka. Itulah sebabnya Mak Mardi dengan agak kuat menahan puteri kesayangannya dirumah, dan setengah hati melepas anaknya kerumah suaminya. Tetapi isteri saya menasehatinya supaya Mak Mardi tidak menahan anaknya, sebab itu berarti memisahkan suami isteri keluarga anak sendiri. Mamang problem sebuah hubungan / relasi, dibumbui oleh komunikasi dan tegur sapa yang dirasa kurang pas, sehingga suatu malam ketika ibu muda itu mendengar pertanyaan ayahnya sendiri, menangis dan ditengah malam itu mau lari dari rumah ortunya lari ke rumah suami. Padahal rumah mereka itu berjarak sekitar 10 km.dari rumah Pak Mardi. Gemparlah dusun saya saat itu oleh tangis dua ibu ibu dirumah Pak Mardi.

Keluarga Pak Andre. Suami isteri Andre keduanya bekerja mencari nafkah sebagai PNS. Mereka dikurniai anak cewek semata wayang. Sejak bayi katakanlah anak ini ada dibawah asuhan neneknya. Mungkin karena kesibukan hidupnya suami isteri ini kurang menyentuh anaknya. Sampai anak ini tamat belajar di SMP, dan ketika neneknya sudah pula dekat dengan usia jompo, barulah suami isteri ayah bunda remaja itu sadar akan tugasnya sebagai ayah bunda remaja putri ini yang selama ini terlepas dari asuhannya. Kasadaran Andre dan Sri ayah bunda ini tertuju kepada putrinya dengan emosi yang amat kuat dan bertemu dengan anak manja asuhan nenek sejak kecil. Kemanjaan anak itu tampak dari pola makannya, selalu harus dengan ini itu yang begini begitu. Pola pergaulannya sangat terbatas, banyak tuntutan dan cenderung menguasai teman dekat dan mengasingkan diri dari keramaian kebersamaan. Demikian cerita Pak Andre sendiri ketika datang kerumah saya. Pak Andre minta tolong kami untuk memberi tumpangan anaknya dirumah kami sebelum Pak Andre bisa menjemputnya sepulang dari sekolah di SMA dekat rumah kami. Pak Andre baru bisa menjemputnya sepulang kerja yang biasanya baru jam 4 sore bisa lepas dari kantor. Demikian memperhatikan anaknya sampai hal hal yang kecil Pak Andre minta kamar tersendiri dirumah saya untuk menumpang istirahat tiga empat jam saja. Dilengkapi kamar itu dengan tambahan AC dengan dispenser air minum sendiri dikamar sedangkan di ruang makan rumah kami yang tidak besar itu sudah selalu tersedia lengkap untuk kebutuhan minuman. Tetapi bertahan sekitar dua bulan mereka permisi pindah kerumah kost bersama teman seklasnya.   

Keluarga Pak Rudiat, suami isteri Rudiat mempunyai dua orang puteri. Yang sulung telah berkeluarga dengan seorang anak usia 2 tahun. Suami anak itu bekerja pada sebuah kapal pesiar, dan anak itu sendiri bekerja di kota Semarang, tinggalnya dikota Salatiga dekat rumah mertua. Anaknya lagi-lagi menjadi anak asuhan neneknya.

Puteri kedua Kel.Rudiat, baru mulai bekerja kontrak pada sebuah proyek penelitian pantai di kawasan Bantul Selatan DIY. Untuk mendekat ke tempat kerja dia menemukan rumah kami menjadi pilihan untuk menumpang tinggal selama kontrak kerjanya masih ditempat sekarang. Anak ini seorang sarjana S1. Masih muda energik dan dewasa sekali. Ketika Suami Isteri Rudiat berkunjung kerumah saya banyak kesan yang saya terima dari penampilan sederhananya seorang PNS kabupaten hingga cerita kesaksiannya. Karena domisili mereka dikota kecil anak2 mereka semua selepas dari SD mengalami pendewasaan di rumah kakek nenek mereka yang dikota untuk kepentingan pendidikan lanjutan. Namun seminggu sekali mereka harus pulang kerumah orang tua. Rudiat percaya anak anak mereka tumbuh dewasa, mandiri dan dapat dipercaya. Rudiat selalu melepas anak anak dengan hati damai karena percaya kendati dari jauh memperhatikan dan memantau mereka tanpa anak2 merasa diawasi ortua mereka.

Sungguh peristiwa2 ini merupakan kesaksian dan pembenaran terhadap apa yang saya sendiri perbuat terhadap dua orang anak-anak lelaki kami sejak bayi hingga dewasa mandiri berkeluaga. Kasih kami sebagai orang tua untuk dua anak tidak membeda- bedankan satu sama lain: membesarkan, mengawasi, melepas dan mendorong dengan keakraban pertemanan tanpa memanjakan dan tidak kehilangan kemesraan.

Saya pernah menerima titipan anak remaja dirumah kami dari kota di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua, Timor, selama mereka sekolah di SMP/SMA, dari tingkat ekonomi dan kondisi budaya yang berbeda beda. Kondisi ekonomi ortu sangat sering untuk memanjakan anak, atau posisi sebagai anak kost membuat seringkali anak memanjakan diri atau melestarikan kemanjaannya dengan hidup seenaknya lupa dirumah ortu susah payah mencari uang. Sungguh merupakan pengalaman dan pembelajaran psikologi remaja yang aneka rupa dari Negara Indonesia tercinta ini. Khususnya bahwa :

  • Dampak kemanjaan sungguh sangat menghambat proses kedewasaan anak
  • Cinta dan Manja dapat merupakan kondisi mental yang ada pada jiwa pecinta dan yang dicintai, dan itu dapat saling tidak menguntungkan keduanya.
  • Cinta seharusnya Menghargai kepribadian masing2 dengan saling memberi peluang untuk menjadi semakin matang dan dewasanya hubungan cinta itu.
  • Memanjakan itu tidak mencintai.

Catatan terakhir sebagai penutup :  Jangan terkecoh illusi cinta yang menutup situasi kondisi realita dan yang membuat kemanjaan.....

Tolong terima salam hormat penulis,

Ganjuran, 4 Oktober 2017. Emmanuel Astokodatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun