Mohon tunggu...
Nok Asna
Nok Asna Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Senja dan Sastra.

Penikmat Senja dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perlunya Mengenal Penyebab Stunting dan Cara Mencegahnya

16 Oktober 2019   08:33 Diperbarui: 3 Desember 2020   08:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bagi para calon ibu mungkin sudah sering mendengar istilah stunting. Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan upaya pencegahan stunting pada anak. Apa itu stunting? Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi dalam waktu yang cukup lama.

Kondisi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak, sehingga anak mempunyai tinggi badan yang jauh dari standar pada usianya (pendek). Selain masalah pertumbuhan tinggi badan, dikhawatirkan juga perkembangan otak akan mengalami gangguan sehingga menjadi penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Menurut Trias Mahmudiono, S.KM, MPH(Nutr.), GCAS, PhD, anak yang stunting mengalami penurunan jumlah sel otak selama proses perkembangan otak sejak dari kandungan hingga usia anak berjalan 24 bulan. Selain gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak, anak stunting mempunyai kekebalan tubuh yang lemah sehingga mudah diserang penyakit.

Guna mengetahui anak stunting atau tidak, salah satu caranya orang tua harus memantau pertumbuhan tinggi badan anak seiring bertambahnya usia terutama ketika periode emas pertumbuhan, yakni usia 0-24 bulan. Idealnya bayi saat lahir berat badannya tidak kurang dari 2500 gram dan panjang badan tidak kurang dari 48 cm.

Ayah dan bunda harus rutin membawa anaknya untuk periksa ke dokter, Puskesmas, atau datang ke Posyandu. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa anak yang pendek tidak selalu stunting selama perkembangan kecerdasannya bagus. Gejala stunting bersifat tidak terlihat, sehingga upaya pencegahan perlu dilakukan yakni pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari di kandungan ibu sampai usia 24 bulan).

Asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang lama semenjak dalam kandungan hingga setelah lahir merupakan penyebab anak menderita stunting. Anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk protein, zinc, kalsium, dan selenium agar pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Selain faktor gizi, penyebab stunting adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik, sulitnya akses air bersih. Penyakit infeksi yang berulang serta usia ibu ketika hamil masih muda juga merupakan faktor penyebab stunting.

Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memenuhi asupan gizi sejak kehamilan, menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ketika bayi lahir, mengupayakan ASI Ekslusif sampai anak usia 6 bulan dan pastikan kolostrum diberikan kepada anak, imunisasi lengkap sesuai jadwal pemberiannya, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Calon ibu hamil harus memperhatikan kecukupan asupan gizi yang dapat digunakan sebagai cadangan juga untuk menjaga kesehatan ibu dan calon janin yang akan dikandungnya.  Ketika pasangan suami istri sudah memutuskan untuk mempunyai anak, saat itu juga harus memperhatikan asupan gizi bagi calon ibu. Kebutuhan gizi saat hamil pasti meningkat, sehingga kecukupan gizi untuk calon ibu harus terpenuhi. 

Selama kehamilan, setidaknya ibu harus mengkonsumsi zat besi, dan asam folat yang cukup. Makanan yang mengandung zat besi seperti, daging merah, unggas, ikan, biji-bijian, sayuran, dan kacang-kacangan. Sedangkan sumber asam folat bisa didapat dari daging unggas, gandum, sayuran hijau, dan biji-bijian. Tempe juga merupakan makanan yang tinggi akan asam folat. Jika perlu ibu hamil juga dapat mengkonsumsi suplemen zat besi dan asam folat agar kebutuhan terpenuhi.

Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak telanjur stunting? Jika anak telanjur mengalami stunting, maka perbaikan gizi anak harus tetap dilakukan, utamanya terkait pemberian asupan makanan yang mengandung protein hewani, zat besi, kalsium, dan zinc. Mengatur pola makan seimbang dengan "Isi Piringku", yakni dalam satu porsi sajian terdapat sayur dan buah dengan porsi separuh bagian piring setiap kali makan. Separuh bagian piring yang lain diisi dengan makanan pokok sumber karbohidrat dan lauk-pauk yang mengandung protein seperti ikan, daging dan telur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun