Mohon tunggu...
Nok Asna
Nok Asna Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Senja dan Sastra.

Penikmat Senja dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengakui Keberadaan Transgender Tidak Berarti Otomatis Golongan Bedebah, Bukan?

20 Juni 2022   07:24 Diperbarui: 20 Juni 2022   07:38 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekalipun negara ini hebat dengan semboyan "Berbeda Tetapi Satu Jua," masih sering kita mendengar berita tentang betapa minimnya toleransi menghormati pilihan orang lain. Kita merasa diri yang paling benar, paling baik, bahkan kandidat pertama yang akan masuk surga---bagi yang percaya surga itu ada. Padahal tidak sadar ucapan dan perbuatan kita sering kali menyakiti hati sesama. Bukankah agama mengajarkan kasih sayang antarsesama? Ya, rupanya kita harus belajar keras untuk menjadi manusia berhati mulia.

Terkadang saya bingung melihat orang berpendapat dengan buas, menyerang satu sama lain sampai hendak baku hantam, lantaran berbeda pendapat. Narasi-narasi negatif muncul bak rintik hujan badai. Misalnya, pro dan kontra akan keberadaan transgender. Baik tim pro dan kontra mempunyai alasan kuat untuk mempertahankan pendapatnya. 

Tidak ada yang salah berbeda pendapat pada sesuatu. Kita mempunyai hak yang sama untuk berdiri di salah satu sisi. Jalan pikiran manusia sangat dipengaruhi perjalanan hidup yang dialami, frekuensi dan jenis buku yang dibaca, teman bergaul, lingkungan tempat hidup, kedewasaan berpikir, dan kemampuan berempati kepada orang lain.

Dunia tidak hanya terdiri atas dua warna, hitam dan putih. Dunia memiliki aneka warna yang sulit dipahami. Ada proses yang perlu kita terima dengan lapang dada dan penuh empati mengenai alasan seseorang memilih menjadi transgender. Mereka yang dapat menerima keberadaan transgender tidak lantas otomatis termasuk golongan bedebah, bukan? Pun, mereka yang kontra tidak berarti pemikirannya sangat sempit dan udik.

Kita hanya perlu menjadi manusia yang seutuhnya dapat memahami dan menghormati keberagaman. Sulit? Tentu. Berbeda pendapat adalah wajar. Namun, jangan sampai membuat mata kita buta dengan menyerang salah satu pihak dan alpa mengindahkan empati. Perbuatan menyakiti, baik perasaan dan fisik orang yang berseberangan pendapat dengan kita, merupakan bentuk tindakan tidak bermoral.

Manusia terkadang ingin bertindak seperti Tuhan, menghakimi orang lain tanpa becermin terlebih dahulu. Lihat saja komentar-komentar pedas yang dilontarkan pada transgender, sampai perbuatan yang ditujukan agar transgender tidak bisa memperoleh haknya. 

Transgender hidup dalam ketidakamanan yang disebabkan manusia yang mengganggap dirinya paling benar. Kekerasan fisik sering mereka terima: dilempari batu, dihajar. Belum lagi caci maki yang seakan tiada kata tamat. Hidup mereka yang sudah sulit jadi semakin sulit.

Kita perlu belajar dan berlatih menerima pilihan orang lain yang ingin menjelma menjadi warna kesukaannya. Jika tidak setuju dengan pilihan orang lain, cukup disimpan dalam hati. Selama pilihan tersebut tidak mengusik hidup kita, bukankah sah-sah saja? Yang tidak benar adalah ketika orang lain memaksakan kehendaknya, merasa paling benar dengan mencaci sana-sini, sampai yang lebih parah berbuat kekerasan.

Saya pernah mendengar kisah perjalanan hidup yang dialami seseorang hingga kemudian memutuskan menjadi transgender. Berat? Iya. Keluarga menolak, teman menjauh, masyarakat menentang. Hidupnya tidak lagi nyaman, apalagi aman. Kalau berjalan di suatu tempat tidak jarang dilempari kaleng, batu, dan dihajar. Lalu bagaimana keadaannya sekarang? 

Pada akhirnya keluarga menerimanya dengan lapang hati. Dia mempunyai teman yang mendukung untuk melanjutkan hidup dengan pilihannya. Barangkali kita juga bisa mulai belajar menerima pilihan orang lain, tanpa perlu menghakimi salah atau benar. Pro atau kontra, marilah saling menerima dengan hati lapang, serta belajar hidup dalam kedamaian menerima perbedaan yang beraneka warna.

Salam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun