Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Rantai Penulis

20 November 2015   01:54 Diperbarui: 20 November 2015   02:56 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Ilustrasi Flickr"][/caption]

Profesi menulis masih dianggap sebelah mata di tanah air Indonesia. Itu ditandai dari pembaca yang minim di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, pemerintah sendiri juga tidak terlalu mengapresiasi calon-calon penulis pemula yang mulai bermunculan menunjukkan eksistensinya. Apakah sulitnya membuat program untuk mendukung penulis di tanah air ini? Sementara beberapa bulan lalu pemerintah pusat dan daerah pernah gencar dan ikut demam batu akik. Tidak tanggung-tanggung, hampir di setiap daerah ada pameran batu akik skala nasional.

Bangsa Indonesia masih belum sadar betapa pentingnya aktivitas tulis-menulis.  Sebagian warga juga beranggapan, kegiatan menulis hanya digeluti orang-orang inteletual saja. Jelas ini adalah hal yang sangat keliru sekali. Padahal belum tentu. Orang-orang di pemerintahan saja, yang “notabenenya” intelektual belum tentu mahir menulis. Silahkan ditanya pejabat yang kita kenal di kantor pemerintahan, mampukah ia menulis?

Kalau kita melirik ke belakang, para pendiri negara Indonesia ini, rata-rata suka menulis. Setiap tokoh melahirkan buku. Dan itu bisa dijumpai karya-karyanya di perpustakaan daerah,  dan toko buku. Para pendiri bangsa, tokoh  agama, dan kaum intelektual dulu sadar akan pentingnya menulis. Karena bagi mereka menulis adalah kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pula, menulis adalah komunikasi yang efektif yang bisa didengar oleh rakyat luas untuk meyatukannya.

Era digital seperti saat ini, sebenarnya zaman yang menyenangkan untuk belajar menulis. Ada banyak blog gratis, ada media sosial seperti facebook yang menyediakan fitur menulis. Namun, kenyataannya pengguna internet di Indonesia cenderung sebagai konsumtif saja. Bukan sebagai kontribusi. Kalau selamanya menjadi pembaca yang budiman saja, maka jangan heran bangsa ini adalah pasar propaganda bagi orang-orang berkepentingan. Karena media adalah alat propaganda yang paling jitu.

Sejak Sekolah Dasar, kita juga sudah diajarkan menulis (mengarang), tapi tidak berkesinambungan sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Atau jangan-jangan guru di sekolah atau dosen di kampus juga tidak menjadi contoh bagi anak didiknya untuk menulis? Jika seorang pendidik tidak memberikan contoh pada anak didiknya untuk menulis, maka semakin butalah bangsa ini. Dan semakin langka generasi penulis di masa yang akan datang.

Mungkin ada terbersit di pikiran, menulis itu sulit. Memang benar itu adalah pekerjaan sulit, yang tidak bisa instan agar piawai menulis. Karena menulis adalah kegiatan belajar yang sangat panjang. Tapi kabar baiknya, jika memang benar-benar ingin menjadi penulis kuncinya adalah sabar belajar. Ya, apapun yang dipelajari dalam kehidupan ini adalah sabar. Begitu juga dengan menulis.

Ada satu keunikan dari penulis, yaitu membaca. Membaca adalah kegiatan yang tak bisa dihindari dari setiap penulis. Membaca bagi seorang penulis itu seperti bernapas. Sudah kebutuhan wajib bagi makhluk hidup yang ingin tetap eksis di dunia ini. seperti itulah betapa pentingnya membaca bagi penulis. Secara umum membaca adalah kegiatan yang sangat baik bagi manusia, selain mencerdaskan diri, juga menambah nilai spritual pada rohani.

Jadi jelas, seorang penulis itu pola pikir dan nilai spritualnya akan terus bertambah, seiring ia menulis juga untuk mencerdaskan kehidupan sesama manusia. Sungguh mulia, bukan?

Lantas kalau ingin memulai belajar menulis bagaimana? Ya, tentu itu adalah pertanyaan dasar bagi yang tertarik ingin menceburkan diri ke samudera literasi. Berdasarkan dari pengalaman penulis, mulailah menulis tentang kepribadian dalam sehari-hari. Seperti menulis diary. Tentu tidak asing lagi bagaimana menulis catatan di diary. Apa yang dirasakan dan diketahui dalam setiap harinya, maka tuangkan dalam lembaran catatan-catatang diary. Dijamin tidak akan buntu mencari ide untuk menulis, karena ide-ide itu apa yang dialami sendiri. Dan satu yang harus diingat! Awalilah menulis dengan niat agar bermanfaat bagi orang lain. Sederhana.

Sebuah negara yang maju dan sejahtera ditandai dengan bangsanya yang cerdas. Hal yang mustahil bagi negara maju, jika rakyat kecerdasannya tidak merata. Memang, bukan semata-mata dengan menulis negara ini bisa makmur sentosa seperti yang dicita-citakan. Namun dengan menulis, keikutsertaan dalam membangun negara yang maju nan beradab tentu tidak diragukan lagi. Sama halnya dengan guru di kelas, yang mengajarkan muridnya membaca dan berhitung agar pintar lagi cerdas guna meraih cita-cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun