Mohon tunggu...
Asneri Ami
Asneri Ami Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan Tulen

Belajar seumur hidup adalah suatu kewajiban, bukan sebuah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Romantika Asi dari Wanita yang Bekerja

22 Maret 2021   15:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:43 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Tatkala tangis pertama memecah dunia, sebagai tanda reaksi respon terhadap fase baru dimulai dari seorang bayi. Seketika itu pula tubuh secara otomatis seakan mengikuti perubahan tersebut sebagai tanda kalau seorang ibu telah bersiap memasok Asinya. Ah jelas tahu, sebagai seorang ibu saya pun mengalaminya.  

Dari semenjak hamil hingga melahirkan serta menyusui dan menyapih adalah satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini akan menjadi persoalan bila dialami oleh wanita yang sehari-harinya bekerja.

Dilema sering terjadi bila wanita dihadapkan ketika harus berpisah dengan sang anak yang disayanginya. Problema ini harus dipecahkan dengan niat yang tulus. Bagaimana me-manage waktu bagi mereka yang bekerja sangat penting. 

Untuk apa kita bekerja bila anak-anak tumbuh dengan gizi bukan terbaik bukan? Sedangkan kita selalu mengatakan kalau kita bekerja untuk kebahagiaan anak. Meski hanya sebentar namun dalam hitungan jam per harinya. 

Ini pengalaman yang saya lalui ketika menjalani proses hamil sebanyak empat kali dan semua anak saya saya berikan Asi dengan sempurna selama dua tahun bahkan anak saya yang nomor empat hingga dua tahun tiga bulan lamanya.

Proses menyusui bagi saya kegiatan yang menyenangkan. Saat menyusui adalah momen saat saya bisa memegang tangan anak saya yang mungil dan halus khas anak bayi. 

Sebagai seorang ibu saya bisa memandangi anak saya dengan jelas. Saya bisa menatap wajah anak saya yang lucu dan imut dengan mata yang bulat bersih. Setiap lekuk kulit dan bagian tubuhnya saya tau. 

Bahkan sayapun bisa berbicara dengan anak saya meski saya tidak tahu apa yang disampaikan oleh anak saya ketika itu dengan bahasa bayinya. Tapi anak saya merespon setiap kalimat yang saya ucapkan dengannya. Bahkan kadang bayi saya tertawa geli ke arah saya dan tersenyum indah.  Seperti berdialog dari ke hati dengan ke empat anak saya. Duh betapa menyenangkan buat saya pribadi.

Pada saat saya sebelum berangkat kerja biasanya saya akan memberikan Asi dulu kepada anak saya. Kondisi bayi kenyang barulah saya berangkat meninggalkannya.  Kemudian dalam menyiapkan Asi buat anak saya ketika saya tinggalkan beberapa jam, yang akan diberikan oleh Asisten. 

Asi tersebut saya pompa dengan menggunakan tangan bukan menggunakan alat pembantu yang banyak dilakukan oleh ibu muda saat ini. Kemudian dimasukkan ke dalam botol susu. Memompa dengan tangan jauh lebih banyak hasil Asi nya dibanding dengan memompa dengan alat. Saya mensugesti diri saya supaya mengeluarkan Asi sebanyak mungkin. Cara ini saya nilai jitu sehingga tanpa ada rasa sakit sedikitpun Asi saya keluarkan banyak dan cukup untuk persediaan anak saya hingga kenyang.

Pada jam istirahat saya mewajibkan diri saya pulang ke rumah. Bersyukur saya berdomisili di kota yang relative terhindar dari kemacetan, sehingga waktu kepulangan hingga kembali ke kantor lagi tidak ada kendala yang berarti.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun