Kembali dunia dikejutkan dengan aksi penembakan massal di Amerika  Serikat. Minggu malam, 1 Oktober 2017, ketika sekitar 22 ribu orang menyaksikan pagelaran musik Route 91 Harvest Festival di Las Vegas,  seorang pria menembaki mereka dari jedela kamar lantai 32 hotel Mandalay  Bay Resort and Casino. Serangan brutal menggunakan senjata api semi  otomatis yang berlangsung sekitar 11 menit ini menewaskan tak kurang  dari 50 orang penonton dan melukai ratusan lainnya.
Suasana konser kacau balau dengan gelimpangan korban tewas dan luka di  mana-mana. Mereka yang selamat kalang kabut menyelamatkan diri.  Sementara pihak polisi Las Vegas yang tiba di lokasi kejadian tak lama  berselang langsung melakukan penyisiran dan akhirnya menemukan lokasi  penembak. Sayang, pelaku yang belakangan diketahui bernama Stephen Craig  Paddock, berusia 64 tahun sudah tewas bunuh diri. Bersama jenazahnya,  polisi mengamankan sejumlah senjata laras panjang dan genggam lengkap  dengan amunisi.
Ini bukan kali pertama Amerika Serikat dilanda teror penembakan  massal. Di tahun 2017 setidaknya 2 teror serupa terjadi; penembakan di  Orange County Florida menewaskan 5 orang dan di Fort Lauderdale Florida  yang juga menewaskan 5 orang serta mencederai 6 lainnya.
Tahun 2016 tercatat peristiwa penembakan di Burlington, Washington DC  (5 tewas), San Francisco (3 tewas), Orlando (49 tewas, 58 luka-luka).  Begitu pula kejadian di tahun 2015, di mana 14 tewas dan 22 luka-luka  akibat penembakan massal di San Bernardino California. Daftar ini masih  terus bertambah jika menyertakan kasus-kasus serupa di tahun-tahun  sebelumnya.
Kita mungkin bertanya, ada apa dengan Amerika Serikat? Mengapa begitu  sering penembakan masal terjadi, dan begitu banyak korbannya?
Vox mengkompilasi data menarik yang bisa digunakan untuk menjelaskan  fenomena kekerasan dan pembunuhan akibat senjata api di Amerika Serikat.
Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah kepemilikan senjata api  oleh penduduk sipil terbesar di dunia. Di mana terdapat 88.8 senjata per  100 orang penduduk. Dengan total pendudukan per 2016 sebanyak 332 juta  orang, berarti terdapat tak kurang dari 292 juta pucuk senjata api.
Ok lah, di luar semua data statistik tentang senjata api di Amerika  Serikat, saya lebih melihat Amerika Serikat sebagai negeri koboi. Budaya  wild west di negeri Paman Sam ini ternyata tak benar-benar bisa luntur  meski jaman telah berganti.
Produk budaya populer seperti film, acara televisi hingga game  bergenre action, khususnya yang mengobral muntahan peluru juga menjadi  pendorong. Kemudian kita bisa juga bicara soal auran hukum di setiap  negara bagian yang beragam perihal kepemilikan senjata, pertarungan  politik antara mereka yang pro dan kontra pengawasan senjata, peran  organisasi lobi senjata, National Rifle Association (NRA, dan lain  sebagainya sebagai faktor pendukung kecintaan publik Amerika Serikat  atas senjata api.