Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waktu Senggang dan Peradaban Suatu Bangsa

26 April 2018   17:38 Diperbarui: 26 April 2018   17:51 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
greatergrace.org.uk

Waktu senggang, setiap individu sudah pasti memilikinya. Waktu senggang menurut terjemahan bebas adalah rentang waktu tertentu ketika individu memiliki kebebasan untuk menentukan aktifitas yang ingin dilakukan sesuai dengan preferensi msaing-masing. 

Secara sederhana, waktu senggang merupakan waktu luang dari setiap individu. Dalam teori sosial, waktu senggang bermakna sosialisasi atau kontemplasi untuk memaknai nilai-nilai kemanusiaan yang kita hadapi bersama dalam kehidupan sosial. Saat ini, pemahaman masyarakat tentang waktu senggang telah mengalami pergeseran. 

Penyebabnya adalah masifnya pertumbuhan ikon kapitalisme global seperti, mall, pusat-pusat perbelanjaan serta wahana-wahana konsumerisme dan perkembangan era digitalisasi yang pesat. Dahulu, masyarakat menggunakan waktu senggangnya dengan tidur, mendengarkan musik, bersosialisasi atau bercengkrama sambil berdiskusi tentang hal remeh-temeh. Kini, waktu senggang banyak dihabiskan di pusat-pusat perbelanjaan, mall, wahana-wahana konsumerisme. serta berselancar di dunia maya.

Meskipun waktu senggang termasuk dalam ranah privasi dari setiap individu. Namun, penggunaan waktu senggang nyatanya tidak hanya memengaruhi kehidupan pribadi seseorang saja. Lebih dari itu, waktu senggang memiliki peran yang cukup signifikan terhadap perkembangan suatu masyarakat. Bahkan lebih dari itu, waktu senggang memengaruhi kemajuan suatu bangsa.

Teori kebutuhan

David McClelland, seorang pakar psikologi asal Amerika dan ahli dalam bidang motivasi manusia. Pada tahun 1961 melalui The Achieving Society, yaitu sebuah penelitian tentang dorongan/motivasi manusia. Membagi kebutuhan individu ke dalam 3 kelompok, yaitu:

  • Kebutuhan akan kekuasaan (Need for power)
  • Kebutuhan akan hubungan (Need For Affiliation)
  • Kebutuhan akan prestasi (Need For Achievement)

Kebutuhan-kebutuhan di atas menjadi faktor pemicu terhadap perbedaan dorongan/motivasi pada setiap individu. Dorongan/motivasi atas kebutuhan tertentu pada setiap individu kemudian membentuk pola perilaku yang khas pada individu tersebut. Pola perilaku ini tercermin dalam aktifitas keseharian setiap individu. 

Seseorang yang memiliki dorongan yang kuat terhadap kekuasaan (n-Pow), yaitu keinginan untuk memiliki pengaruh atau kendali terhadap individu lain biasanya akan menghabiskan banyak waktunya pada kegiatan yang bersifat kolektif, seperti terlibat di dalam perkumpulan,  partai maupun organisasi. 

Seseorang yang memiliki dorongan/motivasi yang tinggi terhadap hubungan (n-Aff), berkaitan dengan dikenal atau terkenal, disukai serta diterima oleh orang lain. Mereka cenderung akan menggunakan banyak waktunya dengan berinteraksi dan bersosialisasi, dalam pengertian membina kedekatan personal dengan orang-orang di sekitarnya seperti, kongko, kopi darat, hang out. 

Sedangkan orang-orang yang memiliki kecenderungan motivasi yang condong ke arah pencapaian (n-Ach), biasanya akan menggunakan waktunya dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kinerja mereka. Mereka lebih menikmati waktu dengan sendiri dan menghabiskan waktunya dengan membaca, mengunjungi perpustakaan.

Ketiga motivasi tersebut sebenarnya terdapat pada setiap individu. Namun, selalu ada motivasi dominan yang menekan motivasi lainnya. Seseorang dengan kecenderungan motivasi pencapaian (n-Ach) yang tinggi biasanya tak tertarik pada kekuasaan (n-Pow). Begitu pula seseorang yang memiliki motivasi hubungan (n-Aff) yang tinggi tak begitu peduli dengan pencapaian (n-Ach)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun