Mohon tunggu...
Rafi  Assamar
Rafi Assamar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I love mom

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Refleksi Iman Sejati

14 Oktober 2020   19:32 Diperbarui: 14 Oktober 2020   19:40 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.pinterest.com/afafajar

Tuhan telah menarik perhatian orang-orang yang beriman sejati agar menjadi abid  (penyembah Tuhan). Dan supaya mengadopsi nilai-nilai moral yang tinggi karena tanpa hal ini, seseorang yang mengatakan dirinya beriman tidak dapat dikatakan sebagai orang beriman.

Ini sebuah argumentasi atas keresahan terhadap  mereka yang mengaku telah beragama dan berulang kali menyebut nama Tuhan. Namun, dalam peraktiknya nilai-nilai dari ajaran agama itu seolah tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diingat bahwa tanda-tanda orang-orang beriman sejati adalah mereka menyembah Tuhan dan juga menghindari perkara-perkara yang tidak sia-sia. 

Tidak sepantasnya seseorang yang mempunyai iman sejati berlaku kasar dan kurang ajar. Kedua hal itu sangat bertolak belakang dengan iman sejati, karena kekasaran dan kekurangajaran lahir dari kesombongan. Dan inilah mengapa Tuhan menyatakan dalam kitab suci al-qur'an bahwa:

"...berjalan lah di muka bumi dengan merendah rendah hati...(Q.S 25:63)"

Ini sebuah anjuran dari Tuhan kepada umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan untuk berusaha bersikap rendah hati dan selalu menghindari pertengkaran. Muslim sejati ialah dia yang selalu mencari jalan keluar dengan damai dan rukun, serta sopan kepada orang lain, bahkan mereka menghiasi diri dengan akhlak-akhlak luhur lainnya.

Kualitas seorang beriman sejati  adalah ia yang secara bersamaan mengamalkan nilai-nilai moral yang tinggi, ia pun menjadikan pencapaian ridha Tuhan sebagai tujuan akhirnya dan ia berusaha untuk beribadah kepada Tuhan dengan segala kewajiban-kewajibannya.

Inilah ajaran Islam, menganjurkan kepada para pengikutnya untuk rendah hati, saling menghormati, bukan malah emosi jika berbeda pandangan teologi. Karena perbedaan itu akan tetap ada, begitu pun persaingan mendapatkan umat akan terus berlangsung.

Bersaing lah secara sehat, jangan mentang-mentang mayoritas lantas dengan kesombongannya berani menindas minoritas. Mengeluarkan larangan jangan membangun tempat ibadah, jangan ibadah di sini, dan sebagainya.

Bukankah hal itu akan membuat nama islam rusak di mata publik. Membuat banyak orang lain ketakutan, hingga lahir lah sebuah istilah "Islam Phobia" ajaran yang begitu indah ini harus disampaikan dengan keindahan dalam berperilaku. baginda nabi Muhammad SAW pun, di awal penyebaran Islam bukan dengan sikapnya yang arogan, akan tapi kelemah lembutan dan kerendah hatian  beliau SAW lah yang diperlihatkan.

Tragedi Mojokerto yang menimpa umat Kristen di desa Ngastemi, kecamatan Bangsal, kabupaten Mojokerto pada 21 September 2020 adalah sebuah peristiwa yang mencoreng nama baik Islam yang mencintai perdamaian, meski seseorang berbeda haluan dalam penyembahan kepada Tuhan. 

Nabi Muhammad SAW guru spiritual yang begitu kita hormati dan sayangi, tidak pernah memberikan contoh untuk membenci mereka yang berbeda dalam menyembah Tuhan. Kita bisa menyaksikannya dalam sebuah riwayat. Bahwa tatkala ada jenazah seorang yahudi lewat didepan beliau SAW. Maka beliau SAW pun berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun