Mohon tunggu...
Asneri Ami
Asneri Ami Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan Tulen

Belajar seumur hidup adalah suatu kewajiban, bukan sebuah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kala Buah Hati Masuk "Penjara Suci"

21 Mei 2019   13:32 Diperbarui: 12 Agustus 2019   11:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat perkembangan zaman milenial saat ini pilihan orangtua banyak jatuh pilihan kepada system pendidikan pesantren, diantara pilihan alternative lainnya. Banyak pesantren yang tidak hanya mengajarkan pendidikan agama secara konvensional , namun banyak sekali yang sudah sangat modern dengan mengikuti perkembangan zaman yang dibutuhkan, dengan tetap memegang pondasi agama Islam yang kuat.

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam adalah salah satu dari pesantren terbaik di Indonesia yang sudah terbukti kualitas nya mencetak pribadi intelektual muslim yang mampu berkiprah di segala bidang.

Jika kita membayangkan ketika anak akan dilepas masuk pondok Pesantren , adalah yang terbayang dengan kita bagaimana kehidupan yang akan di tempuh oleh si anak yang terbiasa manja di rumah. Kita sebagai orangtua tentunya akan membayangkan , si anak akan mencuci sendiri, makan, dengan sederet aturan ketak tak kenal ampun dan banyak hal lain yang selalu menghantui pikiran para orangtua. Sehingga istilah " Penjara Suci " sering menjadi sebutan trend bagi santri terhadap dunia pesantren. Seseram itu kah ? Tentu tidak.

Itu hanya rasa khawatir yang ada. Rasa kekhawatiran yang berlebihan itu telah menyebabkan kita menjadi ragu dan bahkan terkesan kurang ikhlas menyekolahkan anak dengan system boarding tersebut. Padahal sesungguhnya system pendidikan di Pesantren adalah system yang sangat baik dan sempurna. Proses inkubasi yang cukup panjang dengan tujuan mencetak generasi unggul yang dilengkapi dengan system materi yang terstruktur secara systemic sangat di dambakan oleh para orangtua.

Menghadapi rasa kekhawatiran tersebut sebenarnya dapat di atasi dengan sikap yang terbuka bagi orangtua dalam melepas buah hatinya ke Pondok Pesantren diantara nya dengan tips sebagai berikut ini :

  •  Ikhlas disertai Doa

Tidak ada orangtua manapun yang menginginkan kegagalan dari kehidupan anaknya. Kehadiran anak dalam hidupnya bukanlah semata-mata campur tangan dirinya sendiri. Namun bersama Sang Pencipta yang Maha Kuasa, anak adalah amanah Allah yang di titipkan untuk di jaga, dididik dan di rawat sebagaimana mestinya.

Jika kita renungkan kisah Nabi Ibrahim yang meletakkan anaknya di tengah gurun yang tidak ada penghidupan sama sekali ketika itu, lalu istri Nabi Ibrahim sempat bertanya kepada Nabi Ibrahim apakah ini perintah Allah? Dan Nabi Ibrahim pun menjawab , ya, ini perintah Allah. Dengan segala kebesaran dan keteguhan jiwa istri Nabi Ibrahim melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah tersebut, meski dengan segala kegetiran.

Melihat komparasi tersebut, patutkah kita khawatir pada saat anak memasuki dunia pesantren jika kondisi pesantren yang damai dan mudah , dilengkapi dengan fasilitas serba modern, didukung dengan para pengajar yang kompeten , memiliki konsep mendidik, tentunya dengan cara islami.

Berserah diri dan tawakal kepada Allah adalah puncak dari sebuah pengabdian dan proses mendidik anak. Percaya bahwa Allah lah yang akan menjaga anak kita yang saat ini berjihad dengan cara menuntut ilmu di Pondok Pesantren, dengan berinteraksi bersama rekan-rekannya serta para asatiz yang siap membimbing mereka.

  • Komunikasi Intens 

  • Komunikasi Dengan Anak
  •  
  • Dalam menempuh kehidupan yang baru di Pondok Pesantren, anak tentunya akan bertemu dengan santri lainnya yang tentunya memiliki background yang beragam. Dalam kondisi tersebut tentunya ada sebagian anak akan mengalami shock culture. Dan dalam kondisi tersebut anak memerlukan tempat untuk sekedar bercerita kepada orangtuanya.
  • Mendengarkan dan merespon setiap bahan pembicaraan dengan anak sangatlah bijak. Dengan maksud memahami apa yang terjadi dengan anak. Anak tidak sendiri menghadapi persoalannya , tapi ada bersama orangtua dan keluarga di rumah yang terus mendampingi dan menyayanginya meski terpisah jarak dan waktu.

  • Komunikasi Dengan Para Pendidik

 Asatiz di Pondok Pesantren adalah perpanjang tanganan dari orangtua. Dengan segala kemantaban hati menyerahkan anak kepada para Asatiz, tidak sertamerta melepaskan seluruh tanggungjawab beban pendidikan tersebut tanpa memantau perkembangannya. Lakukan komunikasi rutin hingga masalah sekecil-kecilnya adalah langkah bagian dari tanggungjawab orangtua, untuk itu perlu kerjasama yang harmonis antara asatiz dan orangtua.

  • Berikan Tanggungjawab Kepada Anak

Pada saat anak memasuki usia ABG ( Anak Baru Gede) seperti ini, tidak ada salahnya diberikan tanggungjawab dalam segala hal. Baik dalam pengaturan keuangan dan mengatur jadwal kegiatan sehari-hari. Orangtua disarankan mengajari kepada anak mengatur keuangan yang sesuai dengan kebutuhan saja bukan terbawa keinginan sendiri ataupun karena terpengaruh kawan lainnya. Dan yang paling penting, anak kita tahu bahwa kebaikan dan tanggungjawab yang di lakukan ini akan kembali kepada anak sendiri dan ini merupakan bagian dari torehan masa depan mereka.

  • Berikan Reward

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun