Mulai dari mana kudu cerita tentang kencan pertama, kalau diingat ingat rasanya nggak pernah kencan. Karena masa itu pacaran saja sembunyi sembunyi.Â
Bagaimana mau kencan pertama? Mana pacaran sembunyi sembunyi ditambah pacaran  ( mengambil hati cowok hanya karena bertaruh). Apa itu bisa dikatakan pacaran.
Bertemu hanya di sekolah, tidak ada acara malam mingguan apalagi kencan. Â Boro boro mau kencan, datang kerumah untuk menjemput saja takut yang membuka pintu adalah laki laki berbadan besar dan muka sangar.
Bagaimana pun dia tetap papaku. Paling melekat diingatkan waktu  teman kakak perempuanku datang pas di malam minggu karena sudah dijelaskan walau sudah bekerja, anak perempuan tidak boleh keluar rumah paling telat pulang sebelum mahgrib.
Di jam pertama membuka pintu dan mempersilahkan masuk, jam kedua kegelisahan mulai mencuat sang tamu anak perempuan belum pulang. Â
Mulailah perjalanan dari belakang ke teras yang melewati ruang tamu, namun beli ada reaksi. Pintu kamar mulai berbunyi keras seakan genderang telah berbunyi.
Sedang anak pun mulai gelisah mau bilang sama teman untuk pulang tidak enak sedangkan genderang terus berbunyi.
Sepertinya genderang tak mempengaruhi si tamu tetap santai berbincang bincang. Akhir berjalan ke dapur,.mengambil tutup panci kirain mau menutupi makanan.
Ternyata tutup panci itu dijatuhkan di ruang keluarga yang posisinya tak jauh dari sang tamu duduk. Tak lama tamu ngacir pulang.
Sejak kejadian malam itu, sang tamu tak pernah nongol lagi. Kata papa, itu bertanda tak baik  untuk dirimu. Bila laki laki yang baik datang dengan baik dan pamit dengan baik.
Dengan  tindakan itu,  dia mundur dan tidak hadir lagi itu namanya laki laki tak bertanggung jawab untuk dirinya apa lagi untuk  keluarganya.Â
Akhirnya sang kakak hanya bisa terdiam, kencan pertama gagal.
Palembang, 20042021â…”