Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Singkat Tentang Guru di Inggris

25 November 2017   05:18 Diperbarui: 25 November 2017   06:01 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru SD. Sumber: Dokumentasi pribadi

Tulisan ini saya buat sebagai kelanjutan tulisan sebelumnya, Melirik Sistem Pendidikan Dasar di Inggris.  Selain itu, saya mendedikasikan tulisan ini untuk para guru dan  pendidik di mana saja, khususnya di tanah air, yang besok Sabtu, 25  November, akan merayakan Hari Guru Nasional. Sebelumnya, saya ingin  haturkan ucapan Selamat Hari Guru.

Lewat tulisan ini saya ingin  berbagi kesan-kesan positif saya tentang para guru di Inggris, negeri  yang sejak setahun belakangan kami tinggai sekeluarga. Guru yang saya  maksud adalah guru-guru di sekolah dasar tempat kedua anak kami  bersekolah. Tentunya, tulisan ini amat subyektif dan tak ada niatan  untuk mengeneralisir hal serupa dialami atau dirasakan orang tua lain  yang anak-anaknya bersekolah di berbagai penjuru Inggris. Tak pula  tulisan ini saya maksudkan untuk membandingkan dengan para guru di tanah  air. Namun, sekiranya ada hal-hal positif yang Anda temukan dalam  catatan ini, alahkah baiknya jika bisa kita adopsi di Indonesia.

Bagi  saya sebagai orang tua, awalnya tidak punya bayangan muluk-muluk  tentang sekolah dasar di sini. Bahkan, mungkin bisa dibilang, saya tidak punya ekspektasi lebih saat mendaftarkan kedua anak kami selain mereka  mempunyai tempat bersekolah, belajar formal dan beraktifitas di luar rumah selama kami tinggal di negeri ini. Meski saya ada pretensi bahwa  pendidikan di Inggris pastinya 'lebih' oke dibandingkan di Indonesia,  namun secara detail tak ada harapan terlalu wah atasnya.

Hingga  setelah kedua anak saya mulai bersekolah, saya baru menyadari pendidikan  di sini memang lebih ok. Tak hanya sistem pendidikan yang dirancang dan  diimplementasikan pemerintah Inggris untuk semua anak usia wajib  sekolah, namun lebih ke kualitas para gurunya. Dalam hal ini, guru-guru  yang mengajar dan berinteraksi langsung dengan anak-anak kami.

Sebagai  bayangan, kedua anak kami masuk di kelas 4 dan 5 SD. Keduanya, meski  sudah kami persiapkan sebelumnya soal bahasa Inggris, tidak bisa dibilang fasih. Ada kekhawatiran dalam benak kami berdua sebagai orang  tua, juga saya temukan rona kecemasan pada kedua bocah ini saat hari pertama masuk sekolah. Seharian saya dan istri cemas menanti jam pulang  sekolah, berpikir keras bagaimana kedua bocah kami menghadapi sekolah barunya, kawan-kawan barunya, pelajaran barunya dan pastinya guru-guru  barunya.

Kami terkejut, namun sekaligus lega, saat menemui  ekspresi mereka, di waktu pulang sekolah. Kedua anak kami yang di pagi  hari nampak nervous, ke luar kelas dengan keceriaan luar biasa. Ada rona  excitement di antara celoteh mereka yang tiada henti sepanjang jalan ke  rumah tentang hari pertamanya. Bagaimana mereka menemukan sekolah  barunya, kelas barunya, kawan dan guru barunya, sangat menarik dan  menyenangkan.

Semangat dan keceriaan macam ini ternyata tak  berhenti hanya di hari pertama. Hingga menginjak tahun kedua bersekolah  di sini, mereka masih bersemangat sebagaimana awal-awal dulu. Saya pun  coba menggali lebih jauh, ada apa dengan sekolah dan guru di sekolah  Inggris ini yang membuat kedua bocah kami seperti ini. Karena jujur, hal  tersebut tak saya temukan saat keduanya bersekolah di Indonesia dulu.

Saya  temukan, di luar berbagai infrastruktur fisik, fasilitas penunjang,  kurikulum, pelajaran dan model pengajaran, kualitas guru-guru di sini  adalah faktor utamanya. Saya melihat ada mindset berbeda yang dipegang  para guru ini. Mindset yang menekankan pada encouragement terhadap anak didik. Alih-alih menghakimi anak berdasarkan pencapaian akademis, guru  di sini menekankan pada mendorong maksimalisasi potensi anak lewat diskusi, penggalian minat dan bakat serta memfasilitasi eksplorasi diri  anak.

Mungkin, dalam benak saya, mindset ini tak lepas dari  filsafat pendidikan yang dianut di negeri ini, di mana pendidikan dan  sekolah adalah mikroekosistem di mana setiap anak belajar mengembangkan  diri dan saling berinteraksi dengan anak lain, pengajar dan semua elemen  sekolah, sehingga mereka bisa belajar untuk memaksimalkan potensinya.  Harapan akhirnya adalah anak-anak ini akan tumbuh menjadi individu yang  bisa berfungsi dan berkontribusi maksimal secara positif di masyarakat.

Ada  penekanan ada pengembangan diri anak, bukan pada pencapaian nilai  akademis semata. Meski tetap ada penilaian akademis, namun porsi dan prioritasnya tidaklah utama. Setiap anak juga dipandang dan diperlakukan  sebagai individu, dengan hak dan kewajiban, pikiran serta keinginan, minat dan bakat, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing.  Fasilitas pendidikan di sekolah, kurikulum serta guru dan staff  pengelola sekolah berusaha memfasilitas kelebihan sekaligus memperbaiki  kelemahan ini.

Namun, yang paling luar biasa adalah, saya temukan  kehangatan dari para guru ini terhadap murid-muridnya, khususnya  terhadap kedua anak kami. Hal ini saya temukan terutama saat pertemuan  evaluasi orang tua murid dan guru wali kelas. Bagaimana guru anak kami  secara detail menerangkan tentang perjalanan belajar anak kami,  menceritakan berbagai sisi personal mereka dalam kesehariannya di kelas,  menggambarkan kesukaan, kelebihan, keisengan bahkan kadang kenakalan  anak kami dengan sebegitu dalamnya. Seakan-akan mereka menceritakan  anak-anak mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun