para senior menyiapkan ketapel atau patte, ketapel dibuat dari potongan cagak ranting pohon, guntingan ban dalam sepeda dan potongan kulit kerbau atau kulit dari sepatu yang sudah tak dipakai selain ketapel disiapkan pula sarambok dibuat dari potongan kain tebal diberi muatan batu seukuran tinju kemudian diputar-putar dan disentakkan dengan teknik tertentu sehingga muatan terpental meluncur ke arah sasaran, untuk itu diperlukan pelatihan singkat dan akan terbiasa nanti. Peluru untuk ketapel dibuat dari gulungan tanah liat dikeringkan dibawah cahaya matahari atau dibakar agar mengeras. Peluru ketapel dapat diberi potongan kaca sehingga daya rusaknya besar target bisa benjol dan terluka. Katapel dan sarambok diproduksi oleh remaja senior sedangkan kami yg lebih kecil menyiapkan peluru mulai dari mencari tanah liat sampai dengan pengeringan peluru tanah liat dan juga ikut membantu mengangkut peluru ke lokasi tawuran. lokasi tawuran berada didaerah persawahan yang merupakan batas wilayah antara kampung Maricaya dan Bara-baraya,lokasi tersebut jauh dari pemukiman, tawuran ini rutin dilakukan setelah masa panen selesai. Saya tak tahu kenapa dan apa yang menjadi penyebab permusuhan anak muda antar kedua kampung. Tapi umumnya anak laki sudah menerima dari kakak atau tetangga yang lebih senior bahwa musuh kita adalah anak Bara-baraya. Perang ketapel waktunya berlangsung siang hari sehabis makan siang sampai sore, tak ada ukuran yang jelas tentang pemenang dan tak ada juri. Hasilnya jelas tiap hari ada saja yang benjol atau luka. Perang ini akhirnya berhenti sendiri mungkin karena adanya operasi Kopkamtib waktu itu, tidak semua anak laki ikut dalam perang antar kampung atau hanya yang nakal dan yang mau saja yang ikut terlibat dalam tawuran